Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Gambaran Epidemiologi Kasus Leukemia Anak di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, 2004-2008 SIMANJORANG, CHANDRAYANI; ADISASMITA, ASRI; TEHUTERU, EDI
Indonesian Journal of Cancer Vol 4, No 1 (2010): Jan - Mar 2010
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This current study describes epidemiology of leukemia among children seeking care to Dharmais cancer hospital in the year 2004-2008. This is a case series study using primary and secondary data. Result showed the highest proportion of death was found among cases with AML leukemia, followed by patients with high risk ALL cases, and those who were refered. The older the age at first diagnosis, the smaller the probability to survive among children with leukemia, in general.
Perbedaan Kesintasan 5 Tahun Pasien Leukemia Limfoblastik Akut dan Leukemia Mieloblastik Akut pada Anak di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Jakarta, 1997-2008 Simanjorang, Chandrayani; Kodim, Nasrin; Tehuteru, Edi
Indonesian Journal of Cancer Vol 7, No 1 (2013): Jan - Mar 2013
Publisher : "Dharmais" Cancer Center Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.56 KB)

Abstract

Penelitian ini membahas tentang perbedaan kesintasan 5 tahun pasien leukemia akut tipe LLA dan LMA di RSKD dengan menggunakan desain kohort retrospektif. Data didapatkan dari data rekam medis dan register pasien leukemia anak di RSKD yang didiagnosis pada 1997-2008. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan mengikuti subjek untuk meneliti kejadian yang belum terjadi sejak pertama didiagnosis di RSKD hingga pengamatan berakhir Juni 2012. Rancangan penelitian dibatasi waktu 5 tahun untuk terjadinya event. Dari 95 pasien leukemia akut pada anak didapatkan probabilitas kesintasan 5 tahun secara keseluruhan sebesar 22,6%; angka kesintasan 5 tahun untuk tipe LMA 4,6%; dan tipe LLA 28,9%. Risiko kematian (Hazard Ratio) setelah 5 tahun pada LMA 1,643 kali dibandingkan LLA.Kata kunci: kesintasan 5 tahun, tipe leukemia akut.
Knowledge, Attitudes, and Practices Towards COVID-19 among North Sulawesi Indonesia Residents Simanjorang, Chandrayani; Tooy, Gracia Christy; Wuaten, Grace; Pangandaheng, Nancy
Journal of Health Education Vol 6 No 2 (2021): September
Publisher : Universitas Negeri Semarang cooperate with Association of Indonesian Public Health Experts (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI))

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jhe.v6i2.42869

Abstract

Background: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) was declared a global pandemic by WHO. To prevent theCOVID-19 transmission is depend on community compliance with health protocols. Public compliance in implementing health protocols during the new normal period is closely related to the Knowledge, Attitudes, and Practices (KAP) about COVID-19.Method: A cross-sectional online survey was used to survey the people of North Sulawesi Indonesia. Data were collected from September 17 to September 30, 2020, with 705 respondents (Mean age: 23.8 ± 8.7 years; 70.8 % females).Result:From 705 respondents, 23% of them knew the cause of COVID-19, 31.5% knew the symptoms of COVID-19 and 31.5% understood the definition of new normal. However, 50.4% of respondents were not aware of an information site related to COVID-19 provided by the government and only 28.9% of respondents knew about preventions of COVID-19 related to washing hands with soap. Overall, there were 29.2% of respondents had poor knowledge about COVID-19. The majority of respondents hadpositive attitudes and good behaviors regarding the symptoms and prevention of COVID-19. The demographic factor significantly related to the level of knowledge is gender (POR: 1.8; 95% CI = 0.75-0.90, P <0.001).Conclusion: The majority of respondents had good knowledge, positive attitudes, and good practices toward the prevention of COVID-19. However, the knowledge of certain topics was still inadequate
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pencegahan Gizi Buruk pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Enemawira Kecamatan Tabukan Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe Sevrillia Wiranda Saluhang; Chandrayani Simanjorang; Mareike D. Patras
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.76 KB) | DOI: 10.5281/jit.v1i2.66

Abstract

Gizi buruk atau Malnutrisi merupakan masalah kesehatan utama di Negara sedang berkembang dan menjadi penyebab kematian pada sebagian besar Balita (Bachyar, 2008). Kejadian gizi buruk di Indonesia bukan merupakan hal baru lagi termasuk di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Data Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa terdapat kasus gizi buruk pada Balita pada tahun 2013 dan 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Enemawira Kecamatan Tabukan Utara. Penelitian dilaksanakan dengan metode studi deskriptif. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil pengolahan data ditampilkandalam bentuk tabel presentase. Populasi dan sampel dalam penelitian ini ialah Ibu yang memiliki balita di Wilayah Kerja Puskesmas Enemawira yang berjumlah 96 orang. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Enemawira Kecamatan Tabukan Utara yang berpengetahuan baik sebanyak 98%. Responden berdasarkan umur terbanyak yaitu umur 18–33 (61%). Responden berdasarkan pendidikan terbanyak yaitu e” SMA sebanyak (62%). Responden berdasarkan pekerjaan terbanyak yaitu IRT (84%). Responden berdasarkan penghasilan terbanyak yaitu 426.000–850.000 sebanyak (58%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkanpengetahuan ibu tentang pencegahan gizi buruk pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Enemawira Kecamatan Tabukan Utara, masuk dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 98%, dan kategori pengetahuan cukup 3%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat menambah pengetahuan Ibu sehingga lebih peduli dan aktif dalam mencegah kejadian gizi buruk atau gizi kurang pada balitanya.
Gambaran Epidemiologi Kanker Payudara di Rumah Sakit Liun Kendage Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara Tahun 2010-2015 Chandrayani Simanjorang; Yenny B. Makahaghi; Detty J. Kalengkongan
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 2 No 1 (2016): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.58 KB) | DOI: 10.5281/jit.v2i1.73

Abstract

Kanker payudara menjadi ancaman serius bagi kaum perempuan di dunia termasuk Indonesia. Keterlambatan deteksi dini dan pengobatan sebagai penyebab tingginya angka kematian. Menurut World Health Organization (WHO, 2008). Prevalensi kejadian kanker payudara di dunia kurang lebih 16% dari semua kasus kanker pada wanita. Diperkirakan kurang lebih 510.000 wanita meninggal dunia pada tahun 2004 dan 69% dari angka tersebut merupakan kejadian di Negara yang kurang berkembang. Penelitian dilaksanakan dengan metode serial kasus. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk data primer dan register pasien untuk data sekunder. Hasil pengolahan data ditampilkan dalam bentuk presentase. Populasi dan sampel dalam penelitian ini ialah seluruh pasien yang didiagnosa kanker payudara dan tercatat di di register pasien Rumah Sakit Liun Kendage tahun 2010-2015 yang berjumlah 642 orang. %). Proporsi kasus tertinggi pada perempuan (98%) dengan rasio antara laki-laki dan perempuan 1:61. Proporsi tertinggi pada pada umur 36-45 tahun (37%), suku sangihe (97%), pendidikan SMA (16%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga (45%), dan sudah menikah (40%). Proporsi kasus paling banyak bertempat tinggal di kecamatan Tahuna Timur (23%), Tabukan Utara (19%), dan Manganitu (16%).Terdapat riwayat kanker payudara pada keluarga sebanyak 27%, penggunaan pil kontrasepsi sebanyak 16%.Namun tidak ditemukan pasien yang usianya saat menarke < 12 tahun dan tidak ada riwayat obesitas. Proporsi pasien paling banyak pada stadium lanjut (IV) yaitu sebanyak 35%.Proporsi pasien meninggal paling banyak yaitu 37%. Menurut stadium proporsi kasus yang meninggal paling banyak pada stadium IV yaitu 85%. Dalam pencatatan rekam medis sebaiknya semua informasi pasien diisi dengan lengkap dengan mencantumkan nomor telepon pasien/keluarga.Perlunya kerjasama antara pihak Rumah Sakit dengan Dinas Kesehatansehingga adanya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi dalam penyebaran informasi tentang kanker payudara. Hal ini dilakukan untuk menigkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara sehingga tidak terjadi keterlambatan penanganan penyakit ini. Banyaknya kasus kanker payudara di Rumah Sakit Liun Kendage yang cenderung mengalami peningkatan khususnya selama 6 tahun terakhir maka diharapkan Rumah Sakit semakin meningkatkan pelayanan secara komprehensif. Sehingga pasien tidak harus dirujuk ke Rumah Sakit di Manado yang jaraknya cukup jauh.
Gambaran Perilaku Masyarakat tentang Malaria di Kampung Tawoali Kecamatan Manganitu Chandrayani Simanjorang; J. Mododahi; N. Pangandaheng
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 2 No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (45.801 KB) | DOI: 10.5281/jit.v2i2.84

Abstract

Malaria masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. (Depkes RI, 2009:1). Di Kecamatan Manganitu, Kampung Tawoali merupakan Kampung dengan jumlah penderita malaria tertinggi. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2014 yang diukur dengan Annual Parasite Incidence (API) sebesar 2,15 % positif malaria (Profil Puskesmas dan Annual Parasite Incidence (API) 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Perilaku Masyarakat tentang Penyakit Malaria di Kampung Tawoali KecamatanManganitu.Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode survey, sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 responden.Pengambilan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling. Pengolahan dan analisa data melalui beberapa proses seperti editing, coding dan tabulating.Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden tentang penyakit malaria hanya dalam tingkatan cukup yaitu 51 (53%),untuk sikap masyarakat tentang malaria sudah banyak yang sikapnya baik yaitu sebesar 83 responden (86%), untuk tindakan masyarakat dalam penanganan penyakit malaria masih pada kategori kurang yaitu sebesar 60 responden (62%), oleh karena itu, tindakan masyarakat yang ada di Kampung Tawoali masih dalam kategori Guided Response yaitu masih memerlukan tuntunan dari petugas kesehatan yang ada di tempat. Sementara perilaku responden yang mencakup 3 domain perilaku kesehatan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan, paling banyak adalah cukup yaitu 80 orang (83%). Hal ini menggambarkan perilaku masyarakat yang ada di Kampung Tawoali baru sebatas pada pengetahuan dan sikap yaitu belum ada kesadaran sepenuhnya tentang penanganan penyakit malaria.Pada penelitian ini diperoleh hasil yaitu survey perilaku masyarakat tentang penyakit malaria menunjukan bahwa sebagian besar perilaku berada pada kategori cukup yaitu (83%). Untuk dapat memperkaya hasil penelitian diharapkan ada penelitian tentang penyakit malaria dengan variabel yang lebih luas misalnya menghubungkan faktor perilaku dengankejadian malaria.
PENINGKATAN KAPASITAS IBU DALAM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN STUNTING DI KAMPUNG PINTARENG KECAMATAN TABUKAN SELATAN TENGGARA Chandrayani Simanjorang; Mareike Doherty Patras
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/tkrg.v5i2.442

Abstract

Salah satu intervensi bidang kesehatan untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia adalah dengan intervensi gizi spesifik. Di antaranya dengan memberikan edukasi kepada Ibu yang memiliki balita terkait stunting. Strategi ini dapat diperkuat melalui peran perguruan tinggi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Ibu dalam deteksi dini dan pencegahan stunting. Semua anak balita dari Ibu yang menjadi sasaran penyuluhan mendapatkan makanan tambahan berupa susu dan biskuit. Kegiatan pengabdian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pintareng pada Maret-Agustus 2021. Metode yang dilakukan dalam pengabdian ini adalah memberikan penyuluhan kepada Ibu yang memiliki balita tertkait stunting dan deteksi dini stunting. Penyuluhan dilakukan dari rumah ke rumah dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik. Dengan meningkatnya pengetahuan Ibu maka diharapkan dapat menjadi salah satu upaya menurunkan prevalensi stunting di wilayah kerja Puskesmas Pintareng. Selain penyuluhan dilakukan juga pemberian makanan tambahan berupa susu dan biscuit. Hasil kegiatan ditemukan bahwa terdapat 7 orang anak stunting sementara 3 orang lainnya masuk kategori normal. Berdasarkan wawancara terdapat faktor risiko stunting pada anak diantanya faktor ekonomi, faktor pengasuhan yang kurang baik, anak sering sakit infeksi, dan anak tidak mau makan. Sebanyak 10 orang Ibu dan 1 orang petugas kesehatan mendapatkan penyuluhan terkait stunting dan deteksi dini stunting. Sebelum dilakukan penyuluhan, mayoritas tingkat pengetahuan ibu masih kurang (90 persen) dan hanya 1 orang Ibu (1 persen) yang memiliki pengetahuan baik terkait stunting. Setelah penyuluhan, pengetahuan ibu menjadi meningkat meskipun pengukurannya dilakukan secara kualitatif (wawancara) dengan demikian kapasitas Ibu dalam deteksi dini stunting juga semakin meningkat. Proses pendidikan kesehatan merupakan proses yang harus dilakukan secara terus menerus sehingga disarankan kepada Puskesmas untuk menyisipkan kegiatan penyuluhan terkait stunting dalam posyandu rutin. One of the interventions in the health sector to reduce the prevalence of stunting in Indonesia is specific nutrition interventions. Among them by providing education to mothers who have toddlers who stunting. This strategy can be strengthened through the role of universities in community service activities. Therefore, this activity aims to increase the capacity of mothers in the early detection and prevention of stunting. All children under five from mothers who were the target of counseling received additional food in the form of milk and biscuits. Service activities are carried out in the work area of ​​the Pintareng Health Center. The method used is to provide counseling to mothers who have toddlers related to stunting and early detection of stunting. Counseling is carried out from door to door by implementing good health protocols. With the good knowledge of mothers, it is hoped that it can be one of the efforts to reduce the prevalence of stunting in ​​the Pintareng Health Center. In addition to counseling, additional food was also provided in the form of milk and biscuits. The results of the activity found that there were 7 stunting children while 3 others were in the normal category. Based on interviews, there are risk factors for stunting in children including economic factors, poor parents, children often getting infections, and children don't want to eat. A total of 10 mothers and 1 health worker received counseling related to stunting and early detection of stunting. Before the counseling was carried out, the majority of mothers' knowledge levels were still lacking (90 percent) and only 1 mother (1 percent) had good knowledge regarding stunting. After counseling, the mother's knowledge increased even though the measurement was done qualitatively (interview). The process of health education is a process that must be carried out continuously so it is recommended to the Puskesmas to insert the outreach activities in Health Center.
PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANALU KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA Chandrayani Simanjorang; Nasrin Kodim
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.326 KB)

Abstract

Provinsi Sulawesi utara khususnya Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan salah satu daerah endemis malaria. Hampir setiap tahun kasus malaria mengalami peningkatan. Paling tidak pada 5 tahun terakhir, angka kesakitan malaria tinggi, dengan Annual Parasite Incidence (API) lebih dari 5per 1.000 penduduk, dengan jumlah kasus terbanyakdi wilayah kerja Puskesmas Manalu Kecamatan Tabukan Selatan, dengan kasus positif 226. Berdasarkan data tersebut maka wilayah ini menjadi salah satu daerah sasaran intervensi kelambu. Sejak tahun 2011 dilakukan pembagian kelambu berinsektisida di wilayah kerja Puskesmas Manaluyang merupakan kategori endemis malaria. Setiap Keluarga mendapatkan 1 atau 2 kelambu. Jika terdapat Ibu hamil atau balita maka akan mendapatkan tambahan kelambu. untuk wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada tahun 2020 diharapakan dapat tercapai eliminasi malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida oleh masyarakat yang telah dibagikan sejak tahun 2011. Penelitian observasional ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Manalu, Kabupaten Kepulauan Sangihe, pada bulan April hingga Juni 2016. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 103 Kepala Keluarga yang menerima kelambu. Hasilpenelitian menemukan, sebagian besar responden (98 persen) mempunyai pengetahuan yang baik tentang kelambu berinsektisida dan patuh menggunakan kelambu ketika tidur malam (83,1 persen), sekitar 96,1 persen memasang kelambu dengan benar, sekitar 85,7 persen responden memelihara dan mencuci kelambu dan sekitar 93,9 persen menjemur langsung di bawah sinar matahari. Saat ini, kelambu yang dimiliki masyarakat adalah kelambu berinsektisida (96,8 persen) dan kelambu biasa (3,2 persen). Meskipun telah mempunyai pengetahuan dan kepatuhan penggunaan kelambu berinsektisida yang baik, pada kenyataannya hingga saat ini endemisitas malaria masih tergolong tinggi (API lebih besar 5). Oleh sebab itu perlu dicari faktorlain, meliputi kondisi geografis wilayah, kondisi sosial masyarakat, dan usia kelambu. Geografis wilayahyang sebagian besar berupa rawa dan pantai (98,1 persen), kondisi ini dapat mempengaruhi banyak tempat perindukan nyamuk, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan dengan aktifitas di luar rumah,sejak subuh sampai malam.Usia kelambu saat ini sudah sekitar 6 tahun sehingga perlu program replacement kelambu berinsektisida oleh pemerintah untuk mencegah secara optimal gigitan nyamuk ketikasedang tidur pada malam hari.
PEMAHAMAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN CORONAVIRUS DESEASE 2019 DI KALANGAN CIVITAS AKADEMIKA POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA PADA MASA NEW NORMAL TAHUN 2020 Chandrayani Simanjorang; Gracia Tooy; Grace Wuaten; Nancy Pangandaheng
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 4 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jis.v4i1.317

Abstract

Dalam rangka mencegah terjadinya penularan COVID-19 dan berjalannya roda perekonomian di Indonesia, pemerintah saat ini memberlakukan kebijakan new normal. Sehingga penekanan tingkat penularan sangat bergantung kepada pemahaman dan praktik pencegahan masyarakat terkait COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui informasi tentang pemahaman dan perilaku civitas akademika (dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan) Politeknik Negeri Nusa Utara terkait COVID-19 dan pencegahannya. Desain penelitian berupa cross-sectional dengan waktu pengambilan sampel 17-30 September 2020 secara online. Teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling dengan kriteria inklusi adalah civitas akademika Politeknik Negeri Nusa Utara, usia lebih dari sama dengan 16 tahun, dan bersedia menjadi partisipan. Partisipan yang bekerja di bidang kesehatan sebagai kriteria eksklusi. Seluruh partisipan diminta kesediannya dengan memberikan inform consent kemudian jika bersedia akan mengisi kuesioner secara online. Kuesioner disusun berdasarkan informasi yang tersedia dalam buku pedoman kementrian kesehatan tentang COVID-19 dan merupakan modifikasi dari kuesioner penelitan sebelumnya. Pertanyaan pada kuesioner berupa pertanyaan terbuka, tertutup, dan berskala. Pertanyaan bertujuan untuk mengevaluasi pemahaman tentang virology, gejala, faktor risiko, pencegahan, dan penanganan gejala. Setiap jawaban benar diberikan nilai 10 pada pemahaman. Partisipan yang memiliki skor lebih dari 60 dikategorikan berpemahaman baik. Pada skala perilaku, skor 40-50 masuk kategori good practice dan kurang dari 40 sebagai kategori poor practice. Dari 127 responden terdapat 34,6 persen memiliki pemahaman yang baik dan 65,4 persen memiliki pemahaman yang kurang terkait COVID-19. Sementara untuk praktik pencegahan COVID-19, 93,7 persen berperilaku baik dan 6,3 persen berperilaku kurang. Kesimpulannya adalah Mayoritas responden memiliki pemahaman yang kurang tentang penyebab, gejala, dan pencegahan COVID-19 khususnya mencuci tangan dengan sabun. Terdapat perbedaan proporsi tingkat pemahaman berdasarkan tingkat pendidikan (pkurang dari 0.05). To prevent the spread of COVID-19 and the economy in Indonesia has to run, the government is currently implementing a new normal policy. So that the emphasis on the level of transmission really depends on the understanding and practices of the community related to COVID-19. The purpose of this study was to find out information about the knowledge and practice of Nusa Utara State Polytechnic people about COVID-19 and it is prevention. Cross-sectional design was chosen as the research design with online sampling time on 17-30 September 2020. The sampling technique was purposive sampling with inclusion criteria were people who live in Sate Polytechnic of Nusa Utara with the age more than the same as 16 years old. All participants were asked to provide the informed consent, which if they agreed they would fill out online questionnaires. The questionnaire was compiled based on information available in the Ministry of Health’s guidebook on COVID-19 and it was the modification of the previous research questionnaire. The questions on the questionnaire were open, close, and scaled questions. Questions aimed to evaluate the knowledge about virology, symptoms, risk factors, preventions, and management of symptoms. Each correct answer was assigned a score of 10 on knowledge. Participants who had a score of more than 60 were categorized as the ones who had good knowledge. In practice scale, core of 40 – 50 falls in the good practice category and score less than 40 fall in the category of poor practice. The research design was cross-sectional with online data-based from 17-28 September 2020. There were 127 respondents, 34.6 percent had a good knowledge and 65.4 percent had a poor knowledge of COVID-19. Meanwhile, for the practice of preventing COVID-19, 93.7 percent had good behavior and 6.3 percent had poor behavior. The conclusion is the majority of respondents had insufficient knowledge about causative factor, symptoms and prevention of COVID-19 such as handwashing. There were difference in the proportion of knowledge levels based on education level (p less than 0.05).
INSIDEN KEKAMBUHAN MALARIA VIVAX DI PUSKESMAS DOSAY SENTANI JAYAPURA Chandrayani Simanjorang
Jurnal Ilmiah Sesebanua Vol 4 No 2 (2020): Jurnal Imiah Sesebanua
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jis.v4i2.319

Abstract

Plasmodium vivax merupakan jenis plasmodium yang paling sulit dieliminasi karena adanya fase hypnozoit di hati manusia sekaligus betanggung jawab terhadap kekambuhan malaria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui insiden kekamabuhan malaria vivax serta gambaran demografi pasien kambuh tersebut di Puskesmas Dosay Sentani Jayapura. Desain penelitian berupa studi longitudinal dengan waktu perkiraan pengambilan sampel secara consecutive pada Januari-Mei 2019 dengan waktu follow-up 90 hari. Semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan diminta kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Kriteria inklusi terdiri dari pasien berusia lebih dari sama dengan 1 tahun, bukan malaria berat, tidak sedang hamil, tidak sedang menyusui, tidak meminum obat anti malaria dalam 4 minggu sebelumnya, diberikan obat DHP dan primakuin oleh dokter, bertempat tinggal di daerah penelitian serta mampu dan mau mengikuti semua prosedur selama studi. Dari 50 responden yang memenuhi kriteria inklusi terdapat 20 persen diantaranya yang mengalami kekambuhan dalam 90 hari follow-up. Dengan incident density 2.36 per 1000 person-days. Pasien yang kambuh mayoritas (80 persen) adalah anak-anak dan suku papua. Tingginya kekambuhan akan menghambat cita-cita eliminasi malaria 2030. Plasmodium Vivax is the type of plasmodium that is most difficult to eliminate because of the hypnozoite phase in the human liver which is also responsible for malaria recurrence. The purpose of this study was to determine the incidence of vivax malaria relapse as well as the demographic description of patients at the Dosay Sentani Public Health Center, Jayapura. The research design was a longitudinal study with an estimated time of consecutive sampling from January to May 2019 with a follow-up time of 90 days. All patients who had the inclusion criteria will be asked to participate in the study. The inclusion criteria consisted of aged more than the same as 1 year old, not severe, the subjects were not pregnant, not breastfeeding, did not take anti-malaria medication in the previous 4 weeks, who have their diagnosis confirmed by microscopy, and had been received national standard treatment residing in the study area and being able and willing to follow all procedures during the study. There were 50 subjects who had the inclusion criteria, 20 percent of them run in to relapse within 90 days of follow-up. With 2.36 incident density per 1000 person-days. The majority of patients who relapse (80 percent) were children and Papuans.