Kerusakan jaringan hospes yang terinfeksi malaria dapat disebabkan oleh radikal bebas yang dihasilkan akibat respons imun yang berlebihan dan mekanisme kerja artemisin. Kandungan beta-karoten dan tokoferol yang tinggi dalam minyak buah merah berfungsi sebagai antioksidan dan imunostimulator. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh terapi kombinasi artemisin dan minyak buah merah terhadap pembentukan reactive oxygen intermediate (ROI) oleh makrofag. Sebagai model malaria digunakan Plasmodium berghei yang diinfeksikan ke mencit Balb/C secara intraperitoneal. Sampel terdiri dari kelompok mencit normal, mencit yang diinfeksi P. berghei (kontrol positif), mencit yang diinfeksi P. berghei dan diterapi artemisin 0,0364 mg/gBB peroral, mencit yang diinfeksi P. berghei dan mendapat artemisin 0,0364 mg/gBB serta minyak buah merah (dosis 16,5μL/mencit,  49μL/mencit, dan 97,5μL/mencit).  Didapatkan penurunan parasitemia pada kelompok mencit yang diterapi dengan artemisin serta kombinasi artemisin dan minyak buah merah pada hari ke-3. Keadaan ini diikuti dengan rendahnya jumlah sel makrofag yang memproduksi ROI yaitu pada kelompok yang mendapat artemisin saja maupun kombinasinya dengan minyak buah merah dosis 16,5 μL/mencit, dan dosis 49 μL/mencit dibanding kelompok kontrol positif (berturut-turut p = 0,003; p = 0,007; p = 0,003), kecuali pada mencit dosis 97,5 μL yang menunjukkan setara dengan kontrol positif (p = 0,822). Pada hari ke-5, jumlah sel makrofag yang memproduksi ROI lebih rendah pada kelompok kombinasi artemisin dan minyak buah merah dosis 49 μL/mencit, dan dosis 97,5 μL/mencit  dibandingkan dengan kelompok artemisin saja dan kontrol positif (p = 0,000). Disimpulkan bahwa pada infeksi malaria yang diberi terapi artemisin, buah merah dosis tinggi diperlukan sebagai imunostimulator pada fase akut dan sebagai antioksidan pada fase kronis. Kata kunci: artemisinin, makrofag, malaria, reactive oxygen intermediate, buah merah (Pandanus conoideus)
Copyrights © 2018