Terapi adalah upaya penyembuhan atau normalisasi atas “penyakit” yang diderita oleh pasien. Terdapat banyak ragam cara penyembuhan yang dilakukan terapis terhadap penyakit pasien. Jenis penyakit dan tingkat keakutannya juga bervariasi. Penyakit-penyakit kategori medis dengan level ke-akut-an dan penyakit-penyakit yang ditengarai non-medis membuka cukup ruang munculnya lembaga-lembaga terapi alternatif di berbagai wilayah khususnya di Indonesia. Untuk wilayah Jawabarat, terdapat banyak lembaga-lembaga terapi baik yang memiliki legal-formal terdaftar di departemen kehakiman maupun yang tidak mengantongi surat izin. Lembaga terapi pada scope satuan-satuan wilayah yang lebih kecil misalnya terdapat di Kampung Ciawitali Sukanagara, Cianjur Selatan Kabupaten Cianjur. Lembaga terapi ini merupakan bagian dari Lembaga pesantren Salafi Ciawitali yang dipimpin KH. Asep Mukarram. Tujuan pnelitian ini fokus pada basis terapinya yakni do’a. Ada beberapa ilustrasi yang dinarasikan penulis di depan nanti tentang epistemologi do’a yang ada di lembaga terapi tersebut dengan penjelasan-penjelasan langsung atau tidak langsung yang bersumber dari terapis (KH. Asep Mukarram). Karenanya, penelitian ini hanya berkisar pada prosesi perolehan do’a (ijazah, mahar), riyadlah, puasa (shaum), wirid dan lain-lain.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitik dengan jenis data kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah field research dengan teknik wawancara mendalam (deep interview) dengan puposive sampling. Penelitian ini berbasis pada kerangka epistemologi atau teori pengetahuan (nadzariyyat al-ma’rifah). kata do’a (الدعاء). Jika merujuk kepada Alquran, banyak kata-kata do’a dengan berbagai derivasinya baik dalam bentuk kata kerja maupun kata benda, sebanyak 90 kali disebut; 48 dalam bentuk kata benda [isim] dan 44 dalam bentuk kata kerja [fi’il]. Kata ini memiliki variasi makna; ibadah, meminta, memanggil, memuji dan seterusnya. doa secara definitif dimaknai dengan; permintaan kepada Allah untuk didatangkan kemanfaatan dan dicegah berbagai keburukan. Hasil penelitian ini dapat disebutkan secara singkat sebagai berikut; epistemologi do’a di lembaga terapi KH Asep Mukarram meliputi prosesi pembersihan fisik dengan di”rebus”, melakukan riyadlah (latihan penyucian jiwa), shaum, Idan wirid. Perolehan ilmu para santri atau pasien melalui proses ijazah dan mahar. Do’a-do’a yang di-ijazahkan bersumber dari Alquran, literatur kitab-kitab hikmah, dan “racikan” KH Asep Mukarram sendiri. Relasi do’a dengan terapi dapat terlihat dari prosesi terapi dengan media wafaq, transfer energi do’a pada pemindahan penyakit ke tubuh hewan, dan pengisian benda dengan energi doa. Ide utama dari berdoa menurut KH Asep Mukarram adalah keyakinan bahwa do’a kita akan di-qabul (diterima).
Copyrights © 2017