cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 110 Documents
HUBUNGAN ANTARAPENYAKIT PERIODONTAL PADA IBU HAMIL DENGAN ANGKA KEJADIAN PERSALINAN PRETERM Budayasa, A A G Raka
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm masih sangat tinggi. Dibandingkan dengan bayi baru lahir cukup bulan, bayi preterm terutama yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai resiko kematian 70 kali lebih tinggi, karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim. Pada banyak kasus penyebab utama dari persalinan preterm belum diketahui. Pada tahun-tahun terakhir, infeksi-infeksi rongga mulut juga berkontribusi terhadap persalinan preterm, ketuban pecah dini atau korioamnionitis. Offenbacher dkk (1996), pertama sekali melaporkan penyakit periodontal sebagai faktor resiko yang bermakna secara statistik mempengaruhi persalinan preterm.   Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara penyakit periodontal pada wanita hamil dengan angka kejadian persalinan preterm.   Rancangan Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional analitik. Subyek penelitian sebesar 60 ibu hamil yang dibagi menjadi dua kelompok, 30 ibu hamil preterm inpartu dan 30 ibu hamil preterm tidak inpartu. Subyek dipilih secara consecutive sampling. Pada subyek penelitian dilakukan evaluasi semua gigi kecuali molar III menggunakan pemeriksaan Probing Depth dan Bleeding On Probing, pencatatan adanya kalkulus, dan selanjutnya hasil diinterpretasikan menurut CPITN, 1997 (WHO). Evaluasi dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSUP Sanglah dan RSUD Gianyar.   Hasil: Karakteristik subyek penelitian tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok sehingga pengaruhnya dapat diabaikan. Penyakit periodontal pada ibu hamil ditemukan memiliki hubungan dengan persalinan preterm melalui uji Chi-square dengan nilai rasio prevalen 2,30 (IK 95% 1,69-3,13, p = 0,011).   Simpulan: Pada penelitian ini disimpulkanpenyakit periodontal pada ibu hamil berhubungan dengan angka kejadian persalinan preterm yaitu pada ibu hamil dengan penyakit periodontal maka kejadian persalinan preterm adalah 2 kali lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita penyakit periodontal sebelum dan selama hamil.   Kata Kunci : penyakitperiodontal, persalinan preterm
GESTATIONAL TROPHOBLASTIC NEOPLASIA (GTN) PATIENT PROFILE AT SANGLAH HOSPITAL DENPASAR IN JANUARY 2012-DECEMBER 2014 Ketut Suwiyoga, I Gde Sastra Winata,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gestational Trophoblastic Neoplasia (GTN) was a malignant tumor from Chorionic Villi, especially from trophoblastic cell in pregnancy, mole or non hydadityform mole. The GTN incidence was varies in the world and tend to increasing in every year especially in developing countries. GTN was a malignant tumor that has an unique characteristic, such as: frequently in young women, low parity, has specific tumor marker, beta-hCG that has prognostic value, and was be the only malignancy that can be treated thoroughly. In social-economic GTN was a malignancy that became a burden on health services because of the high incidence, high cost therapy, and became poor prognosis if not in the good therapy. This article will explain about GTT patient profile at Sanglah Hospital in 2012-2014. This research was an descriptive retrospective research at Obstetric and Gynecologic Polyclinic, Gynecologic ward and Medical Record Installation at Sanglah Hospital in November until December 2014. During the research periode that was 19 GTN cases. Number of incident of GTN mostly in 31-35 years patient, about 36,8% (7 cases) with 2 parity, 36,8% (7 cases), with previous pregnancy with hydadityform mole, about 68,4%. Interval between pregnancy with GTN diagnose mostly was more than 100.000mIU/ml, about 57,9%. About 26,3% case metastasized, 80% in lung and 20% in bone. About 68,4% Histopathology type was hydadityform mole and 31,6 % was choriocarcinoma. Most of the GTN cas found in first stage, about 63,2%, in stage II, III and IV is 10,5%, 21,1% and 5,3%. Chemotherapy type that given to the patient, Methotrexate (MTX) 73,7%, combination chemptheraphy, Actinomycin D (ACD), Chlorambucil (MAC) and Etoposide, MTX, ACD, Cyclophosphamide, Oncovine (EMACO) WAS 10,5% AND 15,8%. Key word : Gestational Trophoblastic Neoplasia (GTN) profile
DESKRIPSI HISTOPATOLOGIK KANKER SERVIKS: ASPEK KLINIK Ketut Suwiyoga, I Gde Sastra Winata, I Nyoman Gede Budiana,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia, sampai saat ini belum ada standar nasional tentang deskripsi histopatologik pada kanker serviks. Hal ini terutama disebabkan oleh karena belum ada pertemuan antara onko-ginekologist dengan patologist. Selain itu, juga disebabkan oleh adanya perbedaan sarana dan prasarana masing-masing, serta adanya perbedaan penerapan kemajuan tentang mekanisme patogenesis, dan sumber daya manusia serta strategi di setiap senter/RS Pendidikan. Standar nasional ini bertujuan untuk menyamakan deskripsi histopatologik terkait dengan penanganan dan pasient safety dengan kendali mutu dan biaya. Deskripsi histopatologik pada kanker serviks diharapkan  memenuhi kebutuhan aspek klinis yang berkaitan dengan penanganan pasien, sehingga  diperlukan suatu konsensus antara onko-ginekologist dengan patologist. Konsensus standar nasional deskripsi histopatologik yang ideal berdasarkan mekanisme invasi dan metastasis kanker serviks. Deskripsi histopatologik kanker serviks meliputi deksripsi umum, dan deskripsi diagnostik. Deskripsi umum meliputi identitas, kondisi, jumlah, jenis prosedur, topografi, deskripsi jaringan yang singkat dan jelas, dan keterkaitannya dengan struktur disekitarnya. Sedangkan deskripsi diagnostik meliputi jenis histopatologis, derajat diferensiasi tumor, perluasan tumor, invasi, lymphatic vascular space invasion, status kelenjar getah bening, dan status batas/tepi reseksi.   Kata kunci: kanker serviks, invasi, metastasis, deskripsi histopatologik
POST SECTIO CAESARIAN CHORIOCARCINOMA RESISTED TO COMBINE CHEMOTHERAPY Ketut Suwiyoga, I Gde Sastra Winata,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Reported a case, 20 years old women diagnose with choriocarcinoma stage II with bidelfis uncials uterine, complained abnormal vaginal bleeding after 2 months post sectio caesaria. Done curettage with Anatomy Pathology examination result are rest pregnancy products. Two weeks after curettage, patient still complained vaginal bleeding. On physical examination found uterine enlargement appropriate 16-18 weeks, soft consistency. Positive pregnancy test with serum ?-hCG > 1500 mIU/ml. With ultrasonography seen duplex uterine, smaller at left uterine, at right uterine seen hypo-hyper echoic mass size 4x4 cm, was concluded as rest intrauterine pregnancy product and uterine duplex. After that was curettage with Anatomy pathology, the result is looks like choriocarcinoma. Patient was given combine chemoteraphy with Etoposide, Methotrexate (MTX), Actinomycin D (ACD), Cyclophosphamide, Oncovine (EMACO). After EMACO 3 series, the forth was delayed 1 month with increasing serum ?-hCG 38,43 mIU/ml. So this patient was diagnose with choriocarcinoma stage II post EMACO chemoteraphy 3 series (chemoresisten). Continued with hysterectomy supravaginal ( resection right delfis uterine) and give the EMACO 4th series. serum ?-hCG level was decrease to 0 mIU/ml after the EMACO 4th series. After the second EMACO the serum ?-hCG level also 0 mIU/ml, so we conclude this patient was remission.
DAMPAK KEHAMILAN DAN PERSALINAN TERHADAP DASAR PANGGUL I Gede Mega Putra, I Gde Sastra Winata,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dasar panggul merupakan suatu komplek jaringan yang terletak diantara peritonium viseralis bagian bawah sampai dengan kulit vulva, yang memiliki peranan untuk menyokong berbagai organ viseralis pada panggul agar tetap berada dalam posisi dan fungsinya yang normal. Kerusakan dasar panggul merupakan suatu masalah yang bersifat kronis dan memiliki morbiditas yang sangat serius, dimana dapat mangakibatkan terjadinya penurunaan kualitas hidup penderitanya apabila tidak dikelola dengan baik. Angka kejadian kerusakan dasar panggul dan tindakan operatif yang terkait dengan kerusakannya tersebut sangat bervariasi pada berbagai penelitian. Penelitian yang dilakukan di Menchester tahun 2010 memperoleh hasil bahwa angka kejadian kerusakan dasar panggul sebesar 10%, dimana dari angka kejadian tersebut sebesar 31% disebabkan oleh karena adanya trauma obstetri dengan odds rasio sebesar 1,37 (95% CI: 0.72-2.62; P = 0.3398). Penelitian lainnya dilakukan di Inggris pada tahun 2009 terhadap 34.631 wanita, penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa risiko pada seorang wanita yang berusia 80 tahun untuk menjalani berbagai bentuk operasi dasar panggul adalah sebesar 12,2%. Sebanyak 2130 (6,2%) wanita paling tidak menjalani satu operasi dasar panggul, diantaranya sebanyak 407 (19%) menjalani operasi berulang. Penelitian yang dilakukan oleh Emily dkk. (2006) yang menghubungkan antara kerusakan dasar panggul dengan paritas dan cara persalinan menyimpulkan bahwa risiko untuk terjadnya kerusakan dasar panggul sangat berhubugan dengan adanya persalinan pervaginam, namun tidak selalu terkait dengan jumlah paritas, dan tindakan seksio sesarea memiliki dampak protektif apabila dibandingkan dengan persalinan pervaginam terhadap angka terjadinya kerusakan dasar panggul. Berbagai penelitian tersebut di atas menggambarkan bahwa risiko terjadinya kerusakan dasar panggul memiliki korelasi yang kuat terhadap adanya kehamilan dan persalinan itu sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka melalui tulisan ini akan berusaha dipaparkan secara mendalam mengenai dampak dan mekanisme dari kehamilan dan persalinan dalam mengakibatkan terjadinya kerusakan dasar panggul.
ANALGESIA MEDIS PADA PERSALINAN Ketut Surya Negara, I Gede Sastra Winata,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nyeri persalinan merupakan suatu bentuk nyeri atau pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dimana terkait dengan adanya kontraksi dari uterus selama menjalani proses persalinan. Secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri bagi seorang ibu yang sedang memasuki fase persalinan yaitu faktor fisik dan psikologis. Nyeri pada proses persalinan merupakan hal yang paling ditakuti oleh sebagian besar ibu hamil. Sehingga ibu hamil tersebut cenderung lebih memilih untuk menghindari proses persalinan spontan dengan melakukan seksio sesarea atau seksio sesarean on request sebagai upaya untuk tidak merasakan sensasi nyeri yang diakibatkan oleh proses persalinan spontan tersebut. Meningkatnya angka seksio sesarea di seluruh penjuru dunia sebagian besar disebabkan oleh karena adanya permintaan ibu hamil dengan alasan takut akan nyeri persalinan ini. Namun di sisi lain, prosedur operasi seksio sesarea sendiri merupakan suatu prosedur intervensi obstetri yang memiliki risiko cukup besar. National Sentinel Cesarian Section berdasarkan audit tahun 2001 melaporkan bahwa kurang lebih 20% wanita di Inggris dinyatakan takut untuk menjalani nyeri selama proses persalinan dan 5% diantaranya ternyata memilih menjalani proses persalinan dengan cara seksio sesarean tanpa indikasi medis atau on request. Penelitian yang dilakukan oleh Jackson dan Irvine pada tahun 1998 melaporkan bahwa lebih dari 3% dari proses persalinan di sebuah Rumah Sakit di Inggris adalah seksio sesarean tanpa indikasi medis. Penelitian lainnya dilakukan oleh Marx et al pada tahun 2001, memperoleh bahwa telah terjadi peningkatan angka seksio sesarean on request di Inggris dan Wales, dimana sebesar 11.3% dari tahun 1989 sampai 1990, 15,5% dari tahun 1994 sampai 1995, 17% dari tahun 1997 sampai 1998 dan bahkan mencapai 21,5% pada tahun 2001. Berdasarkan hal tersebut maka mulai dikembangkan salah satu prinsip dasar obstetri modern yaitu mengurangi nyeri selama persalinan dengan menggunakan analgesia yang adekuat. Secara umum terdapat dua metode analgesia dalam persalinan yaitu farmakologis dan non farmakologis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka melalui tulisan ini akan berusaha dipaparkan secara mendalam mengenai metode analgesia farmakologis atau medis dalam persalinan. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan atau tambahan pemikiran dalam rangka mengkaji pemanfaatan analgesia pada persalinan, hal ini terkait dengan intervensi yang dapat dilakukan dalam upaya-upaya pencegahan nyeri selama persalinan demi meningkatkan keberhasilan persalinan secara spontan pervaginam.
PENATALAKSANAAN ADENOKARSINOMA IN SITU SERVIKS PADA KEHAMILAN Ketut Suwiyoga, I Gde Sastra Winata,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Adenokarsinoma in situ merupakan salah satu lesi premaligna serviks dan insidennya pada kehamilan cenderung meningkat dalam satu dekade terakhir. Tata laksana adenokarsinoma in situ (AIS) serviks pada kehamilan belum banyak dijelaskan secara terinci pada kepustakaan yang ada saat ini. Oleh karenanya, penting untuk mengetahui bagaimana perjalanan progresifitas AIS dan tata laksana yang sesuai, agar memberikan luaran yang optimal, baik untuk ibu maupun bayi. Tata laksana adenokarsinoma in situ serviks pada kehamilan terbagi atas tata laksana konservatif dan tata laksana invasif. Tata laksana konservatif dikerjakan dengan pengawasan secara berkelanjutan dan dijadwalkan pap smear atau kolposkopi serial. Sedangkan tata laksana invasif dikerjakan dengan melakukan konisasi. Kedua bentuk tata laksana ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah didapatkan perburukan atau tidak. Selanjutnya, AIS pada kehamilan yang ditata laksana  secara konservatif, terapi definitifnya dikerjakan setelah persalinan. Setiap pilihan terapi yang dikerjakan akan memberikan dampak pada ibu maupun bayi. Oleh karenanya, penting untuk mendiskusikan dengan pasien setiap pilihan tata laksana yang akan dikerjakan.   Kata kunci: adenokarsinoma in situ serviks, kehamilan
HUBUNGAN CADANGAN OVARIUM, AFC, AMH PADA KASUS ENDOMETRIOSIS I Gede Sastra Winata, Fransiskus Christianto Raharja,
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Endometriosis dijumpai pada kurang lebih 10% populasi wanita usia reproduksi.,dengan dampak klinis yang beragam, diagnosis yang tidak mudah dan memiliki angka kekambuhan yang cukup tinggi. Endometriosis terutama memberikan tiga dampak klinik, benjolan, nyeri perut siklik, atau pelvis atau senggama, dan infertilitas. Sampai saat ini banyak cara pengobatan telah dicoba, namun hasilnya belum memuaskan. Pada dasarnya pengobatan endometriosis hanyalah untuk mengurangi atau menghilangkan dampak klinik yang ada,hanya secara simptomatis. Angka kejadian endometriosis yang cukup tinggiini, menempatkan endometriosis menjadi masalah yang dominan, sedangkan diagnosis dan penanganan sering terlambat sehingga menimbulkan kerusakan jaringan dan terjadinya infertilitas. Diagnosis yang cepat dan tepat diperlukan untuk mencegah timbulnya penyulit pada kasus endometriosis. Cadangan Ovarium, AFC (Antral Follicle Count), AHM (anti MullerianHormon) diketahui dapat menentukan tingkat keberhasilan dari program IVF (In Vitro Fertilization), Sehingga perlu diketahui adanya hubungan cadangan ovarium, AFC (Antral Follicle Count), AHM (anti Mullerian Hormon) pada kasus endometriosis.
KADAR INTERLEUKIN-6 (IL-6) PADA ENDOMETRIOSIS Sastra Winata, I Gde
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Endometriosis merupakan kondisi tumbuhnya kelenjar dan stroma endometrium di lokasi heterotopik jauh dari endometrium normal. Endometriosis merupakan suatu gangguan ginekologi kronik, bersifat jinak, tergantung estrogen, yang berhubungan dengan nyeri pelvik dan infertilitas. Endometriosis adalah penyebab morbiditas yang signifikan dan diasosiasikan denganin fertilitas dan nyeri. Terdapat tiga sitokin pro-inflamasiyaitu IL-1, IL-6 dan tumor necrosis factor (TNF)-alpha, semua terlibat dalam pengembangan endometriosis. Konsentrasinya dalam cairan peritoneum dikaitkan dengan derajat adhesi endometriosis. konsentrasi IL-6  yang lebih tinggi secara signifikan pada pasien endometriosis dibandingkan dengan kelompok kontrol. Secara spesifik, konsentrasi IL-6 lebih tinggi secara signifikan pada endometriosis sedang sampai berat namun tidak pada endometriosis ringan jika dibandingkan dengan kontrol.
AKURASI PERSENTASE CD4 DAN ABSOLUT CD4 TIDAK BERBEDA DALAM MEMPREDIKSI VIRAL LOAD PADA IBU HAMIL TERINFEKSI HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS TRIMESTER II DAN III DI BALI Mega Putra, Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kehamilan dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV) semakin meningkat beberapa dekade terakhir. Faktor risiko utama penularan dari ibu ke bayi adalah tingginya viral load HIV di dalam darah ibu. Namun, viral load hanya dapat diperiksa dengan PCR yang biayanya sangat mahal. Rendahnya sistem imunitas berkaitan dengan semakin tingginya viral load HIV. Pemeriksaan CD4 dapat digunakan untuk menilai status imunitas dengan harga yang ekonomis. Persentase CD4 dinilai lebih baik dalam menilai status imunitas pasien dibanding absolut CD4. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan akurasi antara persentase CD4 dibandingkan absolut CD4 untuk memprediksi viral load pada ibu hamil terinfeksi HIV.   Penelitian uji diagnostik ini melibatkan 22 ibu hamil terinfeksi HIV yang datang ke Poliklinik PMTCT RSUP Sanglah, bulan September 2011 sampai dengan Agustus 2012 yang diambil secara consecutive sampling. Darah diambil untuk pemeriksaan viral load, CD4, dan DL. Pemeriksaan viral load dilakukan dengan PCR di laboratorium biologi molekuler FK Universitas Udayana. Pemeriksaan CD4 dan DL dilakukan di laboratorium RSUP Sanglah. Dilakukan analisis dengan tabel silang 2x2 menggunakan SPSS 17 for windows® version untuk menilai sensitivitas, spesifisitas, dan tingkat akurasi antara persentase CD4 dan absolut CD4 untuk menilai viral load HIV.   Hasil analisis menunjukan persentase CD4 memiliki sensitivitas sebesar 75,0%, spesifisitas sebesar 88,9%, dan akurasi sebesar 86,4% dalam menilai viral load pada ibu hamil terinfeksi HIV. Absolut CD4 yang memiliki sensitivitas 50,0%, spesifisitas 77,8%, dan akurasi sebesar 72,7%. Hasil uji Chi-Square menunjukaan tidak ada perbedaan bermakna antara akurasi persentase CD4 dan absolut CD4 (P = 0,457).   Simpulan dari penelitian ini adalah Persentase CD4 dan absolut CD4 memiliki akurasi yang tinggi untuk memprediksi viral load pada ibu hamil terinfeksi HIV. Tidak terdapat perbedaan akurasi yang bermakna antara persentase CD4 dan absolut CD4.   Kata kunci: Ibu hamil HIV, viral load, CD4

Page 1 of 11 | Total Record : 110