Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Efektivitas Komunikasi Organisasi Kuswarno, Engkus
Mediator Vol 2, No 1 (2001)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terdapat dua aspek penting yang mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi. Pertama, masalah proses pengolahan informasi dalam organisasi, yaitu menyangkut masalah pemaknaan pesan (informasi) dan jumlah informasi; kedua, masalah gaya komunikasi organisasi. Pemahaman kedua hal tersebut menjadi bekal bukan saja bagi para (calon) pemimpin organisasi, manajer, akan tetapi juga bagi semua yang terlibat dalam organisasi. Kegagalan komunikasi adalah menjadi pertimbangan terpenting dari setiap proses komunikasi organisasi, dengan maksud dapat diprediksi, dianalisis, dan ditanggulangi jika hal itu terjadi.
Tradisi Fenomenologi pada Penelitian Komunikasi Kualitatif: Sebuah Pengalaman Akademis Kuswarno, Engkus
Mediator Vol 7, No 1 (2006): Nomor Syukur
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

As a communication quantitative research, a phenomenological tradition in communication qualitative research has been divided in three important steps, such as preparation, implementation and reporting step. Researcher in the preparation step has a lot of philosophical basic’s knowledge such as ontology, epistemology and acciology. Researcher in the implementation step has not only known how do the research better, but how to get some literatures for his/her own knowledge from other researcher. Researcher in the reporting step has developed a research reporting format in its own institution tradition. Every educational institution has developed a research reporting format on its own traditions; depend on level of education and particular scientific specification.
MESSAGE PLATFORM ATRIBUT SIGER LAMPUNG DI DALAM KEBHINEKAAN MULTIKULTUR Hidayat, Dasrun; Kuswarno, Engkus; Zubair, Feliza; Hafiar, Hanny
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.852 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v5i1.9481

Abstract

Penelitian ini fokus pada pengelolaan keberagaman dan kebinekaan di tengah masyarakat Lampung yang multikultur. Aspek yang dikaji yakni pesan komunikasi dan negosiasi nilai keragaman untuk mencapai kebbinekaan yang terdapat pada makna Siger. Menggunakan studi kasus dengan paradigma konstruktivis, penelitian ini menemukan bahwa bentuk Siger sebagai lambang kebesaran gelar yang dimiliki masyarakat adat Saibatin Lampung. Siger dengan 7 lekukan menggambarkan tentang posisi, perang dan tanggung jawab setiap gelar atau Juluk Adok. Lekukan pertama berukuran paling tinggi, artinya posisi paling depan menggambarkan posisi gelar tertinggi. Lekukan berikutnya dengan ukuran semakin pendek artinya posisi gelar yang berada di bawah posisi gelar sebelumnya dan seterusnya. Adat Saibatin mempunyai 7 gelar dengan pembagian dua wilayah Ke-Bandandakhan dan Ke-Sebatinan. Ke-Bandakhan terdiri dari gelar Sultan, Pangikhan, Dalom/Batin, Khaja, Khadin, Minak dan Kimas. Ke-Sebatinan meliputi gelar Dalom/Batin, Khaja, Khadin, Minak, Kimas, Mas, dan Layang. Message Platform yang ada pada atribut siger menonjolkan tentang identitas budaya yang menghasilkan integrasi budaya melalui pernikahan antar suku yang harus dikelola oleh setiap penerima gelar. Tanggung jawab untuk mengelola keberagaman adat istiadat di tengah kebinekaan masyarakat multikultur. Reputasi bahwa masyarakat Lampung ramah dan terbuka menjadi salah satu faktor perekat keberagaman menjadi kebinekaan.
Kearifan Lokal Ulun Lampung Kajian PR Budaya Melalui Pendekatan Etnografi PR Dasrun Hidayat; Engkus Kuswarno; Feliza Zubair; Hanny Hafiar
J-IKA Vol 4, No 1 (2017): JURNAL J-IKA
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/kom.v4i1.1796

Abstract

ABSTRAKArtikel ini fokus pada ritual mupakat adat prosesi pemberian gelar atau Juluk Adok. Aspek-aspek yang dikaji meliputi simbol pada sistem dan status pernikahan sebagai gerbang pemberian gelar. Simbol sistem dan status pernikahan yakni simbol atribut adat yang digunakan pada prosesi pemberian gelar. Simbol tersebut terdiri dari simbol Mupakat Kamar, Mupakat Pandia Paku Sakha dan Mupakat Balak sebagai pedoman prosesi pemberian gelar. Penelitian dilaksanakan di Desa Banjar Negeri Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus Lampung. Penelitian ini menggunakan studi Etnografi PR yang berfokus pada perilaku komunikasi Jakhu Suku sebagai PR Budaya. Penelitian bersifat kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan melibatkan delapan informan perangkat adat. Hasil penelitian menemukan bahwa mupakat adat menjadi simbolisasi ritual pemberian gelar. Simbolisasi meliputi Mupakat Kamar, Mupakat Pandia Paku Sakha dan Mupakat Balak. Mupakat adat terjadi secara khas dan berulang sehingga membangun Pola Kerja Jakhu Suku pada prosesi mupakat adat pemberian gelar. Kata kunci: PR Budaya, Kearifan Lokal, Pola Mupakat Adat. ABSTRACTThis article focuses on the traditional mupakat rituals of giving title procession named juluk adok. These aspects are examined include the symbol on the system and the status of marriage as a gate of giving title. Symbols on the system is the custom attributes symbols used in giving title procession. The symbol consists of Mupakat Kamar symbols, Mupakat Pandia Paku Sakha, and Mupakat Balak as guidelines for giving title procession. The research was conducted in the village of Banjar Negeri in District Gunung Alip Tanggamus Lampung. This study used Ethnographic PR studies that focus on Jakhu Suku’s communication behavior as a Culture PR. The research is qualitative with the constructivist paradigm. The technique of collecting data through observation and interviews with eight informants of custom devices. The study found that traditional mupakat become a symbolization of giving title ritual. Symbolization includes Mupakat Kamar, Mupakat Pandia Paku Sakha, and Mupakat Balak. Traditional mupakat be typically and repeatedly so as to build a work pattern of Jakhu Suku in traditional mupakat of giving title procession. Keywords: Culture-PR, Local Wisdom, Traditional Mupakat Pattern.
KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN AKTUALISASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA Soraya Sri Anggarawati; Engkus Kuswarno; Slamet Mulyana
Manajemen Komunikasi Vol 3, No 2 (2019): Accredited by Republic Indonesia Ministry of Research, Technology, and Higher Ed
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.173 KB) | DOI: 10.24198/jmk.v3i2.20640

Abstract

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui peranan komunikasi instruksional pada Yayasan Mitra Netra (YMN) dalam membantu pengembangan aktualisasi diri penyandang tunanetra. Teori Interaksi Simbolik yang dikembangkan oleh Herbert Blumer dijadikan sebagai panduan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi instruksional secara umum dimulai dari konseling awal (assesment) untuk mengetahui kemampuan, kondisi, dan kebutuhan klien. Konseling awal menentukan program, pelaksanaan, serta evaluasi yang sesuai dengan klien tersebut. Peranan komunikasi instruksional antara pengajar dengan klien di YMN berguna untuk memenuhi kebutuhan juga menghilangkan segala hambatan seorang tunanetra dalam memenuhi kebutuhan aktualisasi diri penyandang tunanetra. Melalui komunikasi instruksional, terjadi interaksi yang menciptakan makna untuk mengembangkan konsep diri, harapan baru, motivasi, dan sikap serta perilaku belajar yang berpengaruh dalam pembentukan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga mencapai kebutuhan aktualisasi seorang tunanetra.
KOMUNIKASI TUAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DI PESANTREN Firdaus Yuni Dharta; Engkus Kuswarno
Sosiohumaniora Vol 14, No 1 (2012): SOSIOHUMANIORA, MARET 2012
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.135 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v14i1.5479

Abstract

Penelitian tentang Komunikasi Tuan Guru sebagai motivator di Pesantren dilakukan di beberapa pondok pesantren di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini berdasarkan pada fenomena rendahnya motivasi masyarakat untuk mengikuti pendidikan, ketidakberdayaan masyarakat serta rendahnya tingkat partisipasi masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan interaksi simbolis, penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah Komunikasi Tuan Guru untuk memotivasi masyarakat, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Metode pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan partisipatif dan wawancara mendalam dengan sejumlah informan kunci yang berasal dari beberapa pondok pesantren yang terdapat di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tuan Guru berinteraksi dengan masyarakat, siswa dan santri dengan menggunakan dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi lisan (verbal), komunikasi bilhal, dan integrasi antara komunikasi lisan dan bilhal. Integrasi antara komunikasi lisan (verbal) dan komunikasi bilhal mengubah pandangan tentang Tuan Guru dari Tuan Guru sebagai agamawan tradisional kepada Tuan Guru sebagai agawaman organisasi yang tidak mahir atau berpengetahuan tentang Kitab Kuning tetapi juga membumikan pengetahuan Kitab Kuning dalam perbuatan praksis (Kitab Hijau) yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, penghijauan, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan masyarakat, siswa dan santri, Tuan Guru tidak hanya menggunakan simbol-simbol verbal berupa kata-kata, ucapan, isyarat, kinestik; tetapi juga menggunakan simbol perbuatan nyata dalam kehidupan praksis masyarakat. Integrasi antara Kitab Kuning dan Kitab Hijau pada akhirnya tersebut menjadi basis kepercayaan masyarakat kepada Tuan Guru yang memotivasi masyarakat, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan memberdayakan masyarakat.
STRATEGI PROMOSI UNTUK MENINGKATKAN KOMERSIALISASI HASIL RISET IPTEK Engkus Kuswarno
Sosiohumaniora Vol 8, No 2 (2006): SOSIOHUMANIORA, JULI 2006
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v8i2.5369

Abstract

Tema kajian ini adalah bagaimana produk iptek hasil riset dapat dijadikan komoditas yang komersial dan laku dijual. Cara memasarkan produk iptek biasanya secara konvensional melalui seminar dan publikasi. Untuk Memasarkan (mengkomersialkan) ciptaan iptek itu tampaknya perlu strategi lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey deskriptif dan pengumpulan data memalui Focus Group Discussion (FGD). Hasilnya ditemukan bahwa riset untuk penerapan atau aplikasi lebih berpotensi komersial dibandingkan dengan riset untuk pengembangan ilmu. Terdapat dua strategi untuk promosi hasil riset agar berhasil secara komersial, yaitu pendekatan komunikasi pemasaran, melalui bauran promosi atau bauran komunikasi, dan pendekatan inovasi, melaui difusi inovasi. Agar secara komersial menguntungkan, maka peranan jaringan institusi sumber hasil riset iptek (inventor) dengan institusi penguasa hasil riset tersebut (misalnya masyarakat industri dan investor) sangat diperlukan, terutama untuk pemasyarakatan hasil riset dalam jumlah besar atau produksi missal. Kata kunci: Promosi, Komersialisasi, Komunikasi Pemasaran, Bauran Komunikasi, Komunikasi Inovasi, Difusi Inovasi.
TRADISI FENOMENOLOGI PADA PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF Sebuah Pedoman Penelitian dari Pengalaman Penelitian Engkus Kuswarno
Sosiohumaniora Vol 9, No 2 (2007): SOSIOHUMANIORA, JULI 2007
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v9i2.5384

Abstract

Seperti lazimnya penelitian komunikasi perspektif kuantitatif, penelitian komunikasi kualitatif tradisi fenomenologi dibagi ke dalam tiga tahap penting, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Pada tahap persiapan, peneliti perlu memperoleh cukup pengetahuan dasar filosofisnya, meliputi aspek ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya. Pada tahap pelaksanaan, peneliti tidak hanya dituntut mengetahui bagaimana sebaiknya melakukan penelitian, tetapi juga bagaimana mendapatkan pengetahuan dari penelitian orang lain melalui penelusuran literatur. Pada tahap pelaporan, seringkali peneliti harus mengembangkan format laporan penelitian mengikuti tradisi yang dikembangkannya. Tulisan ini mengacu pada pengalaman penulis pada pelaksanaan penelitian tentang Komunikasi Pengemis, dengan beberapa penyederhanaan. Kata kunci : komunikasi, kualitatif, tradisi, fenomenologi
MESSAGE PLATFORM ATRIBUT SIGER LAMPUNG DI DALAM KEBHINEKAAN MULTIKULTUR Dasrun Hidayat; Engkus Kuswarno; Feliza Zubair; Hanny Hafiar
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 5, No 1 (2017): June 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.852 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v5i1.9481

Abstract

Penelitian ini fokus pada pengelolaan keberagaman dan kebinekaan di tengah masyarakat Lampung yang multikultur. Aspek yang dikaji yakni pesan komunikasi dan negosiasi nilai keragaman untuk mencapai kebbinekaan yang terdapat pada makna Siger. Menggunakan studi kasus dengan paradigma konstruktivis, penelitian ini menemukan bahwa bentuk Siger sebagai lambang kebesaran gelar yang dimiliki masyarakat adat Saibatin Lampung. Siger dengan 7 lekukan menggambarkan tentang posisi, perang dan tanggung jawab setiap gelar atau Juluk Adok. Lekukan pertama berukuran paling tinggi, artinya posisi paling depan menggambarkan posisi gelar tertinggi. Lekukan berikutnya dengan ukuran semakin pendek artinya posisi gelar yang berada di bawah posisi gelar sebelumnya dan seterusnya. Adat Saibatin mempunyai 7 gelar dengan pembagian dua wilayah Ke-Bandandakhan dan Ke-Sebatinan. Ke-Bandakhan terdiri dari gelar Sultan, Pangikhan, Dalom/Batin, Khaja, Khadin, Minak dan Kimas. Ke-Sebatinan meliputi gelar Dalom/Batin, Khaja, Khadin, Minak, Kimas, Mas, dan Layang. Message Platform yang ada pada atribut siger menonjolkan tentang identitas budaya yang menghasilkan integrasi budaya melalui pernikahan antar suku yang harus dikelola oleh setiap penerima gelar. Tanggung jawab untuk mengelola keberagaman adat istiadat di tengah kebinekaan masyarakat multikultur. Reputasi bahwa masyarakat Lampung ramah dan terbuka menjadi salah satu faktor perekat keberagaman menjadi kebinekaan.
Bahasa Minang Pondok dalam Komunikasi Antarbudaya Masyarakat Tionghoa Kota Padang Riniwaty Makmur; Engkus Kuswarno; Evi Novianti; Nuryah Asri Sjafirah
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.516 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v6i2.15302

Abstract

Etnik Tionghoa telah ada di Indonesia selama ratusan tahun, tetapi menghadapi beragam permasalahan dalam penerimaan mereka sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. Di sisi lain, adaptasi masyarakat etnik Tionghoa di tiap-tiap daerah di Indonesia, memiliki lokalitasnya masing-masing, seperti di Kota Padang dengan evolusi Bahasa Minang Pondok; yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan menggambarkan faktor-faktor pendorong terjadinya fenomena Bahasa Minang Pondok di Kota Padang, Provinsi Sumatra Barat; dan pola pergeserannya dari bahasa asal, yakni Bahasa Minang. Bahasa Minang Pondok merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa di Padang, dalam kehidupan sehari-hari. Sementara Bahasa Minang sebenarnya merupakan bahasa dari etnik Minang, kelompok mayoritas di Kota Padang. Penelitian ini merupakan bagian dari sebuah penelitian besar yang menggunakan pendekatan kualitatif/konstruktivis dan metode studi kasus. Pengumpulan data berlangsung secara intermiten/berjeda pada Januari 2016 hingga Juni 2017, melalui observasi di daerah Kampung Pondok/pecinan Kota Padang, wawancara dengan 39 orang informan etnik Tionghoa dan Minang, dan studi literatur. Komunikasi antarbudaya mengenai adaptasi kelompok minoritas, teori kelompok dan batasan etnik dari Frederik Barth, dan Hipotesis Sapir-Whorf, menjadi pijakan teoretis dalam analisis. Penelitian menyimpulkan bahwa Bahasa Minang Pondok terbentuk sebagai produk/hasil penyesuaian masyarakat Tionghoa terhadap etnik mayoritas Minang di Kota Padang agar mendapatkan pemahaman yang sama/komunikasi yang efektif. Bahasa Minang Pondok dicirikan oleh dialek Tionghoa; dengan menghilangkan beberapa cengkok yang ada pada pengucapan/lafal dalam Bahasa Minang. Pola pergeseran dari Bahasa Minang ke Bahasa Minang Pondok terjadi pada aspek fonologis (suara) dan morfologis (bentuk).