Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa
Vol 16, No 2 (2018): Metalingua Edisi Desember 2018

FATIS LAILAHA ILALLAH, ASTAGFIRULLAHALAZHIM, DAN INSYAALLAH DALAM CERITA REKAAN BERBAHASA SUNDA (PHATIC FORM OF LAILAHA ILALLAH, ASTAGHFIRULLAHALAZIM, AND INSHAALLAH IN SUNDANESE FICTIONS)

NFN Wahya (Universitas Padjajaran)
Hera Meganova Lyra (Universitas Padjajaran)
Yudi Permadi (Universitas Padjajaran)
Abdul Kosim (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung)



Article Info

Publish Date
27 Jan 2019

Abstract

Every language has elements that serve as pragmatic function to emphasize or afirm the purpose of speech and those of to express emotions. Sundanese is a language that is rich in such elements that is called phatic form. Such forms in Sundanese language have the origins of Sundanese and also loan words, for example from Arabic. The use of Arabic loan words is in line with the practice of Islamic religion by the Sundanese people and has become a part of Sundanese culture so that the writing and pronunciation has been adapted to the Sundanese language system. This paper discusses three phatic forms derived from Arabic with its variations. The problem to discuss is what kind of intentions that is emphasized or afirmed by phatic forms in sentences and what kind of emotions that is expressed by phatic forms in sentences? Therefore, this paper’s objectives is to discuss the intentions emphasized or afirmed by phatic forms in sentences and the kind of emotions expressed by phatic forms in sentences. The irst problem involves all three phatic forms, while the second problem only involves the irst two phatic forms. Data were collected by observation method with the recording technique. Data were analyzed using distributional and referential method. Data source were ten Sundanese ictions. The results shows that the three phatic forms emphasize or afirm the intentions of surprise, astonishment, regret, shock, and willingness. The irst two phatic forms express emotions of surprise, astonishment, regret, and dumbfounded.  AbstrakBahasa alamiah di seluruh di dunia memiliki ciri keuniversalan dan keunikan. Setiap bahasa memiliki unsur bahasa  yang secara pragmatik memiliki fungsi untuk menekankan atau menegaskan maksud tuturan. Di samping itu, setiap bahasa memiliki unsur bahasa yang berfungsi mengekspresikan emosi. Akan tetapi, wujud dan jumlah unsur-unsur bahasa tersebut berbeda-beda sesuai dengan keunikan bahasa masing-masing. Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa yang kaya dengan unsur bahasa seperti dikatakan di atas. Unsur bahasa yang memiliki fungsi seperti itu di samping ada yang berasal dari bahasa Sunda sendiri, ada pula yang berasal dari bahasa lain, yakni unsur serapan dari bahasa Arab. Penggunaan unsur serapan dari bahasa Arab ini sejalan dengan pengamalan ajaran Islam oleh masyarakat Sunda. Penggunaan unsur bahasa di atas sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Sunda sehingga penulisan dan pelafalannya pun sudah diadaptasi mengikuti sistem bahasa Sunda. Unsur bahasa ini disebut fatis. Makalah ini akan membahas tiga fatis yang berasal dari bahasa Arab, yaitu lailaha illallah, astagfirullahalazhim, dan insya Allah dengan variasinya. Masalah yang akan dibahas adalah menekankan atau menegaskan maksud apa saja fatis tersebut dalam kalimat dan mengungkapkan emosi apa saja dalam kalimat? Untuk masalah pertama melibatkan seluruh tiga fatis terrsebut, sedangkan untuk masalah kedua hanya melibatkan dua fatis pertama. Data dikunpulkan dengan metode simak dengan teknik catat. Data dianalisis menggunakan metode agih (distribusional) dan padan. Sumber data berupa sepuluh buku cerita rekaan berbahasa Sunda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga fatis menekankan atau menegaskan maksud keterkejutan, ketercengangan, penyesalan, keterperanjatan, dan kesediaan; kemudian  dua fatis pertama mengekspresikan emosi terkejut, tercengang, menyesal, dan terperanjat. 

Copyrights © 2018






Journal Info

Abbrev

metalingua

Publisher

Subject

Languange, Linguistic, Communication & Media

Description

METALINGUA is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in Metalingua have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. METALINGUA is published by West Java Balai Bahasa twice a year, in June and ...