Penelitian ini berupaya untuk mengetahui peranan komunikasi instruksional pada Yayasan Mitra Netra (YMN) dalam membantu pengembangan aktualisasi diri penyandang tunanetra. Teori Interaksi Simbolik yang dikembangkan oleh Herbert Blumer dijadikan sebagai panduan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi instruksional secara umum dimulai dari konseling awal (assesment) untuk mengetahui kemampuan, kondisi, dan kebutuhan klien. Konseling awal menentukan program, pelaksanaan, serta evaluasi yang sesuai dengan klien tersebut. Peranan komunikasi instruksional antara pengajar dengan klien di YMN berguna untuk memenuhi kebutuhan juga menghilangkan segala hambatan seorang tunanetra dalam memenuhi kebutuhan aktualisasi diri penyandang tunanetra. Melalui komunikasi instruksional, terjadi interaksi yang menciptakan makna untuk mengembangkan konsep diri, harapan baru, motivasi, dan sikap serta perilaku belajar yang berpengaruh dalam pembentukan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga mencapai kebutuhan aktualisasi seorang tunanetra.
Copyrights © 2019