KALAM CENDEKIA PGSD KEBUMEN
Vol 3, No 1 (2015): KALAM CENDEKIA PGSD KEBUMEN

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI I GIRITIRTO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2012/2013

wahyuni, tri (Unknown)



Article Info

Publish Date
25 Apr 2013

Abstract

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI I GIRITIRTO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2012/2013   Oleh: Tri Wahyuni 1, Warsiti 2,Joharman 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret 1 Mahasiswa S1 PGSD FKIP UNS 2, 3 Dosen S1 PGSD FKIP UNS e-mail: cunyl_imutz@yahoo.co.id Abstrak: Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto. Penelitian ini bertujuan: meningkatkan pembelajaran baik hasil maupun proses tentang energi dan perubahannya dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri I Giritirto yang berjumlah 30 siswa. Sumber data berasal dari siswa, teman sejawat dan peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan tes. Validitas data menggunakan  triangulasi teknik dan  triangulasi sumber. Analisis data yang digunakan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe TGT dengan langkah-langkah antara lain: 1) pengajaran; 2) belajarn tim; 3) game/turnamen; 4) rekognisi tim dapat meningkatkan pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri I Giritirto.   Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe TGT, Pembelajaran, IPA .   Abstract: Aplication of  the Cooperative Learning  tipe TGT models to improve the learning of sains learningElementarySchool StudiesIVGrade students of Giritirt I . This researchaimed to:improve learning outcomes sains about of energy changing. The research was conductedin twocycles. Subjects of this study is the IV grade of Elementary SchoolGiritirto I, which has 30 students. Data sourcescame from teachers ,  students and researchers. Data collection techniquesusing observation, documentation and testing. The validity ofdata usingtriangulation technical andmethods.Analysis ofthe data usedby thequalitative and quantitative analysis. The resultsshowedthat the application of the Cooperative learning tipe TGTmodels the steps are: 1) class presentation; 2) team work; 3) games/tournament; 4) team recognition ,canincreasestudent in the IV grades Sains learning Elementary School Giritirto I. Keywords: Cooperative learning  type TGT,learning , SAINS. PENDAHULUAN   Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan (UU Sisdiknas, 2003). Kurikulum yang sekarang berlaku adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai diberlakukan oleh pemerintah sejak tahun 2006. KTSP ini disusun serta dikembangkan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Searah dengan pemikiran tersebut, telah dijelaskan tujuan dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini diharapkan KTSP dapat menjadi jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan lebih bervariasi agar dapat menarik perhatian siswa. Namun pada saat ini, pembelajaran IPA masih didominasi oleh ceramah-ceramah dari guru yang seharusnya IPA lebih menekankan pada pembelajaran mencari tahu dan berbuat. Setelah peneliti mengamati proses pembelajaran yang berlangsund di SD Negeri I Giritirto, ternyata pembelajaran IPA terasa monoton karena tidak adanya satu media yang digunakan sehingga penggunaan metode sudah tidak diharuskan lagi. Monoton dalam pembelajaran IPA dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pemikiran anak yang mengakibatkan anak malas untuk berfikir, mencari tahu dan bertindak terlebih lagi anak tidak ada rasa ketertarikan terhadap suatu materi. Untuk dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan, seorang guru harus memilih metode yang tepat untuk digunakan dalam membuat perencanaan. Seorang guru harus lebih kreatif dan tanggap terhadap situasi dan kondisi di dalam kelas. Metode yang digunakan diharapkan mampu merubah pembelajaran yang sebelumnya monoton menjadi lebih variatif serta menarik. Kenyataan yang ada di SD Negeri I Giritirto dalam pembelajaran IPA adalah selalu di dominasi oleh pembelajaran yang monoton. Siswa terlihat tidak antusias dalam mengikuti pelajaran karena siswa hanya disuguhi materi saja. Tidak ada alat peraga ataupun suatu perencanaan. TGT digunakan dalam pembelajaran IPA agar setiap siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran serta dituntut untuk menguasai semua materi agar mampu menyumbangkan skor bagi kelompoknya. TGT sangat baik digunakan di sekolah dasar agar dapat menarik perhatian siswa serta dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa serta menjadikan pembelajaranmenjadi lebih menarik. Materi yang tepat dalam IPA adalah Energi dan Perubahannya. Dalam materi tersebut, siswa dapat belajar secara berkelompok untuk mengidentifikasi berbagai sumber energi dan dapat mencari tahu tentang berbagai macam model perubahan energy yang ada. Maka dari itu, TGT tepat digunakan untuk mengajarkan IPA dengan materi energy dan perubahannya. Dalam KTSP 2006 disebutkan bahwa Standar kompetensi untuk IPA kelas IV semester II yaitu memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi ini, siswa diharapkan dapat mendeskripsikan berbagaienergi yang ada di sekitar peserta didik. Pada pembelajaran ini, siswa dapat diajarkan dengan model kooperatif yaitu dengan mengelompokkan siswa yang selanjutnya dipadukan dengan eksperimen kemudian pada akhir minggu dilaksanakan game atau tournament. Pada penyajian kelas dalam TGT dapat  dipadukan dengan metode eksperimen. Suprijono (2012) mengungkap- kan bahwa ?pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru? (hlm. 54).Menurut Eggen and Kauchah (1996) mengemukakan bahwa ?Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama? (Trianto, 2011: 59). Dari beberapa pengertian model kooperatif di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dengan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sama dalam mempelajari sebuah materi sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. ?TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki   kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda? (Isjoni, 2012: 83). TGT dimulai dari guru membagi kelompok dan kemudian guru menyampaikan materi, semua siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing. Tugas yang diberikan oleh guru menjadi tanggung jawab setiap kelompok, apabila ada siswa yang belum mengerti dengan tugas yang akan dikerjakan maka teman satu kelompoknya bertanggung jawab memberikan penjelasan yang sebelumnya dapat ditanyakan kepada guru terlebih dahulu. Sebagai tanda bahwa siswa telah mengerti dan memahami pembelajaran, maka seluruh siswa diberikan sebuah turnamen atau kuis. Slavin (2005) mengemukakan bahwa secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka. Nasikan (2006) mengungkapkan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah ?Pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, tipe, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas? (Ridhaazza, 2012). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan homogen dalam pembelajaran di kelas. Adapun langkah-langkah TGT menurut Slavin yaitu: 1) Pengajaran, pengajaran dalam hal ini adalah menyampaikan pembelajaran seperti pembelajaran yang dilakukan guru setiap hari. Yang perlu dipersiapkan dalam pengajaran ini yaitu rencana pelajaran yang dibuat oleh guru; 2) Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi. Dalam belajar tim ini membutuhkan dua lembar kegiatan untuk tiap tim dan dua lembar jawaban untuk tiap tim. Tugas utama dari belajar tim ini adalah siswa benar-benar menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Lembar kegiatan dan lembar jawaban ini digunakan oleh para tim untuk melatih kemampuan selama proses pengajaran; 3) Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta; 4) Rekognisi tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Rustaman, N, dkk (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA merupakan implikasi dari pandangan kontruktivisme di sekolah. Pandangan ini berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata (hlm.2.7).Pada pelajaran IPA kelas IV SD Negeri I Giritirto, pada pokok bahasan energi dan penggunaannya yang meliputi energi bunyi, energi panas, serta energi alternatif dapat di ajarkan dengan berbagai metode yang ada. Rustaman, N,dkk (2010), menerangkan bahwa untuk mengajarkan IPA di SD dapat dimulai dari macam-macam energi yang ada kemudian sampai pada pemanfaatnya atau kegunaannya bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Di dalam KTSP (2006) diuraikan bahwa ?Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga suatu proses penemuan?. Dalam kehidupan sehari-hari IPA merupakan suatu mata pelajaran yang erat kaitannya dengan alam dan sekitarnya, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wahyana (1986) bahwa : IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi olehadanya metode ilmiah dan sikap ilmiah (Trianto, 2012: 136) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan dari pengetahuan tentang alam yang tersusun secara sistematik untuk menghasilkan suatu penemuan dengan menerapkan metode-metode ilmiah serta dengan menerapkan sikap ilmiah. Model  koperatif tipe TGT dapat meningkatkan pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari komponen-komponen TGT. Dari penyajian kelas, siswa yang biasanya hanya mendengarkan ceramah dari guru, dengan TGT dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil hal ini dapat digunakan sebagai perantara untuk membuat siswa menjadi aktif. Komponen berikutnya yaitu turnament, pada turnament ini siswa diberikan permainan atau kuis sesuai dengan materi yang telah diajarkan yaitu energy dan perubahannya. Selain pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa, dengan TGT dapat pula menjadikan siswa aktif serta berlatih berfikir positif dan bekerja sama. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1)Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam Tahun Ajaran 2012/2013?; (2)Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam Tahun Ajaran 2012/2013? Tujuan dari penelitian ini adalah : (1)Untuk menjelaskan bagaiman penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournamen (TGT) dalam meningkatkan pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto; (2)Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournamen (TGT) dapat meningkatkan pembelajar IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto.       METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di 1 Sekolah Dasar pada semester II tahun ajaran 2012/2013, yakni bulan November 2012 sampai dengan bulan Mei 2013. Subjek dalam penelitian ini yaitu: siswa kelas IV SD Negeri I Giritirto yang berjumlah 30 siswa. Sumber data dari penelitian ini adalah siswa, peneliti, dan teman sejawat. Teknik pengumpulan data menggunakan tes observasi dan dokumentasi. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan  soal tes, lembar observasi, foto kegiatan dan video. Penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik meliputi observasi, dokumentasi, dan tes untuk sumber data yang sama. Sedangkan triangulasi sumber meliputi siswa, peneliti, dan observer. Triangulasi sumber dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui ketiga sumber tersebut untuk menarik suatu kesimpulan tentang hasil tindakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah analisis data statistik deskriptif kuantitatif  untuk  menganalisis hasil belajar siswa mengenai pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Selain digunakan juga data kualititif untuk menganalisis peningkatan dalam pembelajaran IPA pada saat pembelajaran berlangsung. Data tersebut diolah dengan model interaksi dengan langkah-langkahnya yaitu: reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verivikasi. Prosedur penelitian tindakan kelas berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus tiga pertemuan. Indikator capaian penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT sebanyak 80% dan penilaian hasil belajar siswa sebanyak 85%. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Maret 2013. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru menentukan materi dan mempersiapkan media pembelajaran. Selain itu, guru juga menyampaikan materi pembelajaran pada siswa dengan model kooperatif tipe TGT. Pada kegiatan inti, guru melaksanakan tindakandengan menggunakan model kooperatif tipe TGT yang terdiri dari empat langkah yaitu pengajaran, belajar tim, game/turnamen dan rekognisi tim. Pada pengajaran, guru menyampaikan materi kepada siswa. Penyampaian materi ini dapat dipadukan dengan metode lain yaitu demonstrasi atau dengan percobaan serta dengan menyediakan beberapa alat peraga. Setelah pengajaran selesai, guru kemudian membagikan ringkasan kepada siswa untuk dipelajari dengan teman satu kelompok (belajar tim).setelah belajar tim selesai kemudian guru membagi siswa ke dalam beberapa tim dan menempatkan siswa ke dalam meja turnamen (game/turnamen) kemudian merekognisi tim atau pemberian penghargaan kepada tim terbaik. Pada pertemuan I, materi yang akan di ajarkan adalah energipanas, sedangkan pada pertemuan II dan III tentang energi bunyi. Sebelum pembelajaran, guru membentuk kelompok dengan kemampuan yang berbeda dan diperoleh 6 kelompok dan masing-masing terdiri dari 5 orang siswa. Selama proses pembelajaran guru memberikan penilaian kepada siswa. Pada kegiatan akhir, guru menyimpulkan materi dan mengadakan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari. Semakin baiknya langkah pembelajaran yang diterapkan, maka semakin baik pula pembelajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan terhadap proses pembelajaran siswa. Pada siklus I, pelaksanaan  pembelajaran masih kurang baik, terbukti dengan masih rendahnya persentase proses pembelajaran siswa yang diamati oleh observer dalam pembelajaran. Namun, untuk hasil evaluasi atau ketuntasan pada penilaian hasil yang dicapai siswa cukup baik. Karena proses pembelajaran siswa masih kurang, maka masih perlu diperbaiki pada siklus II. Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II terjadi peningkatan. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan hasil penilaian  proses dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan. Hasil siklus II  memuaskan dan sudah mencapai target atau capaian penelitian sehingga peneliti mengakhiri penelitian tindakan kelas ini. Berikut tabel 1 persentase hasil  belajar siswa dengan menerapakan  model kooperatif tipe TGT siklus I dan siklus II:   Tabel 1. PerbandinganHasilBelajarIPASiswaKelasIV No Tahap Prosentase Belum Tuntas Tuntas 1. Pretes 80% 20% 2. Siklus I 13% 87% 3. Siklus II 7% 93%   Berdasarkan tabel 1 Dapat diketahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT. Sebelum dilaksanakan tindakan, guru mengadakan pretes terlebih dahulu. Hasil pretes menunjukkan bahwa 26 siswa atau 80% siswa belum memenuhi nilai KKM sedangkan 4 siswa atau 20% sudah memenuhi KKM. Pada siklus I, hasil belajar IPA kelas IV mengalami peningkatan yaitu menjadi 4 siswa atau 13% siswa belum memenuhi KKM dan sisanya 26 siswa atau 87% sudah tuntas dalam belajar. Pada siklus II peningkatan terjadi kembali untuk hasil belajar IPA kelas IV, yaitu menjadi 2 siswa atau 7% yang belum tuntas sedangkan sisanya 28 siswa atau 93% sudah memenuhi nilai KKM. Observasi pada saat pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan teman sejawat dan peneliti yang juga berperan sebagai observer. Adapun presentase hasil observasi untuk pembelajaran dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:   Tabel 2. Hasil Observasi Pembelajaran IPA No. Hasil Observasi Guru dan Siswa Tahap Siklus I Siklus II 1. Pertemuan I 2,7 3,3 2. Pertemuan II 3,1 3,4 3. Pertemuan III 3,1 3,6 Rata-rata 3,0 3,4 Prosentase 73% 86%   Penilaian atau observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan tabel 2, persentase pelaksanaan pembelajaran selalu mengalami kenaikan setiap siklusnya dan dapat mencapai indikator capaian ³80%. Selain observasi pelaksanaan pembelajaran, juga dilaksanakan observasi khusus terhadap proses pembelajaran terhadap siswa. Berikut tabel 3. Hasil observasi penilaian proses pada tiap siklus:   Tabel 3. Hasil Observasi Penilaian Proses No Siklus Aspek yang diamati Rata-rata prosentase observasi Komunikasi kerjasama 1 I 69.9% 69.2% 68.9% 69% 2 II 79.3% 79.4% 79.9% 80%   Dari tabel 3, Diketahui bahwa pembelajaran proses pada siklus I dan siklus II meningkat. Dilihat dari rata-rata prosentase yaitu 69% meningkat menjadi 80%. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan proses pembelajaran dalam pembelajaran IPA. Dan telah mencapai indikator capaian penelitian yaitu ³80% dari pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan baik oleh peneliti ataupun observer, penggunaan model kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri I Giritirto. H. M Surya,dkk (2006) mengemukakan bahwa perkembangan emosional anak usia SD antara lainkesadaran akan aturan bermain, permainan sebagai perwujudan aktivitas fisik yang lebih besar  serta berkurangnya hal-hal yang bersifat berpusat pada diri sendiri. Model kooperatif tipe TGT sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran IPA kelas IV SD. Siswa yang semula tidak tertarik dengan pembelajaran yang biasanya disampaikan dengan menggunakan metode ceramah, setelahpeneliti menggunakan model kooperatif tipe TGT pada pembelajaran IPA menjadi lebih menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran IPA, siswa tidak hanya menerima apa yang telah diketahui oleh guru akan tetapi siswa diajak untuk ikut terlibat dalam pembelajaran serta menghadirkan sebuah permaianan yang menuntut kekompakan siswa. Hasil observasi dari keseluruhan hasil pembelajaran menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah melebihi indikator capaian target yang harusdicapai yaitu ³80% dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Hasil pembelajaran menunjukkan pada siklus II bahwa 93%siswa memperoleh nilai lebih dari KKM. Ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran telah mencapai kriteria indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya yaitu ³85% siswa tuntas dalam belajar. Karena seluruh indikator dalam penelitian yang sudah ditetapkan oleh peneliti, maka penelitian ini berhenti pada siklus II. Penggunaan model kooperatif tipe TGT pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri I Giritirto dapat meningkatkan hasil pembelajaran secara signifikan.Siswa tidak hanya sekedar mengerjakan soal-soal yang ada dibuku paket kemudian dikumpulkan dan diberi nilai, akan tetapi sebelum diadakan evaluasi guru mengadakan game/turnamen. Setelah diadakan game/turnamen siswa selalu diberikan penghargaan atau  hadiah sehingga siswa lebih semangat untuk belajar. Pada saat evaluasi, secara otomatis pada diri siswa telah ditanamkan untuk giat belajar sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Maka dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT pada pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri I Giritirto, mengalami peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Peningkatan ini telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu ³85% siswa harus tuntas dalam belajar. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan baik oleh observer atau oleh peneliti, proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu ³80% dari seluruh kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi ini mengamati jalannya pembelajaran. Sebelum diadakan tindakan, pada saat pembelajaran siswa hanya mendengarkan guru berceramah tanpa ada tanya jawab atau siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Guru hanya menggunakan buku pembelajaran sebagai media saja. Pada saat peneliti telah menggunakan model kooperatif tipe TGT, hampir seluruh siswa ikut aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran semakin menarik.   SIMPULAN DAN SARAN Penerapan model kooperatif tipe TGT dalam  peningkatan pembelajaran IPA dikelas IV, dapat disimpulkan sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam tahun ajaran 2012/2013 sudah sesuai dengan langkah-langkah atau komponen yang ada dalam model kooperatif tipe TGT yaitu: (1) pengajaran; (2) belajar tim; (3) game/turnamen dan (4) rekognisi tim yang dilaksanakan dengan dua siklus masing-masing tiga kali pertemuan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam  tahun ajaran 2012/2013. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar dan hasil observasi selama melaksanakan tindakan.     DAFTAR PUSTAKA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Kebumen: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan H. M. Surya, dkk. 2006. Kapita Selekta Kependidikan SD. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Isjoni. (2012).Pembelajaran Kooperatif.Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ridhaazza. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Diperoleh 30 November 2012, dari http://model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt.html   Rustaman, N, dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media. Suprijono, A. 2012. Cooperatif Learning. Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tim LPMP. (2011). Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010. Diklat Pengawas. Semarang: LPMP Tim LPMP. (2011). Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Diklat Pengawas. Semarang: LPMP Tim LPMP. (2011). Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Diklat Pengawas. Semarang: LPMP Tim LPMP. (2011). Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Diklat Pengawas. Semarang: LPMP Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Uno, H. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.                                                                                

Copyrights © 2015