Masyarakat Madura memiliki keragaman dalam mencari ilmu, terutama dalam menggali ilmu keislaman, khususnya pembelajaran kitab kuning seperti Jurumiah, Shorof, Safinatun Naja, Bidayatul Hidayah, dan Ta’limul Mutaallim. Tradisi ini sangat erat dengan budaya pondok pesantren, di mana generasi muda Madura lebih memilih mondok (belajar di lembaga keagamaan non-formal) daripada lembaga pendidikan formal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan masyarakat Madura, khususnya santri, dengan budaya mondok atau nyolog di pesantren, serta menguji pembelajaran bahasa Arab melalui kitab kuning. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus berbasis kualitatif, mengacu pada teori antropologi, budaya etnis Madura, dan moderasi beragama yang digagas oleh Prof. Irwan Abdullah dari UGM. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, serta dianalisis dengan teori Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya mondok dan mengaji sangat kuat di Madura, didukung oleh banyaknya pondok, langgar, musholla, dan masjid. Pembelajaran kitab kuning di pesantren terus dikembangkan dan diapresiasi, bahkan dikuatkan melalui kontes baca kitab kuning. Budaya Madura, yang kaya akan tradisi keislaman dan moderasi beragama, relevan dengan pembelajaran bahasa Arab di pondok pesantren dan pendidikan modern di sekolah serta perguruan tinggi.
Copyrights © 2024