Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Persepsi Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi, Kehamilan dan Pernikahan di Usia Remaja: Studi Kualitatif Pada Siswi SMA Pedesaan dan Perkotaan Hidayati, Listyani; Dainy, Nunung Cipta; Rohmatullayaly, Eneng Nunuz; Briawan, Dodik
Jurnal Kesehatan Vol 6, No 1 (2013): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jurkes.v6i1.5564

Abstract

Teenage pregnancy may result poor birth outcomes , such as the risk of stunting , infantmortality, premature and Low Birth Weight ( LBW ) . This study aimed to determine the perceptions ofhigh school girls in two different environments , namely rural and urban areas regarding teen pregnancy.The data included perceptions about nutrition and reproductive health , marriage and teen age pregnancy, premaritalpregnancy , as well as nutrition and health during pregnancy.This study was conductedin SMA Negeri 1 Lewiliang, Bogor Regency and SMA Negeri 1 Bogor City with total subjectsweresix people. The result of this study showed a similar perception of the reproductive health of youngwomenin both rural and urban area . Subjects from the countryside can still tolerate teenage marriageandpregnancy if there is readiness of teenagers. In contrast, the subjects in urban areas do not thinkofan excuse to get married in young age . Youngwomen in the village can express more detailaboutfoodthat should be consumed or avoided , including food relating to taboo. In addition, young womeninthe village can provide more in-depth opinion about health care during pregnancy.
Growth Pattern of Body Size in Baduy People Eneng Nunuz Rohmatullayaly; Alex Hartana; Yuzuru Hamada; Bambang Suryobroto
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 24 No. 2 (2017): April 2017
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1081.707 KB) | DOI: 10.4308/hjb.24.2.57

Abstract

Understanding body size growth pattern is one of the best ways to find out biological variation in phenotypic plasticity, health and nutritional statuses, and quality of life. Optimum environment and better nutrition are associated with rapid growth, tall stature, and early puberty. However, poor living condition impacts every stage of development, which results in variation in growth rates, growth periods, and body sizes across populations. Baduy is one of traditional populations who inhabit mountainous area in Kanekes Village, Lebak Regency, Banten Province, Indonesia. The traditional obligatory duties and taboos resulted in genetic, geographic, and cultural isolations. This leads to question whether the biocultural condition affects the growth pattern of their body size. We measured the body height, weight, and mass index of 340 girls and 239 boys aged 4–30 years sampled from 39 of 61 hamlets using cross-sectional method. We found that Baduy people had prolonged growth resulting in small body size because of slow rate and low spurt. This might be a selection to save body maintenance costs in biocultural condition with poor nutrition and high physical activity.
Ontogenetic Allometry of Body Height and Body Mass of Girl in Baduy, Indonesia Eneng Nunuz Rohmatullayaly; Alex Hartana; Yuzuru Hamada; Bambang Suryobroto
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 25 No. 3 (2018): July 2018
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.178 KB) | DOI: 10.4308/hjb.25.3.138

Abstract

Several small-scale populations exhibited phenotypic plasticity whereby growth spurt of body height occurred much earlier than age at menarche and this was not followed by same early spurt of body weight. This leads to question whether growth trajectory of stature follow the same growth trajectory of body mass and whether the trajectory itself is associated to sexual maturity. We evaluated developmental plasticity observed in Baduy girl, a traditional population in Indonesia, in facing strenuous environmental and biocultural conditions. We measured stature and body mass cross-sectionally. We determined age at menarche as population average of age of girls that had already got their first menstruation. Growths of body fat and weight followed a same mode and timing and their spurts pivoted on the age at menarche. In contrast, growth spurt of body height occurred four years earlier than menarche and velocity curve of body linearity progressed in opposite direction to that of body ponderality. The prevailing poor nutrition and high physical activity elicited principle of ontogenetic allometry to synchronize the acceleration and deceleration of growths in body linearity and ponderality whereby growth in body height functions to reach the body size target and to provide skeletal framework for development of body mass. The biocultural conditions lead to slow bodily growth rate with low spurt resulting in the characteristics of Baduy girl that was small in size and late in both sexual maturity and full-grown ages.
PROFIL USIA MENOPAUSE, STATUS GIZI, DAN SOSIAL EKONOMI WANITA DI DESA RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG, JAWA BARAT Tia Fitrianti; Eneng Nunuz Rohmatullayaly; Budi Irawan
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 19, No 2 (2021): BIOTIKA DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v19i2.36204

Abstract

Menopause ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi secara permanen dan berhentinya fase reproduksi, serta diikuti dengan kehidupan pasca reproduksi “grandmotherhood” yang cukup panjang. Dalam perspektif evolusi, kehidupan yang panjang pasca reproduksi ini memberikan kesempatan pada seorang nenek untuk merawat cucu agar dapat bertahan hidup. Populasi wanita menopause di Indonesia akan semakin meningkat seiring bertambahnya angka harapan hidup. Variasi usia menopause dipengaruhi oleh berbagai faktor baik genetik maupun lingkungan. Oleh karena itu, penting mengetahui usia menopause serta bagaimana gambaran status gizi dan kondisi sosial ekonomi, yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita pasca reproduksi di Desa Rancakalong. Subjek penelitian ini adalah wanita Rancakalong berusia 40 tahun ke atas dan Suku Sunda. Metode penentuan status menopause menggunakan metode status quo (ya/tidak) dan dilanjutkan dengan metode ingatan untuk mengetahui usia menstruasi terakhir. Selain itu, pengukuran status gizi menggunakan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT), dan status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran keluarga). Median usia menopause dianalisis dengan menggunakan Probit GLM (Generalized Linear Model) pada program R. Hasil penelitian menunjukkan bahwa median usia menopause wanita adalah 49,8 tahun. Wanita di Desa Rancakalong cenderung menjadi obesitas ketika memasuki usia lanjut. Kondisi obesitas dan sosial ekonomi yang terbilang menengah ke bawah ini berpotensi mempengaruhi usia menopause dan juga memicu terjadinya masalah-masalah kesehatan wanita pasca reproduksi. Padahal, kehidupan pasca reproduksi dapat dimanfaatkan secara maksimum untuk memberikan bantuan kepada anak mereka untuk merawat cucu sehingga meningkatkan keberlangsungan hidup keturunannya, apabila kondisi wanita pasca reproduksi dalam kondisi sehat.
EKSPLORASI POTENSI DESA SUKAMENAK UNTUK KETAHANAN PANGAN KELUARGA DI MASA PANDEMIK COVID-19 Eneng Nunuz Rohmatullayaly; Budi Irawan; Johan Iskandar
Dharmakarya Vol 10, No 2 (2021): Juni, 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v10i2.31985

Abstract

Ketahanan pangan merujuk pada keadaan dimana semua orang memiliki akses secara fisik, sosial, dan ekonomi terhadap makanan yang meliputi aspek ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan, dan stabilitas. Saat ini, pandemi Covid-19 menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan dan telah menambah angka kekurangan gizi penduduk. Tanpa pengetahuan yang cukup, masyarakat akan kesulitan memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Oleh karena itu, kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat (PPM) ini dilakukan dengan metode kualitatif (wawancara dan observasi) guna mengekplorasi potensi desa termasuk sumber daya alamnya, serta sosialisasi untuk penyadartahuan dan pemberdayaan masyarakat baik petani berskala kecil maupun ibu rumah tangga. Masyarakat Desa Sukamenak dahulunya bermata pencaharian sebagai petani, becocok tanaman padi (Oryza sativa) dan tembakau (Nicotiana tabacum). Namun saat ini, masyarakat lebih banyak bekerja sebagai buruh tani di luar desa seiring keterbatasan lahan yang mereka miliki, dikarenakan adanya alih fungsi lahan menjadi Waduk Jatigede. Masyarakat juga mulai beralih ke sektor pariwisata dengan menyediakan jasa sewa perahu rakit untuk memancing ikan di Waduk Jatigede. Ada lima sektor teridentifikasi baik kondisi dan potensinya, yaitu pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, serta perdagangan dan lainnya yang dapat dikembangkan dalam skala rumah tangga. Kelima potensi ini disosialisasikan kepada pemerintah desa dan masyarakat dalam bentuk artikel popular dan infografis mengingat adanya aturan physical/social distancing selama pandemi.
Persepsi Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi, Kehamilan dan Pernikahan di Usia Remaja: Studi Kualitatif Pada Siswi SMA Pedesaan dan Perkotaan Listyani Hidayati; Nunung Cipta Dainy; Eneng Nunuz Rohmatullayaly; Dodik Briawan
Jurnal Kesehatan Vol 6, No 1 (2013): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jk.v6i1.5564

Abstract

Teenage pregnancy may result poor birth outcomes , such as the risk of stunting , infantmortality, premature and Low Birth Weight ( LBW ) . This study aimed to determine the perceptions ofhigh school girls in two different environments , namely rural and urban areas regarding teen pregnancy.The data included perceptions about nutrition and reproductive health , marriage and teen age pregnancy, premaritalpregnancy , as well as nutrition and health during pregnancy.This study was conductedin SMA Negeri 1 Lewiliang, Bogor Regency and SMA Negeri 1 Bogor City with total subjectsweresix people. The result of this study showed a similar perception of the reproductive health of youngwomenin both rural and urban area . Subjects from the countryside can still tolerate teenage marriageandpregnancy if there is readiness of teenagers. In contrast, the subjects in urban areas do not thinkofan excuse to get married in young age . Youngwomen in the village can express more detailaboutfoodthat should be consumed or avoided , including food relating to taboo. In addition, young womeninthe village can provide more in-depth opinion about health care during pregnancy.
OPTIMALISASI FUNGSI PEKARANGAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DAN PEMENUHAN GIZI KELUARGA PADA MASA PANDEMI COVID-19 Eneng Nunuz Rohmatullayaly; Budi Irawan
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 5, No 2 (2022): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v5i2.37352

Abstract

Terpengaruhnya kondisi perekonomian masyarakat selama pandemi Covid-19, akan berimbas pada ketahanan pangan dan tentunya kemampuan untuk mengakses pangan. Terdapat beberapa carauntuk mendukung ketahanan pangan, salah satunya dengan mengoptimalkan fungsi pekarangan sebagai sumber pemenuhan pangan keluarga secara mandiri. Rumah-rumah yang ada di perkotaan cenderung memiliki lahan yang sangat sempit, sehingga membutuhkan teknik tertentu untuk memanfaatkannya. Pada masa pandemi, terlebih saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) banyak masyarakat yang menghabiskan waktunya di rumah, sehingga kegiatan berkebun di pekarangan rumah dapat menjadi salah satu kegiatan alternatif yang bermanfaat untuk menciptakan ketahanan pangan keluarga. Namun, belum banyak masyarakat yang mengetahui cara dan teknik mengaplikasikan urban farming sebagai alternatif sumber pemenuhan gizi seimbang dalam keluarga. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gizi seimbang dengan menu beragam pun dirasa masih kurang. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan tujuan untuk menyosialisasikan diversitas tanaman pangan pekarangan, teknik pemanfaatan lahan pekarangan dengan urban farming terintegrasi, serta memenuhi gizi seimbang untuk keluarga. Kegiatan diawali dengan memetakan gambaran dan pemanfaatan pekarangan pada masyarakat perkotaan. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi yang dikemas dalam bentuk webinar untuk mengedukasi mengenai “Optimalkan Pekarangan untuk Pemenuhan Gizi Keluarga.” Kegiatan webinar ini berhasil menjaring sebanyak 169 peserta dari berbagai institusi dan berbagai jenis latar belakang pekerjaan serta dinilai sangat bermanfaat. Selain itu, berbagai informasi seputar diversitas tanaman pekarangan, teknik pemanfaatan, dan gizi keluarga tersimpan di platform digital untuk dapat mendorong peserta mengimplementasikannya serta dapat diakses kembali oleh masyarakat umum.
EKSPLORASI DAN SOSIALISASI POTENSI PANGAN LOKAL UNTUK MENDUKUNG KESEHATAN MASYARAKAT DI DESA RANCAKALONG, KABUPATEN SUMEDANG Eneng Nunuz Rohmatullayaly
Dharmakarya : Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat Vol 11, No 4 (2022): Desember, 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v11i4.33850

Abstract

Seribu hari pertama kehidupan merupakan fase krusial dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pada periode ini, seorang anak membutuhkan asupan gizi yang baik dan dalam jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tersebut secara optimal, sehingga tidak mengalami stunting. Stunting merujuk pada kondisi di mana seorang anak memiliki ukuran tinggi badan kurang dari rata-rata tinggi badan seusianya atau dengan kata lain pendek. Masalah stunting ini terkait dengan kondisi gizi dimulai dari masa pra-kehamilan seorang ibu hingga pasca melahirkan yang pada akhirnya merujuk pada aspek pangan bahkan ketahanan pangan keluarga. Oleh karena itu, perlu adanya eksplorasi potensi pangan lokal, dalam hal ini yang diproduksi masyarakat, sehingga dapat mendukung ketersediaan pangan keluarga serta mensosialisasikan informasi tersebut kepada masyarakat. Hasil eksplorasi menunjukkan bahwa Desa Rancakalong memiliki potensi sumber pangan yang melimpah, baik dari pertanian, peternakan, dan perikanan. Terdapat 59 spesies tanaman pangan yang terdiri dari dua spesies padi-padian, tiga spesies umbi-umbian, empat spesies kacang-kacangan, 21 spesies buah-buahan, 21 spesies sayur-sayuran, dan delapan spesies rempah-rempah, yang diperoleh dari hutan, sawah, ladang, kebun, serta pekarangan. Kondisi stunting yang masih terjadi, mungkin dikarenakan pola konsumsi pangan masyarakat yang belum beragam dan komposisi gizi yang belum seimbang yang berlangsung dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, penyadartahuan mengenai menu gizi seimbang dengan memberdayakan potensi pangan di desa dan pemantauan kondisi kesehatan balita dilakukan sebagai langkah awal perbaikan kondisi kesehatan masyarakat di masa yang akan datang.The first thousand days of life is a crucial phase in human growth and development. A child needs good nutrition and in sufficient quantities to support optimal growth and development, so the stunting condition does not occur in this period. Stunting refers to a condition in which a child has a height that is less than the average or short height for their age. The stunting problem is related to nutritional conditions starting from the pre-pregnancy period of a mother until after giving birth which is corelated to food and even family food security. Therefore, it is necessary to explore the potential of local food, in this case, produced by the community, to support the availability of family food and disseminate this information to the community. Exploration results show that Rancakalong Village has abundant potential food sources, from agriculture, animal husbandry, and fisheries. There are 59 species of food crops consisting of 2 species of grains, 3 species of tubers, 4 species of legumes, 21 species of fruits, 21 species of vegetables, and 8 species of spices, which were obtained from forests, rice fields, fields, gardens, and yards. However, the condition of stunting that still occurs may be due to people's food consumption patterns that are not yet diverse and nutritional composition that has not been balanced for a long time. Thus, that awareness about a balanced nutritional menu by empowering food potential in the village and monitoring the health condition of children under five years are carried out as an initial step to improve public health conditions in the future.
Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Wisata Batu Kuda, Kabupaten Bandung Kharisma Nurinsani Maulidinda; Eneng Nunuz Rohmatullayaly
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 20, No 2 (2022): BIOTIKA DESEMBER 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v20i2.41657

Abstract

Burung merupakan salah satu hewan penting dalam suatu ekosistem yang berperan sebagai spesies kunci, pollinator, dan agen penyebar biji sehingga kelestariannya harus dijaga agar terhindar dari ancaman kepunahan. Wisata Batu Kuda merupakan suatu kawasan hutan di Kabupaten Bandung yang menyimpan berbagai jenis keanekaragaman hayati, termasuk di antaranya burung. Namun, informasi mengenai keanekaragaman jenis burung yang terdapat di kawasan tersebut belum tersedia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kelimpahan, dan persebaran jenis burung yang terdapat di Kawasan Wisata Batu Kuda. Penelitian dilakukan dengan metode Point Count di jalur Batu Kuda dengan panjang ± 750 m pada 5 titik hitung dengan 3 kali pengulangan. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari (06.00-09.00 WIB) dan sore hari (15.00- 18.00 WIB). Hasil pengamatan diperoleh data sebanyak 13 jenis burung yang terdiri dari 10 famili dengan status konservasi Least Concern menurut IUCN dan tidak termasuk dalam jenis burung yang dilindungi. Indeks keanekaragaman (H’) sebesar 2,37 yang termasuk dalam kategori sedang. Nilai kelimpahan relatif tertinggi sebesar 15,74% (Streptopelia chinensis) dan nilai frekuensi relatif tertinggi sebesar 11,76% (Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus goiavier, dan Passer montanus). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Kawasan Wisata Batu Kuda memiliki kondisi ekosistem yang cukup baik untuk mendukung keberlangsungan hidup berbagai jenis burung
Early Menopause: Reproductive Adaptation of Javanese Women in Oransbari Distric West Papua Elda Irma Jeanne Joice Kawulur; Eka Dewi Kusumawati; Eneng Nunuz Rohmatullayaly; Indah Ratih Anggriyani
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 30 No. 3 (2023): May 2023
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4308/hjb.30.3.466-472

Abstract

Menopause is the permanent cessation of menstruation due to loss of ovarian follicular activity. Assessment of the age of menopause is particularly important because previous studies have shown a high risk of osteoporosis, hypertension, stroke, and coronary heart disease. This study aims to determine the risk factors for early menopause in Javanese women in Oransbari District, West Papua Province. The cross-sectional sampling method was carried out on women aged 51.73 years with an interval of 40.07-78.58 years. Age at menopause was calculated using the Probit Generalized Linear Model (GLM) analysis. We used a binary logit regression (BLR) model to estimate risk factors for early menopause. BLR analysis was fitted to estimate the odds ratio (OR) and 95% confidence interval (CI). Age at menopause is divided into two categories, normal (≥45 years) and early (<45 years). Our results show that the average age of menopause is 43.1 years, or the early menopause category, with an age range of 39.61 to 55.28 years. The results of the partial parameter significance test at the 10% significance level showed that no formal education (OR: 2.348; CI 1.4213.917) had the most significant risk factor for experiencing early menopause, followed by parity (OR: 0.623; CI: 0.377-1.023), contraception (OR: 0.118; CI: 0.038-0.296), and the lowest risk was the age at first delivery (OR: 0.389; CI: 0.207-0.716). The biocultural conditions experienced early in life in Oransbari shape the character of a younger reproductive age as an adaptive response to maximize fitness.