cover
Contact Name
Hero Patrianto
Contact Email
jurnal.atavisme@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.atavisme@gmail.com
Editorial Address
Balai Bahasa Jawa Timur, Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo 61252, Indonesia
Location
Kab. sidoarjo,
Jawa timur
INDONESIA
ATAVISME JURNAL ILMIAH KAJIAN SASTRA
ISSN : 1410900X     EISSN : 25035215     DOI : 10.24257
Core Subject : Education,
Atavisme adalah jurnal yang bertujuan mempublikasikan hasil- hasil penelitian sastra, baik sastra Indonesia, sastra daerah maupun sastra asing. Seluruh artikel yang terbit telah melewati proses penelaahan oleh mitra bestari dan penyuntingan oleh redaksi pelaksana. Atavisme diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Terbit dua kali dalam satu tahun, pada bulan Juni dan Desember.
Articles 269 Documents
PEREMPUAN SENI TRADISI: MULTIDIMENSI DAN GENERALISASI Macaryus, Sudartomo
ATAVISME Vol 13, No 2 (2010): ATAVISME, Edisi Desember 2010
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.609 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v13i2.138.269-272

Abstract

Resensi Buku
UNSUR BUDAYA MATERIAL DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI Hikmasari, Miftahurohmah; Sahayu, Wening
ATAVISME Vol 22, No 2 (2019): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (937.63 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v22i2.586.200-216

Abstract

This research aims to classify the term of material culture containing in the Entrok novel written by Okky Madasari. This research also provided an analysis related to the underlying reason for the cultural terms which are included in the category of the terms of material culture. In particular, the discussed problems in the present research involve the terms of material culture which only exist in Indonesia and mostly related to the Javanese culture. This research is qualitative descriptive research. The result shows that there are six categories of material culture terms consisting of food, house, clothes, transportation, daily equipment, and art instruments. The findings reveal 53 terms dividing into: (1) 25 food terms, (2) 10 houses terms, (3) 9 clothes terms, (4) 3 transportation terms, (5) 3 daily equipment terms, and (6) 3 art instruments terms. These terms are material culture terms representing the characteristic of Indonesian culture.
BAHASA PEMBERONTAKAN TERHADAP TRADISI BALI DALAM NOVEL TEMPURUNG: KAJIAN STILISTIKA Mashuri, Mashuri
ATAVISME Vol 14, No 2 (2011): ATAVISME, Edisi Desember 2011
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.736 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v14i2.71.228-241

Abstract

Kajian ini membahas novel Tempurung karya Oka Rusmini dari perspektif stilistika. Novel tersebut dominan dengan bahasa pemberontakan terhadap tradisi Bali. Kajian ini akan terfokus pada gaya interferensi dan alih kode yang terkonstruksi dalam beberapa wacana. Di dalamnya, terdapat pola dalam bahasa pemberontakan dengan menggunakan gaya bahasa sarkasme, sinisme, dan ironi, bahkan paradoks, serta gaya perbandingan. Pola itu terkait dengan pandangan perempuan dari kasta Brahmana yang berikhtiar membaca kembali kebaliannya, terutama terkait sistem kasta, adat dan upacara kematian. Efek estetik dengan pemertahanan istilah lokal dan penggunaan gaya bahasa-gaya bahasa yang bernada muram itu memperkukuh latar novel, baik latar sosial maupun kulturnya. Seiring dengan itu, semakin menunjukkan ketajaman perspektif dalam melihat ambiguitas kultur Bali di antara tradisi dan modernitas. Abstract: This study of Oka Rusmini?s Tempurung is from stylistics perspectif. The novel is dominant with rebel language to the tradition of Bali. Focus of the study is interfensial and code-transformation style, constructing to some discourse. In there?s model of tradition subversive with use sarkasm, sinism, irony, paradox style and comparasion stylistics. The system related with women perspektif from kasta Brahmana. She effort to reread her-Balinesse in the kasta system, ordinary adat and the death ritual. Efect of the aestetics from using local etimology and styles with gloomy tone make install the novel setting-social and culture. Therewith, using stylistics is build sublime of perspective to know ambiguity in the culture of Bali, between tradition and modernity. Key Words: stylistics, interferensial, code-transformation, subversive, Bali tradition
SINKRETISME DALAM JAMPI MELAYU DELI: TINJAUAN TRANSFORMASI BUDAYA Syarfina, Tengku
ATAVISME Vol 14, No 1 (2011): ATAVISME, Edisi Juni 2011
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.814 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v14i1.100.29-40

Abstract

Mantera, yang pada masyarakat Melayu Deli disebut Jampi, memiliki bahasa yang khas. Tradisi membaca jampi biasanya bertujuan untuk mempermudah pekerjaan dan dibaca ketika akan memulai suatu pekerjaan. Penelitian ini difokuskan pada analisis jampi Melayu Deli yang terdapat pada masyarakat Melayu Deli di Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui transformasi budaya yang ada didalam jampi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah transformasi budaya dan sinkretisme. Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan merekam tuturan jampi yang disampaikan oleh seorang pawang, dan dianalisis dengan pendekatan sinkretisme dan transformasi. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa jampi Melayu Deli mendapat pengaruh animisme-dinamisme, Hindu-Budha, dan Islam. Kesemuanya di-transformasikan melalui satu konsep sinkretisme. Abstract: Incantation owns a unique language style which is called as Jampi by Deli Malay society. The tradition of reading the incantation is basically aimed at facilitating any working activities. It is read before starting those activities. This study is thoroughly focused on the analysis of Deli Malay?s incantation existing in Deli Malay society around North Sumatera province. The goal of the study is to investigate the cultural transformation available in the incantation itself. Thus, the cultural tradition and syncretism method is applied to accomplish the research. All data gathered in the research are directly recorded from a soothsayer who reads the incantation. Those data are, then, analyzed by implementing syncretism and transformation approach. The conclusion of the study is that the incantation in Deli Malay is greatly influenced by animism-dynamism, Hindu-Budha, and Islamic traditions. Those influences are transformed through a syncretism concept. Key Words: syncretism; jampi; cultural transformation
MELINTASI HORISON INTERPRETASI IDEOLOGIS DALAM NOVEL RITOURNELLE DE LA FAIM KARYA J.M.G.LE CLÉZIO Pratiwi, Dian; Udasmoro, Wening
ATAVISME Vol 21, No 2 (2018): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.038 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v21i2.489.150-163

Abstract

Penelitian ini berfokus pada kajian ideologi pengarang dalam novel Ritournelle de la faim karya J.M.G.Le Clezio. Upaya kritik dengan menghadirkan kisah heroine dari kelas dominan, justru menunjukkan bentuk-bentuk ambivalensi di dalam teks. Hal tersebut memunculkan kecurigaan atas potensi resistensi dari teks, yaitu apakah teks bersifat subversif atau pada akhirnya tunduk pada ideologi dominan itu sendiri. Untuk mengkaji permasalahan tersebut, maka digunakan tiga tahapan horison interpretasi Frederic Jameson. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) horison politis, teks RDLF hadir sebagai resolusi imajiner terhadap kontradiksi sosial yaitu melalui upaya kritik terhadap kelas borjuis; 2) horison sosial ditemukan ideologeme berupa demoralisasi masyarakat yang kemudian menghadirkan ambivalensi tokoh (-tokoh) dalam novel RDLF. Hal ini pada akhirnya justru membalikkan nilai borjuasi sebagai sebuah fantasi hidup ideal; 3) Pada horison modus produksi, pengarang muncul sebagai subjek sinis, dimana teks telah terdistorsi sedemikian rupa oleh ideologi kapitalisme lanjut.
TEKS, KONTEKS, DAN POLA KEBERTAHANAN WAYANG KULIT BETAWI Mu'jizah, Mu'jizah
ATAVISME Vol 18, No 1 (2015): ATAVISME, Edisi Juni 2015
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.761 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v18i1.35.91-105

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi cara wayang kulit bertahan hidup dan upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan daya hidupnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan struktural dan metode kuantitatif. Pembahasan difokuskan pada teks, konteks, dan kebertahananya. Dari penelitian ini dapat dibuktikan bahwa wayang Betawi termarginalisasi. Jika pada tahun 1980?an satu bulan wayang Betawi ditanggap rata­?rata dua kali, pada tahun 2013-2014, dalam setahun hanya satu kali. Penanggap itu pun berasal dari instansi pemerintah, seperti Museum Wayang, bukan masyarakat pemangkunya. Hal itu menandakan bahwa wayang Betawi semakin terpinggirkan oleh suku Betawi sendiri dan masyarakat pada umumnya. Keprihatinan itu semakin jelas dengan sistem pewarisan pedalangan wayang Betawi. Kini rata­?rata dalang wayang Betawi sudah tua. Agar wayang kulit Betawi tetap bertahan hidup, para dalang harus melakukan inovasi seperti yang dilakukan Sukarlana dan upaya pelindungan dilakukan dengan cara revitalisasi dan aktualisasi. Abstract: This study aims to identify the way Betawi puppets has survived and what efforts need to take. The method used was a qualitative one with a structural approach and quantitative method. The study focused on the text, context, as well as patterns of Betawi puppet?s way to survive. This study proved that Betawi puppet has been marginalized. If in the eighties, the puppet performance could appear two or three times a month, in 2013?2014 there is only one performance in a year. In fact, the order came from government agencies such as Museum Wayang, and none from its own society. This indicates that the Betawi puppet was demoted by Betawi ethnic community itself and the society in general. This concern conditions is increasingly discernable with Betawi puppetry inheritance system. Recently the Betawi puppeteers on average are elders. In preserving Betawi puppet, the puppeteers must make inovation just like what Sukarlana has been doing and preservation efforts revitalitation and actualization. Key Words: marginalized; endangered; conservation; revitalization
MODEL NARASI DALAM NOVEL THE SATANIC VERSES KARYA SALMAN RUSDHIE Puryanti, Lina
ATAVISME Vol 11, No 2 (2008): ATAVISME, EDISI DESEMBER 2008
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4073.98 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v11i2.337.89-96

Abstract

This paper aims to analyze the narrative model used in The Satanic Verses novel by Salman Rusdhie as a writing strategy. The analysis shows that, in telling his narration, Rusdhie uses a hidden narrator as an actor who significantly controls the story and, in this way, magical realism is purposely employed to convey his messages. This narrative model produces a reading that the novel is offering a discourse of 'doubt' as an alternative over the text's single interpretation
JEJAK PRAKTIK MILITERISME DALAM PUISI INDONESIA Sungkowati, Yulitin
ATAVISME Vol 10, No 2 (2007): ATAVISME, EDISI DESEMBER 2007
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3249.126 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v10i2.244.97-105

Abstract

The existence of military in a country does not automatically mean militarism. However, during the New Order era, militarism was used to dominate political life and became a power shield as an excuse to maintain national stability. The military practice could be seen, among other things in Indonesian literary works, particularly in Wiji Thukul's, Rendra's, Eka Budianta's, and K.H. A. Mustafa Bisri's writing as a reflection of his period. These poems depict military action in the New Order power such as in the land reform case, workers protest, and the 27th of July incident. Military action has become a violent pattern to silence these unpleasant incidents. Some critical activists experienced these violent actions such as terror, kidnapping, and torturing,
AKTUALISASI ETIKA KEPEMIMPINAN JAWA DALAM ASTHABRATA Suratno, Pardi
ATAVISME Vol 12, No 2 (2009): ATAVISME, Edisi Desember 2009
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10322.345 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v12i2.170.193-216

Abstract

Nama Asthabrata sangat populer dalam kehidupan masyarakat Jawa karena sering muncul dalarn pagelaran wayang purwa. Ajaran Asthabrata mendapat apresiasi yang sangat luas oleh masyarakat Indonesia karena memuat ajaran kepemimpinan yang dapat dijadikan aspirasi bagi semua pihak yang sedang dan akan mengabdikan hidupnya bagi bangsa dan negara. Asthabrata merupakan kreativitas pujangga Jawa karena tidak dikcnal dalam Ramayana India (baru muncul dalam Ramayana Kakawin), Semua Asthabrata menampilkan figur pemimpin dalam sosok delapan dewa. Dalam perkernbangan lebih lanjut, budayawan Jawa memilih menampilkan figur pemimpin itu dalam sifat-sifat benda alam, yakni bumi, matahari, bulan, bintang, laut, angin, dan awan. Penampilan figur pernimpin dalam sifat benda-benda alam tersebut lebih netral sebagai pilihan cerdas pujangga Jawa. Abstract: The name of Asthabrata is very popular among Javanese live because of its frequent appearance in the wayang purwa performance. Asthabrata teachings have got a wide appreciation from Indonesian people because it carries leadership teachings which can be an aspiration to everyone who is dedicating and will dedicate their lives to their nation and country. Asthabrata is the creativity of the Javanese men of letters for not discovered in Indian's Ramayana (not until Ramayana Kakawin). All Asthabrata present a leader figure in the characters of eight gods. In further progress, Javanese culture vultures chose to present the leader figure in the characters of natural objects. namely earth, Sun, moon, star, ocean, wind, and cloud. The performance of a leader figure in the characters of the natural objects is more neutral as a smart choice of Javanese man of letters. " Keywords: creativity, Asthabrata, leader
ISU PERUNDUNGAN DALAM LET’S SING WITH ME KARYA KKPK (KECIL-KECIL PUNYA KARYA) Probowati, Andarini Rani; Priyatna, Aquarini; Hazbini, Hazbini
ATAVISME Vol 21, No 1 (2018): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.885 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v21i1.426.81-92

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan isu perundungan dalam karya KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) berjudul ?Let?s Sing With Me? (2013). Perundungan dilakukan oleh tokoh perempuan terhadap teman sebayanya yang juga perempuan.  Perundungan disebabkan rasa iri antar tokoh, berupa celaan, penghinaan, dan julukan negatif. Teori strategi naratif yang dikemukakan oleh Mieke Bal (1997), Fludernik (1997), dan Priyatna (2010) digunakan untuk membahas isu perundungan. Analisis fokalisator menunjukkan adanya isu perundungan yang digambarkan melalui sikap yang ditampilkan tokoh perempuan sebagai pelaku dan korban perundungan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perundungan yang ditampilkan secara spesifik melalui tokoh perempuan. Kenikmatan sadistik yang dialami pelaku terhadap korban menjadi hal yang biasa. Perundungan yang digambarkan merupakan bagian dari kategori perundungan secara verbal, fisik, dan sosial. Penelitian ini juga menemukan bahwa narator tidak berpihak kepada pelaku maupun korban perundungan sehingga dapat diargumentasikan kedua novel bersikap pasif terhadap isu perundungan dan bahkan membiarkan perundungan terjadi.

Page 1 of 27 | Total Record : 269