E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Vol 3, No 5 (2015)

HUBUNGAN INFEKSI HIV DENGAN LESI PRAKANKER SERVIKS

Sudirtayasa, Wayan (Unknown)



Article Info

Publish Date
04 Jun 2015

Abstract

merupakan suatu sindroma yang disebabkan oleh infeksi HIV, ditandai dengan terjadinya suatu immunosupresi yang pada akhirnya menyebabkan renatannya tubuh terhadap infeksi opurtunistik, keganasan, wasting syndrome, dan degenerasi sistem saraf pusat. Berbagai sel dapat menjadi sel target dari HIV yaitu CD4, makrofag, dan sel dendritik, akan tetapi HIV virion cenderung menyerang limfosit T. Hal ini dikarenakan pada permukaan limfosit T terdapat reseptor CD4 yang merupakan pasangan  ideal bagi gp 120 pada permukaan envelope dari HIV. Dengan berbagai proses kematian limfosit T tersebut terjadi penurunan jumlah CD4 secara dramatis dari normal yang berkisar 600-1200/mm³ menjadi 200/mm³ atau lebih rendah lagi. Semua mekanisme tersebut menyebabkan penurunan sistem imun sehingga pertahanan individu terhadap mikroorganisme patogen menjadi lemah dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder sehingga masuk ke stadium AIDS. Pada keadaan dimana sistem immunitas tertekan pada penderita HIV, infeksi virus-virus onkogenik seperti Epstein-Barr virus (EBV), Human Papilloma Virus (HPV), Hepatitis B Virus (HBV), dan Herpes Simplex Virus (HSV) seringkali ditemukan dan virus-virus ini dapat menginfeksi sel-sel target yang spesifik dan menyebabkan proliferasi polyclonal. Pada penderita HIV, insidens ditemukannya abnormalitas hasil pemeriksaan sitologi dan histologi yang disebabkan HPV pada traktus urogenitalis bawah lebih tinggi dibandingkan pada yang tidak terinfeksi HIV. Jenis HPV yang banyak menginfeksi pada penderita HIV merupakan HPV tipe risiko tinggi yang menyebabkan lesi prakanker serviks yaitu tipe 16. Risiko berkembangnya lesi prakanker serviks pada penderita HIV meningkat lima kali lebih banyak, dan immunosupresi yang disebabkan oleh infeksi HIV merupakan peran utama dari patogensis penyakit ini. Selain menyerang sel CD4, virus HIV juga menyerang komponen sistem imun selular lainnya yaitu sel langerhans yang terletak pada epidermis dan mukosa saluran gastrointestinal dan genitalia. Sel langerhans merupakan antigen presenting cell yang spesifik untuk sel CD4. Sel langerhans ini berperan pada saat masuknya virus HIV melalui mukosa, yakni pada saat penularan melalui hubungan seksual. Virus HIV yang masuk melewati mukosa akan ditangkap oleh sel langerhans yang selanjutnya akan dibawa ke kelenjar getah bening lokal yang akhirnya akan direspon oleh sel CD4. Ketika sel langerhans dan sel CD4 yang terinfeksi oleh virus HIV, fungsi dari sel-sel tersebut akan hilang. Sel Langerhans pada epitel mulut rahim ini juga berperan untuk mengambil memproses, dan mentransportasi HPV ke kelenjar getah bening pelvis kemudian menuju ke mulut rahim. Di sini terjadi induksi sel T dan respons CTL melawan HPV secara umum. Sel Th-1 yang mensekresi IFN-? bersama dengan dengan antibodi penetral akan mengontrol infeksi virus yang menyebabkan pecahnya sel dengan menghambat pembentukan virus yang menginfeksi sel sekitar. Interaksi antara infeksi virus HPV dan HIV merupakan interaksi yang kompleks karena sistem imun yang berperan pada kedua virus ini saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Pada saat virus HIV telah menginfeksi seseorang dan menyebabkan kegagalan dari fungsi sistem imun spesifik, tubuh tidak dapat melawan adanya suatu infeksi peristen dari HPV dan HIV gene (tat protein) dapat menimbulkan ekspresi onko protein E6 dan E7 dari HPV yang akhirnya meningkatkan perkembangan sifat onkogenik dari HPV. Sampai pada saat ini masih belum didapatkan konsensus mengenai penanganan lesi prakanker serviks pada penderita HIV. Masih banyak penelitian-penelitian yang dilakukan untuk penanganan lesi prakanker serviks. Terapi surgikal lebih dianjurkan dibandingkan dengan terapi ablatif pada penanganan lesi prakanker serviks dengan infeksi HIV.

Copyrights © 2015