Jurnal Pariwisata
Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Pariwisata

KEIGO DAN MUDHA KRAMA : RAGAM HORMAT PADA MASYARAKAT JEPANG DAN JAWA

Devita Widyaningtyas Yogyanti (Universitas Bina Sarana Informatika)
Mery Kharismawati (Universitas Gadjah Mada)



Article Info

Publish Date
01 Oct 2021

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini adalah penelitian kualitiatif mengenai perbandingan budaya. Dalam hal ini, bentuk budaya yang dibandingkan adalah ragam bahasa hormat dalam Bahasa Jawa dan Jepang. Penelitian bertujuan untuk membandingkan dan mengetahui peranan ragam hormat dalam generasi muda di Jawa dan Jepang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ragam hormat dalam bahasa Jawa dan Jepang terdiri dari beberapa tingkatan bahasa. Tingkatan ragam hormat dalam bahasa Jepang adalah Sonkeigo, Kenjoogo dan Teineigo sedangkan dalam tingkatan ragam hormat dalam bahasa Jawa adalah Mudha Krama yang terbentuk dari Krama Inggil, Krama Andhap dan Krama. Dalam bahasa Jepang ragam hormat direalisasikan menggunakan leksem serta bentuk sintaktis, sedangkan dalam bahasa Jawa direalisasikan dengan leksem dan afiks. Pada perkembangannya bahasa Jawa semakin jarang digunakan di masyarakat Jawa karena fungsi basa krama telah digantikan oleh bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia, sehingga tidak ada kepentingan bagi generasi muda untuk menguasainya. Hal ini berbeda dengan keigo, yang hingga saat ini masih aktif digunakan dan dipelajari generasi muda Jepang yang ingin sukses dalam berkarir dan berkehidupan sosial. Kata kunci :   keigo, mudha krama, ragam hormat, perbandingan  ABSTRACTThis research is qualitative research about cultural comparison. The cultures being compared are Javanese and Japanese language honorific forms. The aims of this research are to compare and examine the roles of honorific form in the Javanese and Japanese young generations. The result shows that honorific forms in Javanese and Japanese consist of language levels. Sonkeigo, Kenjoogo, Teineigo are the variety of honorific forms (Keigo) in Japanese, while in Javanese the variety of honorific forms is indicated by Mudha Krama which has 3 variants, Krama Inggil, krama Andhap, and krama. In Japanese, the honorific style is realized using lexemes and syntactic forms, while in Javanese it is defined by lexemes and affixes. In its development, the Javanese language is become rarely used in Javanese society because the basic manner function has been replaced by the national language (Bahasa Indonesia. So there is no urgency for the young generation to master it. This is different from Keigo, which is actively used and studied by the recent Japanese generation who want to be successful in their careers and social life.Keywords: keigo, mudha krama, honorific form, comparation 

Copyrights © 2021






Journal Info

Abbrev

jp

Publisher

Subject

Humanities Environmental Science

Description

Jurnal PARIWISATA Terbit pertama kali pada 2014. Jurnal ini dimaksudkan sebagai media kajian ilmiah hasil penelitian, pemikiran dan kajian analisis-kritis mengenai Kepariwisataan dan Destinasi Wisata. Dengan lingkup keilmuan pada bidang: 1. Destinasi Pariwisata 2. Kualitas Pelayanan 3. Perhotelan 4. ...