<![CDATA[Latar Belakang: Laporan WHO tercatat kejadian DBD 390 juta setiap tahun. Sistem surveilans banyak terdapat kendala pelaporan, pengumpulan data. Sistem surveilans masih lemah dimungkinkan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit mengalami keterlambatan. Tujuan Penelitian untuk melihat perbedaan out put pelaksanaan sistem surveilans berjalan di Dinas Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta. Metode: Rancangan penelitian cross sesional dengan pendekatan telaah dokumen. Populasi semua penderita DBD yang tercatat di puskesmas wilayah kerja dinas kesehatan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Sampel pada penelitian adalah total populasi. Variabel penelitian fungsi surveilans registrasi dan status wilayah. Penelitian dilakukan pada bulan November 2020. Analisis data dilakukan dengan uji independent t test. Hasil: Kejadian DBD lebih banyak di dinas kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2019 sebanyak 144 kasus dan 2020 sebanyak 728 kasus dibanding dinas kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2019 sebanyak 113 kasus dan tahun 2020 sebanyak 478 kasus. Rerata kasus DBD setiap puskesmas di Dinkes Kota Yogyakarta 16,42 kasus sedangkan di Kabupaten Sleman 17,44 kasus. Tidak terdapat perbedaan signifikan jumlah kasus antara Dinkes Kota Yogyakarta dengan Dinkes Kabupaten Sleman p = 0,801. Kesimpulan: Sistem surveilans DBD pada indikator registrasi yang berjalan di dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman tidak terdapat perbedaan signifikan]]>
Copyrights © 2020
