Latar belakang penelitian ini mempersoalkan relasi ketidaksetaraan antara konseli dengan konselor dalam ruang aksilogis pendidikan konseling Kristen. Ketidaksetaraan relasi tidak hanya terjadi dalam ruang gender secara umum, namun juga menyasar pada posisi konselor dan konseli. Posisi ketidaksetaraan ini kemudian menjadi problematik ketika berhadapan dengan eksistensialis narasi konseli yang membutuhkan tempat istirahat di persimpangan jalan, ruang dengar, tanpa perlu pengasihan dan nasehat. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini melihat kesenjangan nir egalitarian pada fitur konseling Pendidikan Kristen (narasi, ketakutan, trauma, spiritualitas, keheningan, emosi dan kematian) melalui berbagai pendapat peneliti sebelumnya. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menelusuri pemikiran-pemikiran Heidegger yang bersinggungan dengan pendidikan Konseling Kristen melalui penelitian terdahulu sebagai sumber sekunder. Pencarian data melalui studi kepustakaan melihat perjalanan subjek sebagai coming-into-being. Baik dalam untaian konstruktifitas narasi subjek maupun narasi sebagai ruang refleksi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa filosofi Heidegger, melalui peneliti-peneliti sebelumnya setelah membaca pemikiran Heidegger mampu meracik, merefleksikan sorge, angst dan dasein yang kemudian membawa kesegaran (oase) sepanjang perjalanan subjek/konseli di dalam ruang pendidikan Kristen. Entah dia sebagai guru, rekan guru, pekerja sekolah ataupun subjek/nara/peserta didik.
Copyrights © 2023