Kehadiran agama (Gereja Katolik) memainkan salah satu peran kunci untuk ikut merasa dan terlibat dalam “duka dan kecemasan, harapan dan kegembiraan” dunia dan masyarakat. Namun kehadirannya berwajah ganda seperti wajah dewa Janus dari mitologi Romawi kuno yang darinyalah kata Januari berasal. “Satu sisi melihat ke masa depan, siap menyongsong yang tak terduga dan yang sedang datang tetapi di sisi lain memandang ke belakang yaitu ke masa lalu, seakan tak mau meninggalkan yang silam.”2 Persis seperti bulan Januari kita sadar bahwa hari-hari baru sudah tiba, tapi kenangan pada yang silam tetap enggan beranjak. Seperti dewa Janus itu pula wajah gereja dalam dunia dan masyarakat dewasa ini. Pada satu sisi dalam gambaran ideal, Gereja menampilkan sinar pembebasannya, karena ia merupakan tempat di mana orang menemukan kedamaian, kedalaman hidup, harapan yang kokoh, dan kehidupan yang dipenuhi semangat kasih dan kerendahan hati. Namun di sisi lain, dalam wajah aktualnya, struktur dan regulasi Gereja, seringkali dipakai untuk melakukan diskriminasi, sarang korupsi, dan dijadikan sebagai justifikasi untuk melanggengkan status quo. Kita sendiri menyaksikan dan sejarah mencatat betapa besar andil agama (Gereja Katolik) dalam membakar kebencian, menimbulkan skandal, meniupkan kecurigaan, membangkitkan salah pengertian dan mengundang konflik.
Copyrights © 2015