Pornografi dapat dipahami sebagai ekspresi perilaku secara erotis, disadariatau tidak mampu untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks (libido).Inheren dengan fenomena pornografi tersebut, dunia tari sering disinyalirsebagai bidang yang relatif dekat (implikatif) dengan pornografi. Sinyalemenatau kesan seperti itu barangkali ada benarnya karena aktivitas tari sendirimemang lekat dengan pengolahan tubuh, sehingga layak diduga mudahmemunculkan libido orang yang menikmatinya. Kelenturan gerak dan sikapyang dilakukan oleh seorang penari tidak jarang mengundang daya pesonatertentu. Namun demikian, tari tidak selayaknya dipandang sebagai suatuproduk sebuah mesin atau unsur-unsur kebendaan, melainkan harus dipandangsebagai bagian yang integral dari eksistensi manusia itu sendiri terutamamenyangkut salah satu kebutuhan dasar manusia, yakni simbol. Sebab, sangatmungkin bahwa tujuan awal orang menari bukanlah untuk menari itu sendiri,tetapi untuk memenuhi kebutuhan simbolisasi (pernyataan diri). Sebaliknya,bila kita ingin menempatkan tari sebagai objek kajian, maka harus didasarkanperspektif yang mampu menggali latar belakang dan potensi pada tari yangbersangkutan.Kata kunci: Pornografi, Etika dan Estetika.
Copyrights © 2006