cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Populis : Jurnal Sosial dan Humaniora
ISSN : 24604208     EISSN : 25497685     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2022)" : 13 Documents clear
Eksistensi dan Keberlanjutan Budaya Baduy Luar Berbasis Permainan Tradisional Budi Supriyanto; Jajang Gunawijaya; Nurbaeti Nurbaeti
Populis : Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47313/pjsh.v7i2.1837

Abstract

Traditional games activities are fun activities carried out by children, adolescents and adults, which are important for the development of abilities, character, morals and emotions in their efforts to form a strong personality needed during the period of growth to adulthood. This traditional game is also part of the cultural representation of the Baduy tribe, Banten. The aspect of sustainability is the main problem that must be faced because it is dealing directly with globalization, which can result in reduced existence in the future, which one day can make this culture only found in game museums or only in books because it is no longer played or separated from culture and the Baduy people. The author assumes that the original culture that exists in the Baduy tribe can maintain the existence of traditional folk games, so that they continue to grow and be played from generation to generation. This research method uses a qualitative approach, by carrying out the data collection and analysis stages of traditional folk game objects to see their existence, then through in-depth interviews to analyze their sustainability. The results of the study show that the existence and number of common traditional games in the Baduy have decreased and have even been played very little from year to year. This is different from the special traditional games of the Baduy which are still running because the tradition has been passed down from parent to child as an educational skill for daily activities that continues to be taught. The three pillars refer to the CSA (Community Sustainable Assessment), namely (1) Ecological aspects; (2) Social aspects; and (3) Spiritual sspect; shows a positive value for the Baduy tribe, even though the communication indicators in the social aspect are starting to see the entry of globalization information through the internet causing a degradation or declining in negative new habits, so that the existence and sustainability of the cultural side must begin to be a concern.Aktivitas permainan tradisional adalah kegiatan menyenangkan yang dilakukan oleh anak-anak, remaja maupun dewasa, yang penting bagi perkembangan kemampuan, karakter, moral dan emosional dalam usahanya membentuk kepribadian kuat yang dibutuhkan pada masa pertumbuhan sampai dengan dewasa. Permainan tradisional ini juga bagian dari representasi budaya pada suku Baduy, Banten. Aspek keberlanjutan adalah masalah utama yang harus dihadapi karena berhadapan langsung dengan globalisasi, yang bisa mengakibatkan berkurangnya eksistensi di masa mendatang, yang suatu saat bisa membuat budaya tersebut hanya bisa ditemui di museum permainan atau hanya di buku-buku karena sudah tidak dimainkan atau lepas dari budaya dan masyarakat Baduy. Penulis berasumsi bahwa budaya asli yang ada pada suku Baduy dapat menjaga eksistensi permainan rakyat tradisional, sehingga tetap tumbuh dan dimainkan dari generasi ke generasi. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan melakukan tahap pendataan dan analisis objek permainan rakyat tradisional untuk melihat eksistensi yang ada, selanjutnya melalui wawancara mendalam untuk menganalisis keberlanjutannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi dan jumlah permainan tradisional umum di Baduy mengalami penurunan dan bahkan sudah sangat kurang dimainkan dari tahun ke tahun. Ini berbeda dengan permainan tradisional khusus Baduy yang tetap berjalan karena tradisi turun-temurun dari orangtua ke anak sebagai pendidikan keterampilan untuk aktivitas sehari-hari yang terus diajarkan. Tiga pilar berkelanjutan mengacu pada CSA (Community Sustainable Assessment), yaitu: (1) Aspek ekologis; (2) Aspek sosial; dan (3) Aspek spiritual; menunjukkan nilai yang positif pada suku Baduy, walaupun pada indikator komunikasi di aspek sosial mulai terlihat masuknya informasi globalisasi melalui internet menyebabkan adanya degradasi/penurunan terhadap kebiasaan baru yang negatif, sehingga eksistensi dan berkelanjutan dari sisi budaya harus mulai menjadi perhatian.
Studi Cara Pandang Perempuan Dalam Film Charlie’s Angels Andika Kartika Sari
Populis : Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47313/pjsh.v7i2.1854

Abstract

Film is a medium for delivering messages through moving images. However, often in film narratives, there is a point of view of the dominance of male characters as subjects and active characters while women as passive characters or objects. Thus, women are often seen as a group that is vulnerable to violence, both sexual and symbolic violence. This article aimed to find a woman's point of view in Charlie's Angels, where women are seen as the dominant subject and not a vulnerable group. This research employed a descriptive-qualitative research method with primary and secondary data sources. The primary data was the Charlie's Angels film, while the secondary data was supporting documents such as books and articles. Data collection techniques employed documentation techniques. The data analysis technique applied Roland Barthes Semiotics to find denotations, connotations, and myths in film scenes to explore their meaning. In addition, this study used Tseelon's theory which states that in the film, there is a woman's point of view that rejects the notion that women are considered sexual objects formed from the point of view of men. The results of this study indicated that the Charlie's Angels film transparently applied a female perspective, made women's roles more dominant than men's, and negated the concept of women as sexual objects from the male point of viewFilm merupakan media penyampai pesan melalui gambar bergerak. Namun, sering kali dalam narasi film, terdapat sudut pandang dominasi tokoh laki-laki sebagai subjek dan tokoh aktif, sementara perempuan sebagai tokoh pasif atau objek. Sehingga, perempuan seringkali dipandang sebagai kelompok yang rentan dengan kekerasan, baik kekerasan seksual maupun simbolik. Artikel ini bertujuan menemukan sudut pandang perempuan dalam film Charlie’s Angels yang mana perempuan dipandang sebagai subjek yang dominan dan bukanlah kelompok yang rentan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan ialah film Charlie’s Angels, sedangkan data sekunder berupa dokumen pendukung, seperti buku penunjang dan artikel. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan Semiotika Roland Barthes untuk menemukan denotasi, konotasi, mitos dalam adegan-adegan film dalam teks, sehingga dapat digali maknanya. Selain itu, penelitian ini menggunakan teori Tseelon yang menyatakan jika dalam film terdapat sudut pandang perempuan yang menolak adanya kepercayaan jika perempuan dianggap sebagai objek seksual yang dibentuk berdasar sudut pandang laki–laki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film Charlie’s Angels secara transparan menggunakan perspektif perempuan dan membuat peran perempuan menjadi lebih dominan daripada laki-laki, serta meniadakan konsep perempuan sebagai objek seksual dari sudut pandang laki-laki.
Hubungan Patron-Klien Dalam Rekrutmen Calon Anggota Legislatif Partai Gerindra Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014 Mochdar Soleman; Kamaruddin Salim
Populis : Jurnal Sosial dan Humaniora Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47313/pjsh.v7i2.1973

Abstract

The existence of political parties in Indonesia has an important role in the democratic system. Political parties have several functions and one of them is political recruitment, namely a selection of candidates for legislative members to produce a quality leader. This study discusses the recruitment strategy by the Gerindra Party in conducting the regeneration of members of the Gerindra Party in Tidore Islands City. This study uses James Scott's Patron-Client Theory and Michael Rush and Philip Althoff's Political Recruitment Theory. The data in this study were obtained through interviews with party leaders and literature studies. This study describes that the Gerindra Party Branch Board of Tidore Islands City conducts political recruitment with a patron-client pattern. Where, patrons are associated with former activists, retirees and businessmen who have an organized mass, influence and economic capital. And clients, namely community groups who have social and cultural closeness will follow the political choices of their patrons. This study shows that the strategy model for recruiting legislative candidate figures from activists, retirees and entrepreneurs is still a popular strategy, but ignores the process of strengthening the resources of the party cadres themselves. This, of course, led to a crisis of regeneration within the party's internal.Keberadaan partai politik di Indonesia memunyai peran penting dalam sistem demokrasi. Partai politik mempunyai beberapa fungsi dan salah satunya ialah rekrutmen politik, yaitu seleksi calon anggota legislatif untuk mencetak seorang pemimpin berkualitas. Penelitian ini membahas tentang strategi rekrutmen oleh Partai Gerindra dalam melakukan kaderisasi anggota Partai Gerindra di Kota Tidore Kepulauan. Penelitian ini menggunakan Teori Patron-Klien James Scott dan Teori Rekrutmen Politik Michael Rush dan Philip Althoff. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara ketua partai dan studi kepustakaan. Penelitian ini menguraikan bahwa Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Tidore Kepulauan melakukan rekrutmen politik dengan pola patron-klien. Di mana, patron diasosiasikan dengan mantan aktivis, pensiunan dan pengusaha yang mempunyai massa teroganisir, pengaruh serta modal ekonomi. Dan klien yakni kelompok masyarakat yang mempuyai kedekatan secara sosial dan kultural akan mengikuti pilihan politik patronnya. Dalam penelitian ini menunjukkan model strategi rekrutmen figur calon anggota legislatif dari kalangan aktivis, pensiunan dan pengusaha masih menjadi strategi yang popular, namun mengabaikan proses penguatan sumber daya dari kader partai sendiri. Hal ini, tentunya menimbulkan krisis kaderisasi dalam internal partai.

Page 2 of 2 | Total Record : 13