Latar Belakang: Indonesia termasuk dalam negara yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan overweight pada balita. Untuk melihat status gizi dan kesehatan anak usia dibawah lima tahun (balita) pertumbuhan merupakan salah satu indikator terbaik yang dapat digunakan. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang didasarkan pada pengukuran PB/U atau TB/U yang ditandai dengan keadaan tubuh yang pendek. Balita dikategorikan pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -2SD. Di Indonesia 29% balita termasuk kategori pendek. Beberapa faktor risiko yang berpengaruh dengan stunting yaitu jarak kehamilan yang pendek, tinggi ibu, BBLR, jumlah anak, usia pemberian MP-ASI, pemberian ASI eksklusif dan frekuensi riwayat infeksi dengan stunting pada balita. Tujuan: Untuk mengetahui faktor risiko stunting pada balita di Puskesmas Payangan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian case-control dengan pendekatan retrospektif. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 35 sampel kasus dan 70 sampel kontrol, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan chi square test dan multivariat dengan metode regresi logistik ganda. Hasil: Tinggi ibu dan BBLR merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita di Puskesmas Payangan. Jarak kehamilan, jumlah anak, usia pemberian MP-ASI, pemberian ASI eksklusif dan frekuensi riwayat infeksi bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita di Puskesmas Payangan. Kesimpulan: Perlunya penelitian lebih lanjut dengan menambah atau memperluas variabel lainnya serta mengembangkan metode penelitian. Selain itu perlunya perhatian khusus untuk faktor risiko tinggi ibu dan BBLR untuk mengurangi kejadian stunting. Kata kunci: faktor risiko, stunting, balita, Payangan
Copyrights © 2021