Jurnal Ilmiah Sesebanua
Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Sesebanua

PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANALU KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA

Chandrayani Simanjorang (Politeknik Negeri Nusa Utara)
Nasrin Kodim (Politeknik Negeri Nusa Utara)



Article Info

Publish Date
01 Mar 2017

Abstract

Provinsi Sulawesi utara khususnya Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan salah satu daerah endemis malaria. Hampir setiap tahun kasus malaria mengalami peningkatan. Paling tidak pada 5 tahun terakhir, angka kesakitan malaria tinggi, dengan Annual Parasite Incidence (API) lebih dari 5per 1.000 penduduk, dengan jumlah kasus terbanyakdi wilayah kerja Puskesmas Manalu Kecamatan Tabukan Selatan, dengan kasus positif 226. Berdasarkan data tersebut maka wilayah ini menjadi salah satu daerah sasaran intervensi kelambu. Sejak tahun 2011 dilakukan pembagian kelambu berinsektisida di wilayah kerja Puskesmas Manaluyang merupakan kategori endemis malaria. Setiap Keluarga mendapatkan 1 atau 2 kelambu. Jika terdapat Ibu hamil atau balita maka akan mendapatkan tambahan kelambu. untuk wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada tahun 2020 diharapakan dapat tercapai eliminasi malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida oleh masyarakat yang telah dibagikan sejak tahun 2011. Penelitian observasional ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Manalu, Kabupaten Kepulauan Sangihe, pada bulan April hingga Juni 2016. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 103 Kepala Keluarga yang menerima kelambu. Hasilpenelitian menemukan, sebagian besar responden (98 persen) mempunyai pengetahuan yang baik tentang kelambu berinsektisida dan patuh menggunakan kelambu ketika tidur malam (83,1 persen), sekitar 96,1 persen memasang kelambu dengan benar, sekitar 85,7 persen responden memelihara dan mencuci kelambu dan sekitar 93,9 persen menjemur langsung di bawah sinar matahari. Saat ini, kelambu yang dimiliki masyarakat adalah kelambu berinsektisida (96,8 persen) dan kelambu biasa (3,2 persen). Meskipun telah mempunyai pengetahuan dan kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida yang baik, pada kenyataannya hingga saat ini endemisitas malaria masih tergolong tinggi (API lebih besar 5). Oleh sebab itu perlu dicari faktorlain, meliputi kondisi geografis wilayah, kondisi sosial masyarakat, dan usia kelambu. Geografis wilayahyang sebagian besar berupa rawa dan pantai (98,1 persen), kondisi ini dapat mempengaruhi banyak tempat perindukan nyamuk, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan dengan aktifitas di luar rumah,sejak subuh sampai malam.Usia kelambu saat ini sudah sekitar 6 tahun sehingga perlu program replacement kelambu berinsektisida oleh pemerintah untuk mencegah secara optimal gigitan nyamuk ketikasedang tidur pada malam hari.

Copyrights © 2017