Perdagangan peti kemas yang meningkat setiap tahunnya membuat pelabuhan harus meningkatkan fasilitas bongkar muat mereka. Adanya isu mengenai greenport yang mengharuskan penghematan energi serta pengurangan produksi CO2 juga mempengaruhi perkembangan pelabuhan. Oleh karena itu, selain menambah alat bongkar muat, pelabuhan juga mulai mengelektrifikasi hampir seluruh alat bongkar muat yang dimiliki. Akibatnya konsumsi listrik akan semakin meningkat. Konsumsi listrik paling besar pada pelabuhan ada pada lahan penumpukan reefer container. Untuk menangurangi penggunaan energi listrik tersebut, maka diaplikasikan solar panel roof menjadi alat untuk memanfaatkan matahari sebagai sumber alternatif energi listrik. Selain sebagai alat alternatif penghasil energi listrik, dengan adanya atap yang dipasangkan pada lahan penumpukan reefer container membuat panas pada dinding kontainer menjadi berkurang sehingga harapannya konsumsi listrik pada lahan penumpukan reefer container juga dapat berkurang. Pada studi ini disimulasikan penggunaan solar panel roof pada reefer container yard dengan bantuan aplikasi CFD untuk melihat persebaran panas pada fluida udara yang ada disekitar kontainer sebelum dan sesudah diaplikasikan. Selain itu pada studi ini juga dilihat penghematan yang terjadi setelah mengaplikasikan solar panel roof. Pada analisa transient thermal, udara sekitar kontainer berpendingin yang menggunakan atap dan tidak memiliki selisih rata-rata sebesar 21ºC. Pada analisa fluid flow, udara sekitar kontainer berpendingin yang menggunakan atap dan tidak memiliki selisih sebesar 26,482ºC. Pada simulasi tanpa atap, temperatur udara sekitar kontainer berpendinginnya adalah 57,532ºC pada analisa transient thermal dan 59,872ºC pada analisa fluid flow. Pada simulasi dengan atap, temperatur udara sekitar kontainer berpendinginnya adalah 31,808˚C pada analisa transient thermal dan 33,39ºC pada analisa fluid flow. Penghematan konsumsi energi yang didapat ketika mengaplikasikan solar panel roof pada container yard adalah sebesar 36,57% pada tier 4, 31,08% pada tier 3, 31,04% pada tier 2, dan 31,72% pada tier 1.
Copyrights © 2020