Sastra Indonesia modern dapat dikatakan lahir sekitar tahun 1920?an dengan publikasi karya sastra Indonesia modern oleh Balai Pustaka. Di antara karya yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1920?an, terdapat karya yang paling populer seperti Sitti Nurbaya (1922), Azab dan Sengsara (1927), dan Salah Asuhan (1928) yang mewakili suara produksi sastra tahun 1920-an. Makalah ini bertujuan untuk melihat potret perempuan dalam tiga karya yang ditulis oleh penulis laki?laki dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Melalui teknik pembacaan yang mendalam (close reading technique), penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis untuk menelaah potret perempuan dalam tiga karya tersebut. Temuan dalam tulisan ini menunjukkan bahwa di satu sisi perempuan masih terbelenggu oleh patriarkat, tetapi di sisi lain perempuan bukanlah korban patriarkat yang pasif: perempuan tetap berupaya untuk keluar dari belenggu ini dan memutus rantai penindasan patriarkat melalui kebebasan dan otonomi personal.Sastra Indonesia modern dapat dikatakan lahir sekitar tahun 1920?an dengan publikasi karya sastra Indonesia modern oleh Balai Pustaka. Di antara karya yang diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1920?an, terdapat karya yang paling populer seperti Sitti Nurbaya (1922), Azab dan Sengsara (1927), dan Salah Asuhan (1928) yang mewakili suara produksi sastra tahun 1920-an. Makalah ini bertujuan untuk melihat potret perempuan dalam tiga karya yang ditulis oleh penulis laki?laki dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Melalui teknik pembacaan yang mendalam (close reading technique), penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis untuk menelaah potret perempuan dalam tiga karya tersebut. Temuan dalam tulisan ini menunjukkan bahwa di satu sisi perempuan masih terbelenggu oleh patriarkat, tetapi di sisi lain perempuan bukanlah korban patriarkat yang pasif: perempuan tetap berupaya untuk keluar dari belenggu ini dan memutus rantai penindasan patriarkat melalui kebebasan dan otonomi personal.
Copyrights © 2014