Usatatani jamur tiram menjadi alternative mata pencaharian petani di Kelurahan Tigo Koto Dibaruah beberapa tahun belakangan ini. Usahatani ini dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani. Akan tetapi berapa besar peningkatan pendapatan petani dan apakah usahatani ini benar-benar dapat mengeluarkan petani dari lingkaran kemiskinan tentu memelurkan kajian. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui biaya budidaya usahatani jamur tiram dikelurahan Tigo Koto Dibaruah dan juga untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh oleh usahatani jamur tiram di Kelurahan Tigo Koto Dibaruah. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling ) dengan pertimbangan yaitu Kelurahan Tigo Koto Dibaruah merupakan daerah penghasil jamur terbeser di Payakumbuh. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menghitung biaya budidaya dan menghitung pendapatan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Petani jamur tiram yang ada di kelurakahan Tigo Koto Dibaruah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu: petani yang membuat baglog lalu menjualnya, petani yang membuat baglog lalu membudidayakannya, dan petani yang membeli baglog lalu membudidayakannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya pendapatan petani dipengaruhi jumlah baglog yang mereka miliki. Dari tiga kelompok yang ada petani akan memiliki pendapatan yang paling besar adalah petani yang membuat baglog lalu membudidayakannya sendiri. Rata – rata pendapatan petani pembuatan baglog lalu membudidayakannya yaitu sebesar Rp. 3.266.712/bulan. Sesuai dengan kriteria yang dikeluarkan BPS ini artinya pendapatan petani sudah tergolong tinggi.Kata kunci:Usahatani ,Biaya Budidaya, Pendapatan,
Copyrights © 2023