Pengukuran terhadap keberanjutan suatu kota menjadi isu yang terpenting sebab keberlanjutan suatu kota berpengaruh pada manusia yang ada di dalamnya. Pengukuran dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, pendekatan air bersih merupakan yang dirasa penting dalam penelitian ini adalah air bersih karena sumberdaya yang sangat dibutuhkan manusia untuk hidup.Namun, model neraca air yang akan digunakan mengukur keberlanjutan temyata tidak dapat mengukur aktivitas manusia dan kota dalam menjaga mengukur sehingga modei tersebui kemudian diadaptasi agar dapat atau keberlanjutan kota dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berlanjut tidaknya Kota Surabaya. Apabila faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diketahui maka hal ini diharapkan dapat mempermudah dalam mengambil kebijakan untuk menjaga keberlanjutan kota Surabaya.Proses yang digunakan dalam mengadaptasi model adalah dengan menggunakan regresi dan aplikasi ekonometrik, sehingga model yang semula berbentuk (QsQa) menjadi (ao – a1Qk + e = Qa atau alo- a1Qk+ e> Qa) dimana Qk (menggunakan indikator BOD sungai) diukur dengan menggunakan aktivitas aktivitas kota yang mempengaruhinya seperti peran pemerintah dan masyarakatHasil pengukuran dengan model yang telah diadaptasi adalah Surabaya dinyatakan tidak berkelanjutan dikarenakan jumlah kebutuhan lebih besar danpada jumlah pemenuhan atau apabila dinotasikan dengan angka sebesar mengalami defisitsebesar 144l/det Kurang sinergisnya aspek fungsional dan aspek spasial kemudiandiketahui menjadi penyebab Surabaya tidak berkelanjutan dengan indikator mpemenuhan air bersih atau dengan kata lain usaha kota Surabaya dalam melakukan pembangunan berkelanjutan dinyatakan semu (Quasi).Rekomendasi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sinergisitas hal-hal yang bersifat fungsional dan hal-hal yang bersifat spasial antar wilayah, paradigm teknis kemasyarakatan dan juga rencana tata ruang yang memperhatikan kompleksitas wilayah (sinergisme spasial lokal)
Copyrights © 2006