Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENDEKATAN TASAWWUF-FALSAFI DALAM MENAFSIRKAN AL-QURAN (Kajian Mafâtih al-Ghaib dan Tafsîr Alqur’ân al-Karim Karya Shadr al-Dîn al-Syirâzi) Solehudin Solehudin
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.956 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v3i1.9554

Abstract

Ini merupakan telaah penggunaan metode tasawuf falsafi dalam menafsirkan Al-Quran sebagaimana dilakukan oleh Mulla Shadra. Tafsir esoterik filosofis Shadra dikategorikan dalam dua kategori: tafsir mengenai surat, dan tafsir atas ayat. Kombinasi ini berdiri sendiri sebagai sebuah sistem yang menunjang pola pikir tasawuf falsafi. Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa dasar falsafi dalam tafsir Mulla Shadra sangat kental, namun menariknya konklusi atau hasil tafsir itu berkesinambungan dengan apa yang kelak dia postulatkan sebagai trans substansial, dalam batas-batas tertentu.
Epistemologi Doa KH Asep Mukarram Solehudin Solehudin
Syifa al-Qulub Vol 2, No 1 (2017): Juli, Syifa Al-Qulub
Publisher : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/saq.v2i1.2386

Abstract

Terapi adalah upaya penyembuhan atau normalisasi atas “penyakit” yang diderita oleh pasien. Terdapat banyak ragam cara penyembuhan yang dilakukan terapis terhadap penyakit pasien. Jenis penyakit dan tingkat keakutannya juga bervariasi. Penyakit-penyakit kategori medis dengan level ke-akut-an dan penyakit-penyakit yang ditengarai non-medis membuka cukup ruang munculnya lembaga-lembaga terapi alternatif  di berbagai wilayah khususnya di Indonesia. Untuk wilayah Jawabarat, terdapat banyak lembaga-lembaga terapi baik yang memiliki legal-formal terdaftar di departemen kehakiman maupun yang tidak mengantongi surat izin. Lembaga terapi pada scope satuan-satuan wilayah yang lebih kecil misalnya terdapat di Kampung Ciawitali Sukanagara, Cianjur Selatan Kabupaten Cianjur. Lembaga terapi ini merupakan bagian dari Lembaga pesantren Salafi Ciawitali yang dipimpin KH. Asep Mukarram. Tujuan pnelitian ini fokus pada basis terapinya yakni do’a. Ada beberapa ilustrasi yang dinarasikan penulis di depan nanti tentang epistemologi do’a yang ada di lembaga terapi tersebut dengan penjelasan-penjelasan langsung atau tidak langsung yang bersumber dari terapis (KH. Asep Mukarram). Karenanya, penelitian ini hanya berkisar  pada prosesi perolehan do’a (ijazah, mahar), riyadlah, puasa (shaum), wirid dan lain-lain.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitik dengan jenis data kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah field research dengan teknik wawancara mendalam (deep interview) dengan  puposive sampling. Penelitian ini berbasis pada kerangka epistemologi atau teori pengetahuan (nadzariyyat al-ma’rifah). kata do’a (الدعاء). Jika merujuk kepada Alquran, banyak kata-kata do’a dengan berbagai derivasinya baik dalam bentuk kata kerja maupun kata benda, sebanyak 90 kali disebut; 48 dalam bentuk kata benda [isim] dan 44 dalam bentuk kata kerja [fi’il]. Kata ini memiliki variasi makna; ibadah, meminta, memanggil, memuji dan seterusnya. doa secara definitif dimaknai dengan; permintaan kepada Allah untuk didatangkan kemanfaatan dan dicegah berbagai keburukan. Hasil penelitian ini dapat disebutkan secara singkat sebagai berikut; epistemologi do’a di lembaga terapi KH Asep Mukarram meliputi prosesi pembersihan fisik dengan di”rebus”, melakukan riyadlah (latihan penyucian jiwa), shaum, Idan wirid. Perolehan ilmu para santri atau pasien melalui proses ijazah dan mahar. Do’a-do’a yang di-ijazahkan bersumber dari Alquran, literatur kitab-kitab hikmah, dan “racikan” KH Asep Mukarram sendiri. Relasi do’a dengan terapi dapat terlihat dari prosesi terapi dengan media wafaq, transfer energi do’a pada pemindahan penyakit ke tubuh hewan, dan pengisian benda dengan energi doa. Ide utama dari berdoa menurut KH Asep Mukarram adalah keyakinan bahwa do’a kita akan di-qabul (diterima).
The Meaning of Dhikr According to Abdul Qadir Jaelani Izzah Faizah Siti Rusydati Khaerani; Nandar Kusnandar; Solehudin Solehudin
Indonesian Journal of Islamic Studies Vol 2 No 2 (2018): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.228 KB) | DOI: 10.21070/ijis.v2i2.16

Abstract

This study examines the meaning of dhikr according to Abdul Qadir Al-Jailani as contained in Al-Jilani's. The choice of this figure was because his teachings were very closely related to the people in Indonesia, especially to the followers of the Naqshbandiyah Qadariyah Order. This research is a book research data processed through a method of description analysis in order to find a clear picture related to the meaning of dhikr in the literature. This study found: 1). The meaning of dzikir according to Abdul Qadir is to remember Allah in every moment of every event. In order to carry out what God commands and keep away from what God forbids and by doing the dhikr it will arrive at the mortal level. 2). The way of dhikr according to Abdul Qadir Jailani, there are two parts namely by oral and with qalb, for by oral that is by saying lafadz laa ilaha illaallah while with qalb must be done with: (a). Empty the heart other than the name of Allah (b). Get used to reading prayer beads at any time. (c). Don't concern yourself with worldly affairs but must always remember God (d). Trying to enjoy the dhikr so that it is truly enjoyable and feels mortality in his life. 3). The benefits of dzikir according to Abdul Qadir are: a). God also remembered, b). Forgiveness of sins, c). Up to mortal d). Enter the level of ma'rifaullah e). Calm his heart f). Meet with God g). granted the Prayer.
Deradicalizing Interpretation of Jihad Verses by Sayyid Qutb Deni Albar; Dadang Darmawan; Solehudin Solehudin
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v3i1.23798

Abstract

The research aims to explore and elaborate on the causes of radical and fundamentalist stigma in Sayyid Qutb, in interpreting the jihad verses in the Fi Zhilal Qur’an, which are considered the root cause of fundamentalist and radical and intolerant movements. The research method uses qualitative. The research subject is Sayyid Qutb's interpretation of the Fii Zhilal Al-Qur'an. The object of his research is the verses of jihad and qital verses scattered in the Qur’an. Data processing techniques through literature studies. The study results show that the stigma that is often leveled at Sayyid Qutb is a symbol of radicalism, intolerance, and anti-peace, even though in his work, he always gives a picture of peace, namely inner peace, household peace, and community peace. The emergence of radical movements, intolerance and inter-ethnic and religious conflicts in the world at the end of the 20th century allegedly originated from the Middle East, including; Qutb's thoughts in the interpretation of zhilal al-Quran, ma'alim fi at-tariq and several of his books. Meanwhile, Sayyid Qutb's wordview concept uses the term al-Tasawwur al-Islamy (Islamic Vision) or Sayyid Qutb's perspective on jihad verses. The deradicalization format of Sayyid Qutb's interpretation was written through his interpretation (Fi zhilalil Quran), the critical point is to illustrate that contemporary jihad is by working hard to preach preaching through speech and writing. The red line is that defensive jihad is put forward as a form of deradicalization.
Takhrij and Syarah Hadith of Chemistry: Prohibition of using Gold for Men Friska Liesanty Setiawan; Alfi Salwa Qibty; Solehudin Solehudin; Ecep Ismail; Adi Mulyana Supriatna
Gunung Djati Conference Series Vol. 5 (2021): Proceedings Conference on Chemistry and Hadith Studies
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.015 KB)

Abstract

The purpose of this research is to discuss the hadith of the Prophet about the prohibition of using gold for men. This research method is qualitative through the takhrij and sharah hadith approaches with chemical analysis. The results and discussion of this study is the prohibition of using gold for men. The conclusion of this research is takhrij and syarah hadith of the Prophet. prohibits the use of gold for men
Diskursus Perbedaan Penafsiran Al-Qur’an Pada Masa Sahabat Hanna Salsabila; Hilma Nurlaila Azhari; Solehudin Solehudin
Al - Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol 8, No 01 (2023): Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/at.v8i01.4474

Abstract

Penelitian ini bertujuan membahas perbedaan penafsiran zAl-Qur’an di kalangan para sahabat. Metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif melalui styudi kepustakaan. Hadil dan pembahasan penelitian ini terdiri dari bahasa Al-Qur’an dan metodenya, penafsiran Al-Qur’an di masa sahabat, munculnya perbedaan penafsiran dikalangan sahabat dan penyebabnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan penafsiran dikalangan sahabat di dorong oleh dua sebab. Pertama sebab dzatiyyah yaitu sebab yang berkaitan dengan kepribadian mufasir. Seperti kadar ilmu dan pemahaman yang dimiliki sahabat, ketelitiannya, kemampuannya dalam mendengarkan sebuah riwayat dengan sempurna atau tidak, salah dalam pengambilan hukum. Sebab kedua adalah sebab maudzu’iyyat yaitu sebab yang berkaitan dengan nash atau dilalah. Seperti perbedaan dari sisi qiraat, dari sisi irab, polemik ahli bahasa dalam memaknai sebuah kalimat, lafaz isytirak, am dan khas, muthlaq dan muqayyad, hakiki dan majazi, idlmar dan istiqlal, pertambahan kalimat, urutan awal dan akhir, muhkam dan mansukh, perbedaan riwayat penafsiran.