Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Komodo menjadi potensi dan daya tarik utama yang dikembangkan sebagai ekowisata. Pengelolaan ekowisata telah dilakukan di Loh Liang, Pulau Komodo dan menjadi destinasi wisata unggulan. Desa Komodo merupakan satu-satunya desa di Pulau Komodo yang berjarak 1,8 km dari Loh Liang dan telah ditetapkan menjadi desa wisata sejak tahun 2013. Konsep desa wisata menjadikan masyarakat Desa Komodo memiliki peran aktif dalam pembangunan dan pengelolaan desa, salah satunya dalam pengembangan ekowisata. Salah satu bentuk peranan masyarakat yaitu dengan menginisiasi untuk dibukanya jalur trekking Desa Komodo pada tahun 2020. Hal tersebut dilakukan guna memperkenalkan keanekaragaman hayati, bentang alam, maupun kebudayaan masyarakat Ata Modo kepada wisatawan dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun, belum ada kajian dan inventarisasi mengenai keanekaragaman fauna di jalur trekking Desa Komodo. Jalur trekking direkam menggunakan Global Positioning System (GPS), meliputi medium trek (1,98 km) dan long trek (2,87 km). Pengumpulan data keanekaragaman fauna dengan metode jelajah (cruise method) dan mencatat setiap perjumpaan baik secara fisik, jejak, kotoran, maupun suara hewan pada tanggal 24 sampai 26 Agustus 2022 di pagi dan sore hari. Ekosistem pada jalur trekking terbagi menjadi dua, yaitu Hutan Sabana (suhu udara 30-34,6°C dan kelembapan 46,7-61%) dan Hutan Monsun (suhu udara 30,8-35°C dan kelembapan 43-60%). Pada ekosistem tersebut ditemukan 2 spesies reptil, 2 spesies mamalia, 18 spesies avifauna, dan 19 spesies insekta. Keanekaragaman fauna dan terdapatnya lokasi perjumpaan Komodo (Varanus komodoensis), bahkan sarang Komodo di jalur trekking dimungkinkan menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Desa Komodo.
Copyrights © 2023