Desa Gelgel yang pernah menjadi pusat kerajaan Bali pada abad XIV-XVI masehi meninggalkan warisan budaya yang cukup kaya dan beragam. Diantara bentuk-bentuk warisan budaya yang ada, tinggalan budaya dalam bentuk prasasti memiliki makna yang penting bagi konstruksi sejarah masa lalu. Di Pura Ibu Kawitan Pasek Gelgel Bendesa Tangkas Kori Agung terdapat dua lembar prasasti dari bahan tembaga dan perak yang disakralkan, masih digunakan sebagai media pemujaan. Masyarakat penyungsung pura percaya prasasti tersebut adalah anugerah raja kepada leluhurnya. Penyungsung pura berupaya merawat prasasti dengan cara menyucikan dan memberi persembahan tiap enam bulan. Masalah yang dihadapi penyungsung pura selaku mitra adalah belum diketahuinya isi yang tersurat dalam prasasti dan cara melestarikan prasasti logam dengan baik. Pengabdian kepada Masyarakat ini bertujuan memberdayakan masyarakat terhadap dua masalah tersebut. Metode yang digunakan adalah pendampingan teknik konservasi arkeologi, pembacaan, penerjemahan, serta penafsiran isi prasasti dalam konteks sejarah. Tiga tahapan yang dilakukan meliputi: (1) pelatihan teknik konservasi / perawatan arkeologi, (2) pembacaan dan penerjemahan isi prasasti, dan (3) membuat duplikat prasasti. Hasil pelatihan dan pendampingan pelestarian warisan budaya berupa prasasti adalah dimilikinya ketrampilan di bidang konservasi arkeologi dari bahan logam, tersusunnya terjemahan isi prasasti sehingga penyungsung pura memahami isi prasasti, dan tersedianya duplikat prasasti ditulis pada daun lontar.
Copyrights © 2020