Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KLASIFIKASI POTENSI TEGAKAN HUTAN ALAM BERDASARKAN CITRA SATELIT DI KELOMPOK HUTAN SUNGAI BOMBERAI-SUNGAI. BESIRI DI KABUPATEN FAKFAK, PAPUA Sofwan Bustomi; Djoko Wahjono; N. M. Heriyanto
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 3, No 4 (2006): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2006.3.4.437-458

Abstract

Tujuan penelitian ini  adalah untuk mendapatkan inforrnasi  tentang   kelas  kerapatan  hutan dan potensi tegakan berdasarkan  tampilan  warnaltone pada citra  satelit.  Metode  yang digunakan yaitu pengukuran/pemetaan potensi pada citra satelit  dan pengamatan    lapangan.  Pengukuran potensi  pada citra satelit tersebut dilihat dari tone yang dijumpai, semakin rapat  tegakan, semakin jelas tone yang   dihasilkan.  Sedangkan pengamatan lapangan dilakukan  dengan cara menentukan  satuan contoh  berbentuk  bujur sangkar dengan ukuran 1 km x  1 km (100  ha). Di dalam  plot  bujur  sangkar  dilihat lima jalur  ukur  yang  diletakkan  secara sistematik  dengan jarak antar jalur 200 m,  lebar  jalur 20  m,  panjang 1.000  m.  Hasil   penelitian  ditemukan    48 jenis pohon yang tercakup  ke dalam  27 famili.  Jenis-jenis yang  dominan berturut-turut resak/damar (Vatica rassak Bl.), matoa (Pometia pinnata  Forst.),  kelat/jarnbu-jambu  (Eugenia  sp.), kenari  (Canarium maluense Lauterb.), mersawa (Anisoptera  polyandra Bl.),  dan pala hutan (Myristica fawn  Houtt.). Pengkelasan hutan menurut   warnaltone pada peta ciira satelit  dapat digunakan, hal ini ditunjukkan   oleh kerapatan tegakan hutan dengan diameter ≥ 20 cm pada hutan   "jarang" sebesar 96,80  pohon/ha (diameter ≥ 50 cm=  7,20  N/ha dan diarneter ≥ 60 cm = 2,60  N/ha), hutan "sedang" sebesar 101,25  pohon/ha (diameter  ≥ 50 cm = 8,70 N/ha dan diameter ≥ 60 cm = 4,25  N/ha) dan kerapatan tegakan hutan "rapat"  sebesar 118,05 pohon/ha  (diarneter ≥ 50 cm = 9,45  N/ha  dan diameter  ≥ 60 cm  = 4,25  N/ha).  Potensi  pohon  berdiameter ≥ 20 cm  di  areal kerja PT Prabu Alaska Unit  I Fakfak pada hutan "jarang" sebesar  68,66 ml/ha (diameter ≥ 50 cm= 18,04 m3/ha dan diameter ≥  60 cm =9,56 ml/ha), hutan  "sedang"   sebesar 76,88  m3/ha (diameter ≥ 50 cm =  25 m3/ha dan diameter ≥   60 cm = 17,06  m3/ha) dan kerapatan tegakan  hutan "rapat" sebesar  85,78  m3/ha (diameter ≥ 50 cm =  25,80 m3/ha dan diameter ≥ 60 cm =  16,46  m3/ha).
KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TROPIS BERBUKIT DI KALIMANTAN TENGAH Soenarno Soenarno; Wesman Endom; Sofwan Bustomi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 4 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.4.273-288

Abstract

Salah satu indikator pengelolaan hutan lestari adalah adanya dampak kerusakan tegakan tinggal yang ditimbulkan oleh kegiatan pemanenan kayu. Tulisan ini mempelajari kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu di hutan tropis berbukit di Kalimantan Tengah. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan plot contoh penelitian berukuran 200 m x 100 m yang ditempatkan secara sistematis pada tiga petak tebang terpilih dengan operator chainsaw yang berbeda tingkat kemahirannya. Hasil penelitian menunjukkan besarnya derajat kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu berkisar antara 19,37 – 34,9% dengan rata-rata 24,37% termasuk kategori kerusakan tegakan tingkat ringan. Kerusakan tegakan tinggal rata-rata akibat penebangan adalah 16,27% dan akibat penyaradan kayu sebesar 8,1%. Operator chainsaw yang tidak terlatih/kurang berpengalaman cenderung mengakibatkan kerusakan lebih besar dibandingkan operator chainsaw yang sudah terlatih. Tipe kerusakan tegakan akibat penebangan baik pada areal yang landai, agak curam maupun curam didominasi oleh patah batang pohon. Tipe kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan umumnya berupa pohon yang roboh/miring. Kerusakan tegakan akibat pemanenan kayu dapat dikurangi dengan pengawasan yang lebih baik di areal penebangan dan memberikan pelatihan dan/atau penyegaran kepada operator chainsaw dan traktor sarad mengenai teknik penebangan dan penyaradan ramah lingkungan.
MODEL HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER POHON AKASIA ( Acacia auriculiformis) SEBAGAI PENGHASIL KAYU ENERGI DI KABUPATEN PURWOKERTO PROVINSI JAWATENGAH Sofwan Bustomi; Mira Yulianti
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.3.155-160

Abstract

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui model terbaik dari hubungan tinggi dan diameter pada tanaman penghasil kayu energi. Penelitian ini dilakukan pada enam lokasi Kabupaten Banyumas. Pengambilan dipilih secara sistematis dengan jarak sama pada masing-masing lokasi. Dengan 215 pohon model yang diukur, dan 36 pohon validasi yang dapat digunakan dalam penyusunan persamaan regresi hubungan diameter tinggi pohon dengan sebaran diameter antara 2,9–27,2 cm dengan tinggi antara 5,5–26,5 m. Hasil analisis terhadap 3 model linear yang dicoba, bahwa berdasarkan kriteria besarnya koefisien determinasi (r2), model yang menggunakan peubah tak bebas tinggi maksimum mempunyai nilai r2 yang lebih besar dibandingkan dengan model yang menggunakan peubah tak bebas tinggi seluruh pohon sehingga penduga model yang digunakan adalah model yang menggunakan peubah tak bebas tinggi total maksimum. Berdasarkan pemeringkatan dengan pendekatan scoring, persamaan terpilih yaitu H = 1.3 + 0,606 D0,748, Dengan besarnya bias rata-rata, penduga kuadrat tengah galat (MSEP) dan indeks galat (EI), berturut- turut sebesar 0,02873; 38,51; dan 80,9073.
MODEL PENDUGA VOLUME POHON WERU (Albizia procera (Roxb.) Benth.) DI KABUPATEN MAJALENGKA - JAWA BARAT Sofwan Bustomi; Mira Yulianti
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.398 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2014.11.1.21-30

Abstract

Pohon weru banyak dibudidayakan sebagai salah satu tanaman penghasil kayu pertukangan dan energi yang dikembangkan  di  masyarakat  khususnya  pada  hutan  rakyat. Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  melakukan penyusunan model penduga volume pohon yang memiliki ketelitian tinggi untuk jenis Weru di Kabupaten Majalengka. Data dikumpulkan dengan mengukur volume pohon pada berbagai kelas diameter pada tegakan Weru yang sudah ada dengan metode purposive sampling. Selanjutnya data dianalisis menggunakan lima persamaan regresi penyusun model berdasarkan peubah bebas diameter setinggi dada dan tinggi pohon. Pemilihan model terbaik didasarkan pada hasil penghitungan nilai koefisien determinasi maksimum (R2), bias minimum dan Root mean square error (RMSE) terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model persamaan pendugaan volume terbaik yaitu Ln V = - 7,59 + 2,02 ln D dengan SA 0,0165 dan SR 0,1178.
TEKNIK PENINGKATAN DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH PILANG Eliya Suita; Sofwan Bustomi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.636 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2014.11.1.45-52

Abstract

Pilang (A. leucophloea) merupakan salah jenis potensial untuk kayu energi dan cocok ditanam pada lahan ter- degradasi, karena mempunyai sistem perkaran yang kompak. Tujuan penelitian untuk mendapatkan metode uji perkecambahan yang dapat meningkatkan viabilitas benih. Metode uji meliputi pengujian perlakuan pendahuluan: kontrol (tanpa perlakuan), benih direndam dalam air kelapa selama 30 dan 60 menit, dengan H2SO4  selama 20 dan 40 menit, dalam air panas (suhu 100 OC) selama 10 dan 20 detik kemudian masukkan air ke dalam air biasa selama 24 jam. Setelah perlakuan pendahuluan benih di tabur dengan metode : UDK (Uji Di atas Kertas), UAK (Uji Antar Kertas), UKDdp (Uji Kertas Digulung dengan posisi didirikan), media pasir tanah (1:1), media pasir tanah (1:1) ditutup plastik selama 1 minggu pertama. Perlakuan pendahuluan dan metode uji perkecambahan terbaik adalah benih direndam dengan H2SO4 selama 20 menit dengan metode uji UDK.
KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU PADA HUTAN TROPIS BERBUKIT DI KALIMANTAN TENGAH Soenarno Soenarno; Wesman Endom; Sofwan Bustomi
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 35, No 4 (2017): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11143.433 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2017.35.4.273-288

Abstract

Salah satu indikator pengelolaan hutan lestari adalah adanya dampak kerusakan tegakan tinggal yang ditimbulkan oleh kegiatan pemanenan kayu. Tulisan ini mempelajari kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu di hutan tropis berbukit di Kalimantan Tengah. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan plot contoh penelitian berukuran 200 m x 100 m yang ditempatkan secara sistematis pada tiga petak tebang terpilih dengan operator chainsaw yang berbeda tingkat kemahirannya. Hasil penelitian menunjukkan besarnya derajat kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu berkisar antara 19,37 – 34,9% dengan rata-rata 24,37% termasuk kategori kerusakan tegakan tingkat ringan. Kerusakan tegakan tinggal rata-rata akibat penebangan adalah 16,27% dan akibat penyaradan kayu sebesar 8,1%. Operator chainsaw yang tidak terlatih/kurang berpengalaman cenderung mengakibatkan kerusakan lebih besar dibandingkan operator chainsaw yang sudah terlatih. Tipe kerusakan tegakan akibat penebangan baik pada areal yang landai, agak curam maupun curam didominasi oleh patah batang pohon. Tipe kerusakan tegakan tinggal akibat penyaradan umumnya berupa pohon yang roboh/miring. Kerusakan tegakan akibat pemanenan kayu dapat dikurangi dengan pengawasan yang lebih baik di areal penebangan dan memberikan pelatihan dan/atau penyegaran kepada operator chainsaw dan traktor sarad mengenai teknik penebangan dan penyaradan ramah lingkungan.