Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya
Vol 50, No 2 (2022)

Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, Indonesia

Nursyahri Ramadhan (Sekolah pascasarjana pendidikan seni, Universitas Pendidikan Indonesia)
Tri Karyono (Unknown)
Zakarias Sukarya Soeteja (Unknown)



Article Info

Publish Date
25 Aug 2022

Abstract

Historical study on the development of the weaving motif of Bima, West Nusa Tenggara, IndonesiaThis study aims to trace the early history of the Bimanese to identify the weaving and its 10 motifs defined in the Bima Land Customary Law as part of the Bima ethnic characteristics. The study used a qualitative approach with data triangulation (observations, interviews, and documentation). The research result showed that the activity of spinning yarn was known by the Bimanese before the expedition of Sang Bima to the land of the rising sun (Satonda Island, a volcanic area on Sumbawa Island), which became the ancestors of the Bimanese. They used weaving to make clothes, using similar procedures of Javanese weaving. Initially, the motifs of Bimanese woven were only in the form of stripes and rectangles, but the acculturation with Javanese culture during the heyday of Majapahit influenced the development of motifs in the Bima Kingdom during the 11-13th centuries. Subsequently, there was also acculturation with Bugis and Malay culture after the Bima Kingdom turned into a Sultanate. For instance, in choosing a leader, the Bima people should adopt the principle in the nggusu waru (octagonal) motif or that the Bima people must always bring benefits and noble characteristics like the scent of a flower in the Satako flower motif. Kajian sejarah perkembangan motif tenun Bima, Nusa Tenggara Barat, IndonesiaTujuan dari penelitian ini adalah untuk menelusuri sejarah awal masyarakat Bima menge­nal tenunan dan motif-motif yang diterapkannya hingga terbentuk 10 motif yang ditetapkan dalam Hukum Adat Tanah Bima (HATB) sehingga menjadi ciri khas etnis Bima. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan triangulasi data (obser­vasi, wawancara, dan studi dokumen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pemintalan benang telah dikenal oleh masyarakat Bima sebelum pengembaraan tokoh Sang Bima ke negeri matahari terbit (Pulau Satonda, wilayah vulkanik di pulau Sumbawa) yang menjadi cikal bakal orang Bima dan untuk membuat pakaian, menerapkan seperti cara orang-orang Jawa dalam hal menenun. Motif awal yang dikenal oleh orang Bima hanya berbentuk garis-garis dan segi empat, namun akulturasi budaya Jawa pada masa kejayaan Majapahit ikut mempengaruhi perkembangan motif-motif di kerajaan Bima pada abad ke 11-13, selanjutnya, terjadi akulturasi budaya Bugis dan Melayu setelah kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan sehingga penerapan motif-motif dalam lingkungan masyarakat Bima mengacu pada Hukum Adat Tanah Bima yang sesuai dengan Syariat Islam. Seperti memilih pemimpin berdasarkan makna yang terkandung dalam motif nggusu waru atau dalam berkehidupan sosial, orang Bima harus selalu membawa kebermanfaatan dan akhlak yang mulia sebagaimana aroma bunga sekuntum dalam motif bunga Satako.

Copyrights © 2022






Journal Info

Abbrev

jbs

Publisher

Subject

Education Languange, Linguistic, Communication & Media

Description

Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya is a double-blind peer-reviewed international journal published twice a year in February and August (ISSN 0854-8277) (E-ISSN 2550-0635). This journal publishes scientific articles on language, literature, art, as well as their relation ...