Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi
Vol 39, No 2 (2005)

Penelitian Palinologi pada Sedimen Paleogen di Kawasan Indonesia Bagian Barat

Lelono, Eko Budi (Unknown)



Article Info

Publish Date
09 Mar 2022

Abstract

Singkapan sedimen umur Paleogen yang terdapat di Indonesia Barat sangat terbatas jumlahnya. Hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas tektonik yang intensif yang berlangsung bersamaan dan sesudah umur Paleogen, yang mengakibatkan formasi umur ini tertimbun jauh di bawah permukaan. Sedangkan sedimen Paleogen yang didapat dari pemboran eksplorasi sulit diperoleh karena bersifat rahasia. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau penelitian palinologi terhadap sedimen umur ini masih terbatas jumlahnya. Meskipun demikian, gambaran umum palinologi umur Paleogen sedikit banyak sudah terungkap. Sebagai buktinya beberapa peneliti telah menyusun zonasi polen untuk umur Paleogen seperti Morley (1991) dan Rahardjo dkk. (1994). Penelitian paling lengkap terhadap sedimen Paleogen tertua dilakukan oleh Muller (1968) terhadap Formasi Kayan (dulu bernama Plateau Sandstone) berumur Paleosen- Eosen Awal yang tersingkap di Sarawak. Keragaman polen dari formasi ini rendah dibandingkan dengan keragaman polen masa kini yang ada di Dataran Sunda dan umumnya tidak mempunyai kesamaan dengan spesies modern. Di antara sedimen Paleogen yang paling kaya dengan kandungan palinomorf adalah Formasi Nanggulan berumur Eosen Tengah-Akhir yang tersingkap di desa Nanggulan, D. I. Yogyakarta. Beberapa penelitian dilakukan pada formasi ini antara lain oleh Barton (1988), Morley dan Harley (1995), dan Lelono (2000). Keragaman dan kelimpahan polen pada Formasi Nanggulan sangat tinggi terutama pada sedimen umur Eosen Tengah menunjukkan kondisi iklim basah tropis yang memungkinkan terbentuknya hutan tropis yang lebat. Selain itu, penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan kehadiran palinomorf yang berasal dari India. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi migrasi tumbuhan dari India ke wilayah Asia Tenggara karena menyatunya kedua daerah tersebut akibat tumbukan antara Lempeng India dan Lempeng Asia yang diperkirakan berlangsung pada Eosen Tengah (Hall, 1998). Pada Oligosen Awal proses rifting dan subsid- ence (yang sudah dimulai pada Eosen Akhir) terus berlanjut yang ditandai dengan pembentukan pull-apart basin di beberapa daerah seperti Laut Cina Selatan, Sumatra dan Laut Jawa Barat Utara (Morley, 2000). Pada fase awal pembentukan pull-apart basin ditandai oleh terbentuknya endapan danau atau darat lainnya yang dibuktikan dengan dominasi alga air tawar Pediastrum spp. seperti ditemukan pada Cekungan Jawa Barat Utara. Mendekati umur Oligosen Akhir proses penurunan cekungan (subsidence) berlangsung sangat intensif pada area yang luas. Proses ini ditambah dengan kenaikan muka laut menyebabkan penyusutan daratan akibat penggenangan air laut, sehingga sedimentasi umumnya terjadi di lingkungan transisi sampai laut dangkal. Hal ini ditandai oleh kehadiran beragam palinomorf air payau (mangrove dan back- mangrove) pada penampang sumur umur Oligosen Akhir seperti dijumpai di Cekungan Jawa Barat Utara dan Jawa Timur Utara. Secara umum, keragaman dan kelimpahan palinomorf umur Oligosen jauh rendah dari pada umur Eosen. Hal ini disebabkan kondisi iklim lebih kering yang mendominasi umur Oligosen, meskipun di beberapa tempat dipengaruhi oleh iklim basah.

Copyrights © 2005






Journal Info

Abbrev

LPMGB

Publisher

Subject

Chemical Engineering, Chemistry & Bioengineering Earth & Planetary Sciences Energy Environmental Science

Description

research activities, technology engineering development and laboratory in the oil and gas field including regional geology/basin modeling, petroleum geology, sedimentology, stratigraphy, petroleum geoscience, drilling and completion technology, production engineering, well simulation, formation ...