Kemampuan literasi siswa Indonesia termasuk kategori rendah. Siswa Indonesia mayoritas belum dapat memodelkan situasi yang kompleks secara matematis, artinya belum dapat memilih, membandingkan, serta mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang tepat dari situasi kompleks tersebut. Berdasarkan tren nilai PISA membaca, matematika, dan sains terdapat kesamaan pola antara nilai membaca dan matematika. Oleh karena itu, terdapat korelasi antara kecerdasan bahasa dan matematis. Beberapa studi menunjukan bahwa terdapat hubungan antar kecerdasan linguistik terhadap hasil belajar Matematika. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap pendekatan linguistik matematika sebagai salah satu solusi untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah non-rutin secara sistematis. Penelitian ini disusun menggunakan teknik analisis deskriptif melalui kajian kepustakaan atau library research. Linguistik Matematika bermula pada aksiomatik Euclid sekitar tahun 325 – 265 sebelum masehi dan pada metode deskripsi tata bahasa Panini sekitar tahun 520 – 460 sebelum Masehi. Baik Euclid maupun Panini mengembangkan dua buku terkenal dan fundamental yang berjudul Element dan Aṣṭādhyāyī. kecerdasan linguistik dan matematis mempunyai kesamaan karakter yaitu merupakan suatu kecerdasan yang dapat merekonstruksi sesuatu yang abstrak atau suatu permasalahan kompleks menjadi sebuah solusi konkret beserta solusinya secara tepat dan sistematis. Kombinasi keduanya merupakan kemampuan yang mumpuni untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematis non-rutin. Oleh karena itu, Linguistik Matematika merupakan pendekatan yang dapat menghubungkan secara langsung kecerdasan linguistik dan matematis sehingga menjadikan suatu kompetensi utuh yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kompleks secara matematis.
Copyrights © 2022