Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial
Vol. 5 No. 1 (2021): April

Pengembangan Seni-Budaya sebagai Penguatan Identitas Komunitas Kejawen dan Santri di Desa pada Era Reformasi

Bambang Hudayana (Department of Anthropology, Faculty of Cultural Sciences Universitas Gadjah Mada)



Article Info

Publish Date
10 Apr 2021

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan pengembangan seni-budaya sebagai penguatan identitas komunitas yang berbasis pada pilar politik aliran. Penelitian etnografi ini dilakukan di Desa Pulungsari, Bantul, secara longitudinal (2015-2019). Wawancara etnografi dilakukan kepada elite yang termasuk ke dalam golongan kejawen dan santri, pengelola pertunjukan seni-budaya, dan warga komunitas. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa komunitas kejawen memelihara ritual, tradisi, dan perayaan desa secara Jawa melalui pementasan wayang kulit, karawitan, dan tembang macapatan yang telah menjadi identitasnya. Sementara itu, komunitas santri juga memelihara ritual, tradisi, dan perayaan hari besar agama dengan menampilkan seni-budaya keislaman seperti rodat, selawatan, dan pembacaan kitab suci Quran yang memang menjadi identitasnya. Baik komunitas kejawen maupun santri bersaing untuk memperkuat identitas masing-masing dengan cara mengembangkan festival dan kirab seni-budaya sehingga komunitas tersebut semakin tersegregasi ke dalam komunitas berbasis politik aliran. Hasil studi juga membuktikan pengembangan seni-budaya menjadi relevan bagi tokoh untuk memperkuat identitas komunitas berbasis politik aliran karena mendukung posisinya sebagai elite desa.   This paper chronicles the development of cultural-art performance as a way to strengthen up the community identity based on the pillars of stream politics. This ethnographic research was conducted in Pulungsari Village with a longitudinal base (2015-2019). Ethnographic interviews were conducted involving elites belonging to the kejawen and santri groups, managers of cultural-arts performances, and community members who participate in the art performances and festivals. The results of the study revealed that the kejawen community preserved Javanese rituals, traditions, and village celebrations by conducting puppet shadow, gamelan, and macapatan songs performances which then became their identity. Meanwhile, the santri community preserved Islamic rituals, traditions, and Islamic days celebrations by conducting rodat, selawatan, and reciting the great Al-Quran as their identity. Both the kejawen and santri communities compete to strengthen up their own identities by developing cultural-art festivals and processions. As a result, a community in a village was increasingly segregated into a community based on stream politics. The results of the study also prove that the development of cultural-art performances is relevant for community figures to strengthen up their identity based on stream politics because it supports their position as village elites.

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

JICC

Publisher

Subject

Arts Humanities

Description

Satwika (Kajian Budaya dan Perubahan Sosial) publishes scientific papers on the results of studies/research and reviews of the literature in the fields of cultural studies and social change. The journal is oriented towards research on cultural phenomena and the current social changes. With the aim ...