Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

DETERMINAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) PADA PASANGAN USIA SUBUR Yuanti, Yocky; Maesaroh, Maesaroh
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan Vol 5, No 2: JANUARI 2019
Publisher : STIKes Kapuas Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.118

Abstract

Laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk tersebut dapat dikendalikan dengan program  Keluarga Berencana (KB). Metode KB yang  terbukti  efektif dan sedikit efek samping adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Cakupan MKJP di Kecamatan Purwadadi rendah (17,83%), padahal cakupan pengguna MKJP di Kabupaten Subang sudah melampaui target yang ditetapkan pemerintah (25%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasinya adalah seluruh  PUS di Kecamatan Purwadadi yang  menjadi  akseptor KB. Sedangkan sampel  dihitung dengan rumus Lemeshow berjumlah 213 orang. Pengumpulan data dilakukan secara langsung melalui wawancara terstruktur . Pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling.  Uji statistik yang digunakan adalah Uji Regresi Logistik Ganda. Hasil penelitian mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan MKJP adalah usia,  paritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan akses pelayanan KB (p<0,05). Sedangkan faktor dominan yang berhubungan dengan pemilihan MKJP adalah paritas  (OR=6.758), faktor lain yang berhubungan secara signifikan adalah usia (OR=3,607), pendidikan (OR=3.476), pengetahuan (OR=3.173), pekerjaan (OR=2.973) dan akses pelayanan KB  (OR=2.846). Faktor dominan dalam  pemilihan metode  kontrasepsi jangka panjang adalah paritas, sedangkan pengetahuan  merupakan variabel yang berpengaruh setelah dikontrol oleh variabel usia, pendidikan, akses pelayanan KB dan pekerjaan. Sehingga paritas yang berisiko dapat dikendalikan dengan pengetahuan yang baik tentang KB,  maka akan sangat bijaksana jika tenaga kesehatan difasilitasi dengan pelatihan  dan program berkelanjutan khususnya tentang KB.