Sempitnya lahan di perkotaan tidak menyurutkan keinginan warga Bausasran untuk menghijaukan wilayahnya dan mengikuti jejak 45 kalurahan lain di Kota Yogyakarta yang telah berhasil menerapkan konsep lorong sayur atau kampung sayur di wilayah masing-masing. Meskipun demikian, ada beberapa tantangan. Pertama, warga kebingungan jenis tanaman yang akan ditanaman dan bagaimana caranya. Kedua, pembuatan kampung sayur membutuhkan banyak biaya. Ketiga, tidak semua warga memiliki kemampuan untuk melakukan pengadaan perlatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menanam di pekarangan sendiri. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk melakukan pendampingan warga RW 11 Bausasran dalam mengembangkan kampung sayur tematik “Pepaya” melalui transfer ilmu dan teknologi tentang pemanfaatan lahan sempit dengan cara budi daya sayuran dengan tabulampot dalam upaya penghijauan wilayah dan peningkatan pengetahuan warga tentang konsep ketahanan pangan. Metode yang digunakan meliputi 4 metode, yaitu (a) Focus Group Discussion (FGD); (b) penyuluhan dan pelatihan sistem tabulampot dan teknik budi daya tanaman pepaya; dan (c) metode advokasi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan warga Bausasaran mengalami peningkatan dari kondisi sebelumnya mengenai teknik budi daya sayuran khususnya pepaya. Selain itu, warga juga semakin menyadari pentingnya kampung sayur sebagai cara pemanfaatan lahan sempit dan penghijauan serta mendukung ketahanan pangan.
Copyrights © 2020