Indonesia peringkat keempat setelah India, China, dan Afrika Selatan dalam hal prevalensi
Tubercolusis (TB) dengan angka 65,000 kematian per tahun (WHO 2012). Sejak 1995
Indonesia menerapkan Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) sebagai metode
pengobatan TB. Metode DOTS tidak hanya diimplementasikan melalui pendekatan klinik
tetapi juga pendekatan berbasis masyarakat khususnya di wilayah masyarakat miskin yang
prevalensi TB-nya tinggi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
studi kasus program penanggulangan TB pada masyarakat miskin perkotaan dengan
Community TB Care âAisyiyah KPT Jakarta Barat di Kelurahan Kalianyar, Tambora, Jakarta
Barat. Sebanyak 18 informan sebagai sumber data, diperoleh dengan teknik snowball.
Penelitian menggunakan teori komunikasi partisipatori model multitrack (Tufte dan
Mefalopulos 2009). Hasil penelitian menunjukkan komunikasi partisipatori yang terjadi
mengkombinasikan moda monologis dan dialogis. Moda monologis terjadi dalam pelatihan
dan penyampaian informasi mengenai penyakit dan pengobatan TB kepada pasien, kader dan
PMO serta tokoh masyarakat. Sementara forum pertemuan komunikasi dialogis terbentuk
untuk memecahkan masalah. Forum-forum monitoring dan pertemuan pasien menjadi arena
tidak hanya pertukaran informasi pengobatan TB tetapi pemecahan masalah dan ajang
konsultasi dan âcurhatâ dalam mendampingi pasien. Moda komunikasi partisipatori dialogis
dalam komunikasi kesehatan diperlukan tidak hanya sebagai transfer informasi dari pemilik
program tapi juga sebagai pendekatan bertukar pendapat dalam rangka penyembuhan suatu
penyakit.
Kata kunci: Komunikasi Kesehatan, Komunikasi Partisipatori, Tubercolusis
Copyrights © 0000