Arete
Vol 12, No 1 (2023)

DISRUPSI SEBAGAI PROBLEM SUBJEK, PERSONA, DAN KOMUNITAS

Widyawan Louis, Aloysius (Unknown)



Article Info

Publish Date
01 Feb 2023

Abstract

Abstrak Manusia kini hidup dalam era disrupsi yang mengguncang seluruh sendi kehidupannya. Kemajuan teknologi informasi menjadi salah satu faktor penentu disrupsi. Di satu sisi, guncangan itu menantang manusia untuk beradaptasi secara cepat dengan segala perubahan yang ada. Di sisi lain, disrupsi ini menggerus, meninggalkan, menyingkirkan, dan mengabaikan manusia-manusia yang dianggap tak mumpuni mengikuti arus perubahan zaman. Disrupsi ini bisa menjadi locus philosophicus untuk memperdalam makna hakiki kemanusiaan. Pokok-pokok pemikiran personalistik Karol Wojtyla (1920-2005), seorang filsuf, teolog, dan paus dari Polandia, dapat dijadikan pisau analisis untuk membedah dan menjawab tantangan disrupsi. Beranjak dari analisis atas tindakan, Wojtyla melihat bahwa teknologi beserta dampaknya yang luas bagi kehidupan manusia tak pernah boleh diabaikan, disingkirkan atau diperalat. Manusia sebagai persona adalah subjek dari tindakan. Melalui tindakannya, ia mengejawantahkan ke-persona-annya sebagai pribadi dan bagian dari komunitas manusia yang berdinamika mencapai tujuan-tujuan hidup pribadi dan bersama. Dalam refleksinya itu, ia mengungkapkan bahwa partisipasi adalah kunci bagi persona mewujudkan komunitas yang manusiawi, bebas dari berbagai bentuk alienasi, bahkan alienasi yang menjauhkan manusia dari dirinya sendiri, dari komunitasnya, dan dari berbagai arus perubahan zaman. Kata kunci: Personalisme, Praxis, Partisipasi, Alienasi, Solidaritas, Komunitas  Abstract Humans nowadays live in an era of disruption that shakes all aspects of their lives. Advances in information technology is one of the determining factors for disruption. On the one hand, these shocks challenge humans to adapt quickly and unconditionally to all the changes that exist. On the other hand, this disruption erodes, leaves, removes, and ignores human beings who are considered incapable of keeping up with the changing times. This disruption can become a locus philosophicus to deepen the true meaning of humanity. The personalistic principles of Karol Wojtyla (1920-2005), a philosopher, theologian, and pope from Poland, can be used as an analytical method to dissect and answer the challenges of disruption. Moving on from an analysis of actions, Wojtyla sees that technology and its broad impact on human life must never be ignored, pushed aside, or used. Man as a person is the subject of action. Through his actions, he manifests his personality as a person and part of a dynamic human community to achieve personal and collective life goals. In his reflections, he revealed that participation is the key for the person to create a humane community, free from various forms of alienation, even alienation that distances humans from themselves, from their community, and from various currents of changing times. Keywords: Personalism, Praxis, Participation, Alienation, Solidarity, Community

Copyrights © 2023






Journal Info

Abbrev

ARETE

Publisher

Subject

Languange, Linguistic, Communication & Media Social Sciences

Description

Jurnal Ilmiah Fakutas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Jurnal ilmiah ini diharapkan menghasilkan kontribusi yang positif dari Fakultas Filsafat bagi pemikiran-pemikiran filosofis di Indonesia yang secara jujur dan setia melihat, memahami, dan menilai realitas sosial di tanah air ...