Sintesis
Vol 14, No 1 (2020)

PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA SEBAGAI REPRESENTASI RELASI KEKUASAAN

Praptomo Baryadi Isodarus (Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Indonesia)



Article Info

Publish Date
12 May 2020

Abstract

Tingkat tutur dalam bahasa Jawa yang pada masa sekarang lebih menonjol digunakan sebagai sarana sopan santun berbahasa, jika diteliti sejarah awal perkembangannya, sebenarnya dimanfaatkan untuk merepresentasikan relasi kekuasaan. Artikel ini menyajikan hasil kajian tentang penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa sebagai representasi relasi kekuasaan. Ada dua hal yang diteliti, yaitu aspek kebahasaan yang membentuk tingkat tutur dalam bahasa Jawa dan penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa untuk merepresentasikan relasi kekuasaan. Untuk menjelaskan dua hal tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis). Selain itu, penelitian ini juga dilaksanakan dengan menerapkan metode observasi untuk pengumpulan data, metode distribusional dan metode padan pragmatis untuk analisis data, serta metode informal dan metode formal untuk penyajian hasil analisis data. Ada dua temuan dari penelitian ini. Pertama, yang pokok dari tingkat tutur dalam bahasa Jawa adalah ngoko dan krama. Tingkat tutur ngoko dan krama dibedakan dari kosa katanya sehingga ada kosa kata ngoko dan ada kosa kata krama. Dalam penggunaannya, tingkat tutur menimbulkan berbagai variasi, yaitu ngoko lugu, antya-basa, basa-antya, wredha krama, kramantara, mudha krama madya krama, madyantara, dan madya ngoko. Temuan kedua adalah penggunaan tingkat tutur dalam bahasa Jawa merepresentasikan relasi kekuasaan penutur dengan mitra tutur. Pada mulanya, pengembangan tingkat tutur memperkuat kedudukan dinasti Mataram sebagai supremasi kekuasaan di Jawa. Pada perkembangan selanjutnya, selain sebagai wujud sopan santun berbahasa, tingkat tutur ngoko dan krama digunakan untuk merepresentasikan relasi kekuasaan personal, yaitu antara penutur dengan mitra tutur. Tuturan ngoko digunakan dalam komunikasi menurun, yaitu komunikasi penutur yang berstatus lebih tinggi kepada mitra tutur yang lebih rendah. Tuturan krama dipakai dalam komunikasi menaik, yaitu komunikasi antara penutur yang berstatus sosial lebih rendah kepada mitra tutur yang berstatus lebih tinggi.

Copyrights © 2020






Journal Info

Abbrev

sintesis

Publisher

Subject

Humanities Languange, Linguistic, Communication & Media

Description

SINTESIS adalah jurnal ilmiah bahasa, sastra, dan kebudayaan Indonesia yang diterbitkan oleh Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sintesis terbit pertama kali bulan Oktober 2003 dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Maret dan Oktober. ...