<![CDATA[Selama ini kelanggengan entrepreneurship dalam bentuk bisnis keluarga sering dipertanyakan. Ada anggapan bahwa generasi pertama membangun, generasi kedua membesarkan, dan generasi ketiga menghancurkan. Di sisi lain, terdapat pula data yang menunjukkan bahwa hingga saat ini ada sejumlah perusahaan keluarga yang masih bertahan hidup sekalipun telah berusia ratusan tahun. Fakta menarik seperti ini memunculkan pertanyaan penting: “Apa yang membuat bisnis keluarga bisa langgeng?” Artikel ini berusaha menelaah secara sistematis riset-riset terdahulu yang telah terpublikasi di Indonesia maupun mancanegara, berkenaan dengan penyebab ketidaklanggengan maupun kelanggengan bisnis keluarga. Secara umum, literatur mengungkap bahwa ketergantungan yang terlampau kuat pada figur pendiri sekaligus pemimpin dan pengelola menyebabkan banyak perusahaan keluarga yang mati seiring dengan tutup usianya sang pendiri. Faktor-faktor lain yang juga berperan penting, di antaranya konflik kepentingan antar anggota keluarga, kurangnya profesionalisme kerja, masalah suksesi, kekurangan sumber daya, dan model bisnis tradisional yang sudah usang. Sementara itu, kemampuan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai yang perlu dipertahankan (family values) dan aspek-aspek yang perlu lebih fleksibel (sistem manajemen modern) merupakan determinan kunci kelanggengan bisnis keluarga.]]>
Copyrights © 2013
