Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang paling sering digunakan oleh manusia dalam kehidupannya baik secara lisan maupun tulisan. Pemberian pembelajaran bahasa dapat diberikan mulai usia 0 tahun sampai masa akhir dalam kehidupan. Bahasa ibu adalah permulaan pembelajaran yang diperoleh anak yang biasa digunakan di rumah. Dengan bahasa anak dapat mengekspresikan emosi mereka. Kecerdasan setiap orang berbeda bergantung bagaimana mereka melatih dan sebanyak apa pengalaman yang mereka miliki. Kecerdasan pada anak dapat dilatih dengan cara dan metode yang sesuai dan dapat digunakan para orang tua. Orang tua akan bangga apabila memiliki anak yang memiliki kecerdasan lebih dibanding teman sebayanya. Tetapi orang tua juga tidak hanya memperhatikan kecerdasan yang melibatkan otak atau pikiran saja, para orang tua juga dituntut untuk mendidik dan melatih buah hati mereka mengenai aspek emosi, sehingga anak memiliki keseimbangan yang benar-benar diharapkan. Anak tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional. Pada usia sekitar 5-6 tahun anak-anak sering bermain dengan bahasa atau eksperimen dengan aturan-aturan dan pola-pola bahasa. Peran orang tua adalah memberikan fasilitas yang dibutuhkan sang anak. Sedangkan peran guru selain memberi fasilitas adalah mendidik dan melatih peserta didik. Orang tua harus peka dan mengetahu perkembangan fisik maupun mental anak. Namun, dalam kenyataannya orang tua mengalami kesulitan terhadap kendala yang dihadapi sang anak. Sehingga orang tua beranggapan bahwa “sekolah” adalah tempat yang sesuai untuk membentuk keterampilan anak. Penelitian yang akan peneliti lakukan berfokuspada ranah kognitif dan emotif anak. Penelitian ini difokuskan kepada keterampilan bercerita yang nantinya akan merangsang kecakapan kognitif dan emotif anak. Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan salah satu aspek literasi yang penting. Setiap anak memiliki cara dan metode berbeda dalam bercerita, bergantung dari beberapa faktor yang memengaruhi, baik faktor internal (diri anak) seperti kepercayaan diri maupun faktor eksternal (luar diri si anak) seperti lingkungan dan lain sebagainya. Dengan kemampuan bercerita yang dimiliki anak, diharapkan anak mampu mengelola emosi mereka terhadap lingkungan sekitar, peka terhadap segala permasalahan, dan cerdas dalam mengambil keputusan. Dalam penelitian ini, hasil akhirnya adalah berupa metode yang dapat dilakukan orang tua dan guru untuk melatih anak ataupun peserta didik melalui bercerita yang kreatif dengan gerakan yang mendukung (dilengkapi dengan konteks) yang dapat direspon oleh orang sekitar sehingga terjadi interaksi yang interaktif dan membentuk kelas yang literat (jika di sekolah).
Copyrights © 2020