Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial
Vol 8, No 1 (2022): Budaya Lokal

PERAMPAM DENE PERNIKAHAN DI SUKU GAYO

Sukasih Kasih (Universitas Malikussaleh)
Fauzi Fauzi (Unknown)
M. Husen (Unknown)
Cut Rizka Rizka Al Usrah (Unknown)



Article Info

Publish Date
23 May 2022

Abstract

Penelitian ini memfokuskan pada proses pernikahan perampam dene di kampung Gunung Tunyang dan menfokuskan pada alasan masyarakat masih mempertahankan pernikahan perampam dene di kampung Gunung Tunyang. Penelitian ini menggunakan teori Konflik Sosial Lewis Coser. Menurut Lewis Coser berpendapat bahwatak selamanya konflik berkonotasi negatif, sebaliknya konflik sosial dapat menjadikan konflik itu berkonotasi positif,  Fungsi berkonotasi positif dari konflik menurut Lewis Coser Menurut Coser konflik juga merupakan unsur interaksi yang penting, dan sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau memecah belah ataupun merusak merupakan cara atau alat untuk mempertahankan, mempersatukan, dan bahkan untuk mempertegas sistem sosial yang ada. Menurut Coser konflik juga merupakan unsur interaksi yang penting, dan sama sekali tidak boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau memecah belah ataupun merusak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi.wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pernikahan perampam dene di Kampung Gunung Tunyang adalah (a) Memberitahukan pelaksanaan acara pernikahan perampam dene kepada Reje Kampung (b) Melakukan Pakat Sudere (c) Melaksanakan Acara Tradisi Adat Pernikahan Perampam Dene dan (d) Memberikan Nasihat Terhadap Pemuda Pemudi Kampung Gunung Tunyang. Alasan Masyarakat Masih Mempertahankan Pernikahan Perampam Dene adalah (a) Untuk Menjaga Keamanan Pemuda Pemudi Agar Terhindar Dari Hal Buruk seperti pergaulan bebas dan Jina (b) Masyarakat Masih Menganggap Adanya Hubungan Persaudaraan (c) Masyarakat Masih Menganggap Pernikahan Perampam Dene Sebagai Proses Tradisi Turun-Temurun.This study focuses on the marriage process of perampam dene in Gunung Tunyang village and focuses on the reasons people still maintain perampam dene marriage in Gunung Tunyang village. This research uses Lewis Coser's Social Conflict theory. According to Lewis Coser argues that conflict does not always have a negative connotation, on the contrary social conflict can make the conflict have a positive connotation. dividing or destroying is a way or tool to maintain, unite, and even strengthen the existing social system. According to Coser conflict is also an important element of interaction, and in no way should it be said that conflict is always not good or divisive or destructive. The research method used in this study is a qualitative method. The data collection techniques used in this study are observation, interviews, and documentation. The results of this study indicate that the perampam dene marriage process in Gunung Tunyang Village is (a) Informing the implementation of the perampam dene wedding ceremony to Reje Kampung (b) Performing Sudere Pakat (c) Carrying out the Traditional Wedding Ceremony of Perampam Dene and (d) Providing advice to youth Youth of Gunung Tunyang Village. The reasons people still maintain Perampam Dene's marriage are (a) To maintain the safety of young people so that they avoid bad things such as promiscuity and jina (b) People still consider the existence of brotherly relations (c) People still regard Perampam Dene's marriage as a hereditary tradition process .  

Copyrights © 2022






Journal Info

Abbrev

dialektika

Publisher

Subject

Humanities Law, Crime, Criminology & Criminal Justice Social Sciences

Description

Jurnal Sosiologi Dialektika Sosial is a critical, reflective, and transformative academic journal that is published by Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Departement of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences) Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe-Aceh, ...