Daun sukun mengandung metabolit sekunder antara lain flavonoid, polifenol, kuinon, dan steroid1. Proses biosintetik dapat menyebabkan perubahan warna, kandungan, dan jenis kandungan yang ada pada daun sukun. penelitian menggambarkan konsentrasi total metabolit sekunder yang dipisahkan berdasarkan polaritas pelarut dan metode ekstraksi. Proses biosintetik adalah fermentasi daun hijau segar menjadi daun hijau fermentasi (HF) melalui metode fermentasi aerob dan anaerob. Ekstraksi dilakukan dengan dua metode yaitu metode panas (sokletasi) dan metode dingin (maserasi) untuk membandingkan metode ekstraksi yang lebih baik. Ekstraksi dilakukan dengan kepolaran bergradasi menggunakan pelarut N-heksana, etil asetat, dan etanol. Ekstraksi kepolaran bertingkat akan menghasilkan senyawa-senyawa tertentu yang terpisah secara spesifik pada setiap pelarut yang digunakan, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data ilmiah mengenai pengaruh metode fermentasi, metode ekstraksi, dan gradien polaritas pelarut terhadap kandungan flavonoid dan steroid total ekstrak daun. . sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg). Hasil kandungan flavonoid total tertinggi adalah ekstrak etil asetat dari daun sukun fermentasi aerobik dengan metode maserasi 0,3054 g QE/100g dan kandungan steroid total tertinggi pada ekstrak N-heksana dari daun sukun fermentasi aerobik maserasi 0 , 1169g/100g. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi terbaik untuk menentukan kadar total flavonoid dan steroid adalah metode maserasi. Sedangkan polaritas pelarut yang baik untuk penentuan kadar flavonoid total adalah etil asetat aerobik, dan N-heksana aerobik untuk penentuan kadar steroid total, metode fermentasi yang efektif dalam meningkatkan kadar metabolit sekunder pada daun sukun adalah metode fermentasi aerobik.
Copyrights © 2022