Desa Sade dalam pemberitaan media seringkali diwacanakan sebagai desa yang memegang teguh adat dan istiadat setempat. Budaya Desa Sade dalam pemberitaan media dianggap sebagai budaya yang tidak tergerus modernisasi. Padahal, dua penelitian terkait etnografi budaya Suku Sasak menyatakan bahwa budaya Suku Sasak di Desa Sade dinilai telah tergerus modernisasi. Detik.com merupakan salah satu media online yang mempublikasikan berita terkait tempat wisata Desa Sade sebagai desa dengan budaya yang masih asli dan belum tergerus modernisasi. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis model Norman Fairclough untuk menganalisis wacana budaya Suku Sasak dalam pemberitaan Desa Sade, yang juga berkaitan dengan wacana detik.com dalam merepresentasikan budaya Suku Sasak. Analisis dilakukan dengan menguji tiga tahap, yaitu level teks, level praktik wacana dan level sosiokultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa detik.com dalam merepresentasikan budaya Suku Sasak hanya menampilkan citra positif dari Desa Sade. Pada level teks, detik.com memengaruhi pembaca terkait budaya Suku Sasak yang dianggap unik sebagai bagian dari wacana poskolonial. Pada level praktik wacana, produksi berita Desa Sade pada portal berita detik.com ditujukan untuk memajukan budaya Indonesia. Sementara pada level sosiokultural, aspek makro memengaruhi detik.com dalam merepresentasikan budaya Suku Sasak di Desa Sade. Maka, detik.com ketika mewacanakan budaya Suku Sasak dalam pemberitaan Desa Sade, merepresentasikan citra positif untuk mempromosikan Desa Sade yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Copyrights © 2021