Jurnal Kesehatan Farmasi
Vol 3, No 2 (2021)

Gambaran Pemberian Informasi Obat Analgetik Sebagai Upaya Swamedikasi di Apotek-Apotek Kecamatan Talang Kelapa Banyuasin

Tedi Tedi (Poltekkes Kemenkes Palembang)
Ratnaningsih Dewi Astuti (Poltekkes Kemenkes Palembang)
Bella Maya Sari (Poltekkes Kemenkes Palembang)



Article Info

Publish Date
08 Dec 2021

Abstract

Latar Belakang: Tingginya persentase upaya masyarakat untuk mengobati diri sendiri serta kebutuhan informasi obat yang tinggi, maka pemberian informasi obat harus diberikan secara tepat oleh tenaga kefarmasian untuk mencegah medication error pada masyarakat. Tidak hanya pada obat yang diresepkan, tetapi juga pada obat bebas. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan ketepatan pemberian informasi obat analgetik bebas sebagai upaya swamedikasi di apotek-apotek Kecamatan Talang Kelapa Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi dengan pendekatan deskriptif dengan jumlah sampel 16 orang. Pengambilan data dilakukan dengan metode pasien simulasi yang melakukan pembelian obat analgetik di apotek sesuai skenario yang disiapkan. Hasil: Dari sebelas aspek ketepatan informasi obat analgetik bebas yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian di delapan apotek kecamatan Talang Kelapa. Informasi yang paling tepat diberikan yaitu cara penyimpanan obat dan cara memperlakukan obat yang masih sisa sebesar 100%. Informasi lainnya yang memiliki penilaian sangat baik yaitu lama penggunaan obat dan cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak sebesar 87,5%, informasi khasiat obat dan cara pemakaian obat sebesar 81,3%. Informasi dengan ketepatan baik antara lain waktu pemakaian obat (68,7%), kontraindikasi (62,5%), dosis (62,5%), efek samping (56,3%). Sedangkan edukasi mengenai penyakit pasien menjadi informasi paling rendah ketepatannya dengan persentase 37,5% dengan penilaian cukup baik. Kesimpulan: Secara keseluruhan ketepatan pemberian informasi obat analgetik bebas sebagai upaya swamedikasi di apotek-apotek Kecamatan Talang Kelapa sudah dinilai baik. Hanya saja tenaga kefarmasian yang ada kebanyakan bersikap pasif, sehingga dibutuhkan keaktifan pasien simulasi dalam mendapatkan informasi agar bisa menentuan tepat atau tidaknya sebuah informasi.

Copyrights © 2021