Konflik agama di Indonesia terjadi disebabkan oleh faktor non-agama masalah politik, yaitu agama dijadikan sebagai alat untuk kepentingan politik tertentu untuk mencapai kekuasaan; masalah ekonomi yang menjerat masyarakat; dan permasalahan sosial dalam masyarakat yang disebabkan oleh kesenjangan sosial antara masyarakat miskin dan kaya. Konflik agama yang disebabkan oleh agama adalah karena menganggap dogma, doktrin agamanya yang paling benar, sehingga menolak pluralitas agama di Indonesia. Ia menganggap di luar dari ajarannya adalah sesat, sehingga ia melakukan kekerasan atas nama agama. Oleh sebab itu, artikel ini mengusulkan pendekatan antroposentris, etikosentris, soteriosentris terhadap agama-agama dalam pluralitas. Akan tetapi, tidak terjebak dalam pluralisme agama yang menyamakan semua agama, sehingga masuk ke dalam perangkap sinkretisme.
Copyrights © 2014