Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan inforrnasi tentang kelas kerapatan hutan dan potensi tegakan berdasarkan tampilan warnaltone pada citra satelit. Metode yang digunakan yaitu pengukuran/pemetaan potensi pada citra satelit dan pengamatan lapangan. Pengukuran potensi pada citra satelit tersebut dilihat dari tone yang dijumpai, semakin rapat tegakan, semakin jelas tone yang dihasilkan. Sedangkan pengamatan lapangan dilakukan dengan cara menentukan satuan contoh berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 km x 1 km (100 ha). Di dalam plot bujur sangkar dilihat lima jalur ukur yang diletakkan secara sistematik dengan jarak antar jalur 200 m, lebar jalur 20 m, panjang 1.000 m. Hasil penelitian ditemukan 48 jenis pohon yang tercakup ke dalam 27 famili. Jenis-jenis yang dominan berturut-turut resak/damar (Vatica rassak Bl.), matoa (Pometia pinnata Forst.), kelat/jarnbu-jambu (Eugenia sp.), kenari (Canarium maluense Lauterb.), mersawa (Anisoptera polyandra Bl.), dan pala hutan (Myristica fawn Houtt.). Pengkelasan hutan menurut warnaltone pada peta ciira satelit dapat digunakan, hal ini ditunjukkan oleh kerapatan tegakan hutan dengan diameter ≥ 20 cm pada hutan "jarang" sebesar 96,80 pohon/ha (diameter ≥ 50 cm= 7,20 N/ha dan diarneter ≥ 60 cm = 2,60 N/ha), hutan "sedang" sebesar 101,25 pohon/ha (diameter ≥ 50 cm = 8,70 N/ha dan diameter ≥ 60 cm = 4,25 N/ha) dan kerapatan tegakan hutan "rapat" sebesar 118,05 pohon/ha (diarneter ≥ 50 cm = 9,45 N/ha dan diameter ≥ 60 cm = 4,25 N/ha). Potensi pohon berdiameter ≥ 20 cm di areal kerja PT Prabu Alaska Unit I Fakfak pada hutan "jarang" sebesar 68,66 ml/ha (diameter ≥ 50 cm= 18,04 m3/ha dan diameter ≥ 60 cm =9,56 ml/ha), hutan "sedang" sebesar 76,88 m3/ha (diameter ≥ 50 cm = 25 m3/ha dan diameter ≥ 60 cm = 17,06 m3/ha) dan kerapatan tegakan hutan "rapat" sebesar 85,78 m3/ha (diameter ≥ 50 cm = 25,80 m3/ha dan diameter ≥ 60 cm = 16,46 m3/ha).
Copyrights © 2006