Gorga : Jurnal Seni Rupa
Vol 10, No 1 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa

KEANEKARAGAMAN BUDAYA SEBAGAI JATI DIRI KOMUNITAS TUALANG SIAK TERHADAP PERTUNJUKAN MUSIK KOMPANG

Nursyirwan Nursyirwan (Institut Seni Indonesia Padangpanjang)
Delfi Enida (Institut Seni Indonesia Padangpanjang)
Alfalah Alfalah (Institut Seni Indonesia Padangpanjang)



Article Info

Publish Date
10 May 2021

Abstract

Research on cultural diversity as the identity of Tualang people in playing kompang music, is the development of previous kompang music research. In finding the identity of tualang people must start things for themselves, certainly not easy in the discovery of that identity, as a characteristic of heterogeneous areas. The purpose of maintaining the existence of kompang music for the Tualang community as a binding solidarity of the community area. Data is collected through observation, field research, interviews, and documentation. Analyzed with qualitative descriptive techniques, interpretative analysis. Interviews were conducted by purposive sampling. The result of the study : the context of kompang music in Tualang community, namely at wedding celebrations, aqiqah, welcoming party for important guest, festival events  and religious celebrations. Its exixtence is seen inthe development of kompang music area in Tualang area. The concept of kompang music is inseperable from the philosopihical background of various cultures, religions, and creativity of the community over the development of market taste. Creativity is not only the birth of music as an expression but is the result of the interaction of the players in it which gives bitrh to a variety of creativity in performance.Keywords: music, kompang, identity, multiculture.AbstrakPenelitian keanekaragaman budaya sebagai jati diri orang-orang Tualang dalam memainkan musik kompang, adalah pengembangan penelitian musik kompang sebelumnya. Dalam menemukan jati diri masyarakat Tualang harus memulai hal-hal untuk diri sendiri, tentu tidak mudah dalam penemuan jati diri itu, sebagai penciri khas daerah yang heterogen. Tujuan tetap mempertahankan keberadaan musik kompang bagi masyarakat Tualang sebagai pengikat solidaritas kedaerahan komunitas. Data dikumpulkan melalui observasi, penelitian lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif, analisis interpretatif. Wawancara dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian: konteks musik Kompang dalam masyarakat Tualang, yakni pada perayaan pernikahan, khitanan, aqikahan, penyambutan tamu penting, acara festival, perayaan agama. Eksistensinya terlihat pada perkembangan wilayah musik kompang di daerah Tualang. Konsep musik kompang tidak terlepas dari latar belakang filosofi bermacam budaya, agama, dan kreativitas masyarakat atas perkembangan selera pasar. Kreativitas tidak hanya pada pelahiran musik sebagai ekspresi akan tetapi merupakan hasil dari adanya interaksi pemain di dalamnya yang melahirkan variasi kreativitas dalam sebuah pertunjukan.Kata Kunci: musik, kompang, jati diri, multiculture.Authors:Nursyirwan : Institut Seni Indonesia PadangpanjangDelfi Enida : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAlfalah : Institut Seni Indonesia PadangpanjangReferences:­Armes, Hengki. (2015). Interaksi Sosial Dalam Kesenian Kompang Di Masyarakat Dusun Delik  Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Tesis tidak diterbitkan. Padangpanjang: Program Pascasarjana ISI Padangpanjang.Brannen,  Julia. (2005). Memandu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Samarinda: Pustaka Pelajar.Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Enida, Delfi. (2019). “Notasi Pukulan Kompang”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 7 Maret 2019, Kecamatan Tualang.Hadi, Y. Sumandiyo. (2012). Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.Hatley, Barbara. (2014). Seni Pertunjukan Kontemporer di Jawa Tengah: Memanggungkan Identitas, Membangun Komunitas dalam Seni Pertunjukan Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma.Hauser, Arnold. (1982). The Sosiology of Art. Terj. Kenneth J. Northcoot. Chicago and London: The University of Chicago Press.McHale, John. (1969). The Future of the Future. New York: George Braziller.Nettl, Bruno. (1964). Theory and Method in Ethnomusicology.  London: The Free Press of Glencoe.Nursyirwan. (2019). “Bunyi Pukulan Kompang”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 7 Maret 2019, Kecamatan Tualang.Nursyirwan. (2000). Paradima Musikologis Musik Kompang Di Kelakap Tujuh Dumai Barat. Laporan penelitian tidak diterbitkan. Padangpanjang: STSI Padangpanjang.Sari, Fani Dila, Haria Nanda Pratama, Indra Setiawan. (2020). Identifikasi Umah Adat Pitu Ruang sebagai Produk Kebudayaan Gayo. Studi Kasus: Umah Reje Baluntara Di Aceh Tengah. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 09(2), 451-454. https://doi.org/10.24114/gr.v9i2.22116.Simatupang,  Lono. (2013). Pergelaran sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.Steijlen, Fridus. (2014). Pasar Malam Indo-Eropa: Identitas dan Pertunjukan Kebudayaan Di Belanda”, dalam  Seni Pertunjukan Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Univ. Sanata Dharma. Suwardi MS. (2014). Dari Melayu ke Indonenesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Whitehead, Alfred North. (1929). Process and Reality. New York: Free Press.Wolf. R, Eric. (1983). Petani suatu Tinjauan Antropologis.  Terjemahan TIM Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.  Bandung: Rajawali.

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

gorga

Publisher

Subject

Arts Education

Description

Gorga : Jurnal Seni Rupa terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan/artikel hasil pemikiran, hasil penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang ditulis oleh para pakar, ilmuwan, praktisi (seniman), dan pengkaji dalam disiplin ilmu kependidikan, kajian seni, desain, ...