cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
JURNAL ILMIAH PLATAX
ISSN : 23023589     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Mencakup Penulisan yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan secara mandiri, atau kelompok, dan berdasarkan Ruang Lingkup Pengelolaan Wilayah Pesisir, Konservasi, Ekowisata, dan Keanekaragaman Hayati Perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 24 Documents
Search results for , issue "Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022" : 24 Documents clear
Length-Weight Relationship and Condition Factor of Siganus Lineatus around Kareko waters, Lembeh Strait Mouren V. Sampouw; Meiske S. Salaki; Ruddy D. Moningkey; Jety K. Rangan; Silvester B. Pratasik; Juliaan Watung
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.36985

Abstract

AbstractThis study aims to determine the relationship between length and weight and condition factors of Siganus lineatus around Kareko waters, Lembeh Strait. Sampling was carried out in March 2021 from fishermen's catch using net fishing gear. There were 31 individuals collected with a length range of 169.95-345.69 mm and a weight range of 94-939 grams. The relationship between length and weight of male (b= 0.3018), female (b= 0.3631) and total (b= 0.3287) showed a negative allometric growth pattern. Mean condition factors of the male, female and total were 0.106, 0.075, and 0.091, indicating that rabbitfish are in poor condition.Keywords: rabbitfish; allometric; fishermen.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang berat dan faktor kondisi Siganus lineatus di perairan sekitar Kelurahan Kareko, Selat Lembeh. Pengambilan sampel sepanjang bulan Maret 2021 dari  hasil tangkapan nelayan yang menggunakan alat tangkap jaring. Jumlah ikan yang terkumpul sebanyak 31 individu dengan kisaran panjang 169,95-345,69 mm dan berat 94-939 gram. Hubungan panjang berat ikan beronang jantan (b= 0,3018), betina (b= 0,3631) dan total (b= 0,3287) menunjukkan pola pertumbuhan alometrik negatif. Faktor kondisi rata-rata ikan beronang jantan, betina dan total yaitu 0,106, 0,075 dan 0,091, hal ini menunjukkan ikan beronang dalam kondisi kurang baik karena memiliki nilai kurang dari satu.Kata kunci : ikan beronang; alometrik; nelayan.
Comparison of Tidal Analysis Results at Tumumpa Coastal Fishing Port Using Least Squares Method and Admiralty Method Abigail Emylia Febricristiani Lang; Patrice N. I. Kalangi; Heffry V Dien; K. W. A. Masengi; Revols D. Ch. Pamikiran; Frangky E. Kaparang
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.36887

Abstract

Tumumpa Coastal Fishing Port is located at 1°31'21"-1°31'35" N, 124°50'28"-124°51'24" E Tides are one of the phenomena that can be utilized as a reference in determining natural resource management policies and as a supplement to data used to forecast future marine conditions. Using the Least Squares Method and the Admiralty Method with 15 days of observation data, the analysis was undertaken with the goal of finding the phase and amplitude of tidal components, type of tides, and the elevation of sea level at  Tumumpa Coastal Fishing Port. The tidal type  at the port is mixed semidiurnal tides, the formzahl value for the least square method is 0.48, while for the Admiralty method is 0.39Keywords: Tides; Formzahl; RMSE; PPP Tumumpa.AbstrakPasang surut air laut merupakan salah satu fenomena yang bisa dijadikan referensi dalam penentuan kebijakan untuk pengelolaan sumber daya alam dan sebagai data pelengkap untuk menggambarkan kondisi laut pada masa mendatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis komponen-komponen pasang surut dan tipe pasang surut yang diukur di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa. Analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan metode Admiralty berdasarkan data 15 hari pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pasang surut di PPP Tumumpa bertipe campuran condong harian ganda. Didapatkan dominasi komponen harmonik pasang surut pada PPP Tumumpa, bertipe campuran condong harian ganda. Komponen harmonik pasang surut dominan di  PPP Tumumpa, yaitu komponen semidiurnal untuk metode kuadrat terkecil M2 = 0.21 dan S2= 1.47 sedangkan untuk metode Admiralty M2 = 52.08 dan S2= 34.59.Kata kunci:  Pasang surut; Nilai Formzahl; RMSE; PPP Tumump
Utilization Of Geographic Information System (Gis) For Selection Of Idle Pond For Vannamei Shrimp Cultivation Muhammad Aris; Nurhalis Wahiddin; Irham Irham
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.35727

Abstract

Land suitability is one aspect that determines the success of vannamei shrimp cultivation in coastal pond areas. Cultivation of vannamei shrimp in ponds has a spatial component as well as differences in the biophysical and socio-economic characteristics of each location. Many ponds that are intensively managed have not taken advantage of the advantages of Geographical Information Systems (GIS) in selecting locations and managing vannamei shrimp culture, which is important to do to avoid business failure. This study used a survey method to collect data on water quality parameters (acidity / pH, temperature, salinity, dissolved oxygen / DO, nitrate, and phosphate). Analysis of land suitability for vannamei shrimp cultivation in ponds using the scoring method, each water quality parameter is weighted and a score is then divided into 4 land suitability classes, namely classes S1 (Very Suitable), S2 (Sufficiently Suitable), S3 (Conditional Appropriate), and N (Unsuitable). The results showed that the vannamei shrimp pond land suitability map produced a thematic map of the suitability of the vannamei shrimp pond land which had a total area of 13.65 ha of vannamei shrimp and had 4 levels of suitability, namely very suitable class (S1) with an area of 3.96 ha, a class that appropriate (S2) has an area of 7.8 ha, a moderately suitable class (S3) has an area of 0.85 ha, and an unsuitable class (N) has an area of 1.04 ha.Keywords: Litopenaeus vannamei; Water quality; Land Suitability; Geographical Information SystemsAbstrakKesesuaian lahan merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan kegiatan budidaya udang vannamei di wilayah tambak pesisir. Budidaya udang vannamei di tambak memiliki komponen keruangan serta perbedaan karakteristik biofisik dan social ekonomi dari setiap lokasi. Banyak tambak yang dikelola secara intensif belum memanfaatkan kelebihan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam melakukan pemilihan lokasi dan pengelolaan budidaya udang vannamei, dimana hal tersebut penting dilakukan untuk menghindari kegagalan usaha. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk pengambilan data parameter kualitas air (keasaman/pH, suhu, salinitas, oksigen terlarut/DO, nitrat, dan fosfat). Analisis kesesuaian lahan budidaya udang vannamei di tambak menggunakan metode skoring, parameter kualitas air masing-masing diberi bobot dan skor yang kemudian dibedakan menjadi 4 kelas kesesuaian lahan yaitu kelas S1 (Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Bersyarat), dan N (Tidak Sesuai). Hasil penelitian didapatkan peta kesesuaian lahan tambak udang vannamei menghasilkan peta tematik kesesuaian lahan tambak udang vannamei memiliki total luas tambak udang vannamei seluas 13,65 Ha serta memiliki 4 tingkat kesesuaian yaitu kelas sangat sesuai (S1) dengan luasan sebesar 3,96 Ha, kelas yang sesuai (S2) memiliki luasan sebesar 7,8 Ha, kelas yang cukup sesuai (S3) memiliki luasan sebesar 0,85 Ha, dan kelas yang tidak sesuai (N) memiliki luasan sebesar 1,04 Ha.Kata Kunci: Litopenaeus vannamei, Kualitas Perairan; Analisa Kesesuaian; Sistem Informasi Geografis
Composition Of Types And Distribution Of Faviidae Corals In The Bahowo Reef Fall, Tongkaina, Manado City Fabiola Wewengkang; Silvester B. Pratasik; Laurentius Th. X. Lalamentik; Unstain Rembet; Gaspar Manu; Hariyani Sambali
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.37295

Abstract

Coral reef is an ecosystem built by calcium-producing marine biota, especially corals. One of the reef-building corals (hermatypic) is Faviidae that is distributed in almost all territories of Indonesia. This study was carried out in the reef flat of Bahowo, Tongkaina, Manado. Data collections used the sampling method with quadrat. There were 6 genera of Faviidae recorded in this study, Favia, Favites, Goniastrea, Leptoria, Montastrea, and Platygyra with clumped distribution patterns.Keywords: hermatypic; genera; ecosystem; quadrat. AbstrakTerumbu karang merupakan ekosistem yang dibangun oleh biota laut penghasil kapur, terutama oleh hewan karang. Salah satu karang pembentuk terumbu (hermatipik) adalah karang batu Faviidae yang memiliki penyebaran hampir di seluruh wilayah Indonesia. Penelitian ini dilakukan di rataan terumbu Bahowo, kelurahan Tongkaina, kota Manado. Berdasarkan hasil pencatatan data dengan menggunakan metode sampling kuadrat yang kemudian diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan perangkat lunak (MS Excel) diperoleh 6 genera karang batu Faviidae, yaitu Favia, Favites, Goniastrea, Leptoria, Montastrea, dan Platygyra dengan pola distribusi yang mengelompok.Kata kunci: hermatipik; ekosistem; genera; kuadrat.
Identification And Diversity Of Crab In Pondang And Lopana Beach Waters, South Minahasa Bryan Gabriel Lepa; Darus Saadah J Paransa; Desy M. H Mantiri; Farnis B Boneka; Frans Lumoindong; Ferdinand F. Tilaar
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.38004

Abstract

There are crab species that live in the forest and supratidal areas, on sandy, rocky, and muddy coastal areas. The aim of this research is to identify the morphology, of meristic crabs and the effect of the moon phase on species diversity. Sampling locations were on the coast of Pondang Village and Lopana Village, sampling using the roaming method and carried out at the two lowest low tide phases during the dead moon and full moon phases, during the lowest low tide crabs were generally found with walking legs. Based on the identification of the morphology of crabs found on the coast of Pondang Village and Lopana Village, East Amurang District, South Minahasa Regency, there are six species of them Ocypode ceratophthalmus (Stimpson, 1858), Grapsus albolineatus (Latreille in Milbert, 1892), Eriphia sebana (Shaw and Nodder, 1803), Atergatis floridus (Linnaeus, 1767), Pilumnus vespertilio (Fabricius, 1793), Episesarma mederi (Edwards, 1853). Keywords: Coastal; Habitat; Crabs; Morphology; meristic AbstrakTerdapat jenis kepiting yang hidup di daerah hutan dan supratidal, di daerah pesisir pantai berpasir, berbatu dan berlumpur. Tujuan penelitian mengidentifikasi secara morfologi, meristik kepiting dan pengaruh fase bulan terhadap keanekaragaman spesies. Lokasi pengambilan sampel di pesisir pantai Kelurahan Pondang dan Desa Lopana, pengambilan sampel menggunakan metode jelajah serta dilakukan pada dua fase surut terendah saat fase bulan mati dan purnama, saat surut terendah umumnya dijumpai kepiting yang memiliki kaki jalan. Berdasarkan identifikasi morfologi kepiting yang ditemukan di pesisir pantai Kelurahan Pondang dan Desa Lopana, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, terdapat enam spesies antaranya Ocypode ceratophthalmus (Stimpson, 1858), Grapsus albolineatus (Latreille dalam Milbert,1892), Eriphia sebana (Shaw dan Nodder, 1803), Atergatis floridus  (Linnaeus, 1767), Pilumnus vespertilio (Fabricius, 1793), Episesarma mederi (Edwards, 1853). Kata Kunci : Pesisir; Habitat; Kepiting; Morfologi; Meristik
Antibacterial Activity of Stylissa carteri Sponge Extract from Manado Bay, North Sulawesi Irpan Palungan; Robert Antonius Bara; Remy Emile Petrus Mangindaan; Kurniati Kemer; Stenly Wullur; Unstain N. W. J. Rembet
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.36020

Abstract

Marine sponges contain secondary metabolites with unique chemical structures and very interesting pharmacological activities, such as antibacterial, anticancer, antiviral and others to be developed as candidate drugs. The presence of bioactive metabolites in sessile nature such as sponges also reflects the ecological adaptation formed during a long evolutionary process as a defense mechanism of this organism with its environment in the form of resistance to predation, competition and infection factors against pathogenic bacteria, so this study aims to examine the antibacterial activity of extracts and fractions of Stylissa carteri sponge fractions as well as testing the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) values. The method used in testing the antibacterial activity is the agar diffusion method (Disc Diffusion Kirby Bauer Method). The presence of antibacterial activity was indicated by the formation of a clear zone around the paper disc after incubation for 24 hours. The results showed that antibacterial activity of S. carteri sponge extract tested on Bacillus megaterium DSM32T bacteria revealed to be the strongest inhibition zone of 21 mm. Further testing on the extract fraction of S. carteri showed that the semipolar fractions showed strong activity against the B. megaterium while the polar fraction was categorized as moderate action, the non-polar fraction showed no activity against the bacteria. The determination of the MIC and MBC values was obtained at 500 ppm and 1000 ppm respectively.
Early Warning of Heavy Metal Pollution in the Waters of Obi Island Based on Plankton Elements Tamrin Tamrin; Muhammad Aris
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.37329

Abstract

Industrial activities that are around the waters will donate dangerous heavy metals and enter the waters through rivers. Heavy metal pollution is very dangerous for animals, plants, and humans. Exposure to heavy metals in humans occurs through the food chain. Pollution observation methods using living organisms such as plankton as bioindicators are more effective. As an indicator of biological, composition, and abundance of plankton can provide a guide for monitoring the occurrence of pollution by using the saprobic index. This research aims to determine the level of pollution in the waters of Obi Island. The results of identification of plankton samples found 17 genera phytoplankton in 2 different classes, Diatom and Dinoflagellate, and 3 genera of zooplankton class. The average abundance of phytoplankton from the results of the study was 5.253 individual/L which means that the water conditions were mesotrophic. Meanwhile, the average abundance of zooplankton is 57 individuals/m3. The saprobic index and trophic saprobic index analysis tend to show that the waters are in the mild to moderate polluted category, where the waters are at the β-Mesosaprobic level.Keywords: Phytoplankton; Zooplankton; SI index; Obi island AbstrakKegiatan industri pertambangan di Kawasi merupakan pertambangan untuk memperoleh biji nikel (Ni). Biji Ni umumnya berasosiasi dengan log am berat lainnya seperti tembaga (Cu), arsenik (As), besi (Fe), dan platina (Pt) sehingga berpeluang besar masuk ke perairan di sekitar kawasan pertambangan melaluli aliran sungai. Interaksi yang terjadi dalam ekosistem perairan sungai dan beban masukan yang tidak terkendali dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dan fitoplankton. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat di jadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan perairan. Sebagai indikator biologi komposisi dan kelimpahan fitoplankton dapat memberikan petunjuk untuk memantau terjadinya pencemaran dengan menggunakan indeks saprobitas. Hasil identifikasi sampel plankton yang dijumpai berjumlah 17 genus fitoplankton dalam 2 kelas berbeda, yaitu diatom dan Dinoflagellate, serta 3 genus zooplankton kelas copepoda. Dari hasil penelitian ini, kelas fitoplankton yang paling banyak tercacah adalah diatom atau Bacillariophyceae. Rata – rata kelimpahan fitoplankton (Diatom dan Dinoflagellata) dari hasil penelitian sebesar 15.503 ind/L. Hal ini, berarti bahwa kelimpahan perairan pada lokasi penelitian dalam kondisi tinggi (eutotrof). Jenis zooplankton yang tercacah merupakan zooplankton kelas copepoda yang terdiri atas Oithona sp.; Corycaeus sp.; dan Paracalunus sp. Analisis SI dan TSI cenderung menunjukan perairan berada pada kategori tercemar ringan sampai sedang, dimana perairan berada pada tingkat β- Mesosaprobik.Kata Kunci: Biji Nikel; Fitoplankton; Zooplankton; Indeks SI dan TSI.
Community Structure of Hard Coral (Scleractinia) in the Walenekoko Reef Flat, Pasir Panjang, Bitung City Utary Pratiwi; Alex D. Kambey; Laurentius Th. X. Lalamentik; Ferdinand Frans Tilaar; Stephanus Vianny Mandagi; Indri S. Manembu
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.37277

Abstract

Coral reefs are one of the potential good water resources in Indonesian marine waters. Ecologically, coral reefs can only develop in tropical climates. Hard coral is one of the important components as a constituent of coral reef ecosystems and plays an important role for marine biota. The research was conducted at the reef flat of Walenekoko Village, Pasir Panjang Village, South Lembeh District, Bitung City. The research covers the species, family and life form composition, and ecological indices (diversity, species equitability, and dominance indices). The research was carried out with an Underwater Photo Transect (UPT) method. The results obtained 18 types of hard corals belonging to 5 families. Montipora samarensis was the most abundant coral in the area with 43% of the community composition. The Faviidae family and Acroporidae (33%) had the largest percentage in all transects. The form of coral growth consisted of Acropora Submassive (ACS) 53%, Coral Massive (CM) 30%, and for Acropora Branching (ACB) 16%. The highest diversity value is at point 3 of 1.64, and point 1 of 1.60, while the lowest is at point 2 of 0.56. The evenness index obtained at point 1 is 0.70, and at point 2 is 0.30. The dominance values obtained ranged from 0.25 to 0.52.Keywords: Community Structure; Hard Coral; Reef FlatAbstrakTerumbu karang merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan yang baik di perairan laut Indonesia. Secara ekologis terumbu karang hanya dapat berkembang di wilayah beriklim tropis. Karang keras merupakan salah satu komponen penting sebagai penyusun ekosistem terumbu karang dan berperan penting bagi biota laut. Penelitian ini dilakukan di rataan terumbu Desa Walenekoko, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Lembeh Selatan, Kota Bitung. Penelitian meliputi komposisi spesies, famili, dan bentuk kehidupan, serta indeks ekologi (keanekaragaman, keseragaman spesies, dan indeks dominasi). Penelitian dilakukan dengan metode Underwater Photo Transect (UPT). Hasil penelitian diperoleh 18 jenis karang keras yang termasuk dalam 5 famili. Montipora samarensis adalah spesies yang paling banyak ditemukan di daerah tersebut dengan persentase 43%. Famili Faviidae dan Acroporidae (33%) memiliki persentase terbesar di semua transek. Bentuk pertumbuhan karang terdiri dari: Acropora Submassive (ACS) 53%, Coral Massive (CM) 30%, dan untuk Acropora Branching (ACB) 16%. Nilai keanekaragaman tertinggi yaitu pada titik 3 sebesar 1,64, dan titik 1 sebesar 1.60, sedangkan yang termasuk rendah yaitu pada titik 2 sebesar 0,56. Indeks kemerataan diperoleh pada titik 1 sebesar 0,70, dan pada titik 2 sebesar 0.30. Nilai dominasi diperoleh berkisar antara 0.25 hingga 0.52.Kata kunci: Struktur Komunitas; Karang Keras; Rataan Terumbu.
Study Of Hard Coral (Scleractinia) Recruitment In The Molas Waters, Manado City Aris Putra Oli; Kakaskasen A Roeroe; Carolus P Paruntu; Janny D Kusen; Indri S Manembu; Stephanus V Mandagi
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.37489

Abstract

Coral recruitment is the entry of new coral individuals into coral reef populations due to reproduction or migration. Juvenile coral is the result of metamorphosis and growth of coral planula measuring 5 cm and attached to certain substrates. There are two types of substrates in the waters, stable substrates and unstable substrates such as rubble. The purpose of this study was to study hard coral recruitment, both in terms of density, the composition of juvenile coral colony types, size, and the type of substrate occupied by juvenile corals. This research was conducted in August 2021 in the waters of Molas, Bunaken District, Manado City. The method used for site selection is the purposive sampling method and data collection using a sampling method with quadrant transects. The results showed that the density of coral recruitment at the study site was 8,43 colonies/m2. The percentage of juvenile coral attachment on stable substrates is 90% and 10% on unstable substrates. The average size of juvenile corals at the study site was 2.4cm. The composition of the juvenile coral genus found at the research site were corals of the genus Acropora, Anacropora, Coeloseris, Cycloseris, Cyphastrea, Echinopora, Favites, Fungia, Galaxea, Goniastrea, Isopora, Leptastrea, Leptoseris, Lobophyllia, Merulina, Montastrea, Montipora, Oulophyllia, Pachyseris, Pavona, Platygyra, Plasiastrea, Pocillopora, Porites, Psammocora, Scolymia, Seriatopora, Symphyllia, and Trachyphyllia. Of the entire genus, corals of the genus Porites were dominated by the number of juveniles as many as 36 colonies.Keywords: Molas, coral, recruitment, ScleractiniaAbstrakRekrutmen karang adalah masuknya individu karang baru pada populasi terumbu karang dikarenakan reproduksi ataupun migrasi.  Juvenil karang merupakan bentuk hasil metamorphosis dan pertumbuhan planula karang yang berukuran ≤ 5 cm dan menempel pada substrat tertentu.  Terdapat dua tipe substrat di perairan, substrat yang stabil dan substrat yang tidak stabil seperti pecahan karang (rubble).  Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang rekruitmen karang keras, baik dari densitas, komposisi jenis koloni juvenil karang, ukuran, hingga tipe substrat yang ditempati oleh juvenil karang.  Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2021 di perairan Molas Kecamatan Bunaken Kota Manado.  Metode yang digunakan untuk pemilihan lokasi adalah metode purposive sampling dan pengumpulan data menggunakan metode sampling dengan transek kuadran.  Hasil penelitian menunjukan bahwa densitas rekruitmen karang pada lokasi penelitian sebesar 8,43 koloni/m2.  Persentase penempelan juvenil karang pada substrat stabil sebesar 90% dan pada substrat yang tidak stabil sebesar 10%.  Ukuran rata-rata dari juvenil karang pada lokasi penelitian adalah 2,4cm.  Komposisi genus juvenil karang yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah karang genus Acropora, Anacropora, Coeloseris, Cycloseris, Cyphastrea, Echinopora, Favites, Fungia, Galaxea, Goniastrea, Isopora, Leptastrea, Leptoseris, Lobophyllia, Merulina, Montastrea, Montipora, Oulophyllia, Pachyseris, Pavona, Platygyra, Plasiastrea, Pocillopora, Porites, Psammocora, Scolymia, Seriatopora, Symphyllia, dan Trachyphyllia.  Dari keseluruhan genus, didominasi oleh karang genus Porites dengan jumlah juvenil sebanyak 36 koloni.Kata kunci: Molas, karang, rekrutmen, scleractinia
Analysis Financial Feasibility Of Selected Fishing Technology In Bitung Oceanic Fishing Port Arianda Kusumaningrum
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.36041

Abstract

Bitung City is one of the production centers as well as the fishing industry in Indonesia. Analysis of the financial feasibility of capture fisheries, especially in PPS Bitung as a fish landing center in Bitung city, needs to be studied scientifically in order to find out the types of fishing gear that are effectively used and can be developed. The purpose of this study is to find out the selected fishing technology that is effectively used, developed, and can prosper the fishing community of Bitung city. Data were collected using survey methods and in-depth interviews with fishermen and local stakeholders. The analysis was carried out on all aspects, namely biological, technical, economic, and social aspects. The scoring method is carried out to determine the fishing unit to get the type of fishing gear that has good performance in terms of various aspects so that it is suitable for development. From the results of this study, it was found that the huhate ranks first because it has a high value from various aspects compared to other fishing gear. This shows that the huhate has a higher business development opportunity than other fishing gear. This is of course closely related to increasing fishery production while maintaining the sustainability of fish resources in Bitung. Although based on the calculation results, the huhate ranks first, it does not rule out the possibility of other fishing gear to become development priorities. Government policies, fisherman culture and social conditions of the local community should be a serious concern in establishing a policy concerning changes in the behavior and understanding of fishermen related to efforts to develop capture fisheries in Bitung.Keywords:  financial feasibility; fishing; technology AbstrakKota Bitung merupakan salah satu sentra produksi sekaligus industri perikanan di Indonesia. Analisis kelayakan finansial usaha perikanan tangkap khususnya di PPS Bitung sebagai pusat pendaratan ikan di kota Bitung perlu dikaji secara ilmiah agar dapat mengetahui jenis alat tangkap yang efektif digunakan dan bisa dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui teknologi penangkapan ikan terpilih yang efektif digunakan, dikembangkan serta bisa mensejahterakan masyarakat nelayan kota Bitung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan wawancara mendalam baik dengan nelayan maupun stakeholders (pemangku kepentingan) daerah setempat. Analisis dilakukan pada semua aspek yaitu aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial. Metode skoring dilakukan untuk melakukan determinasi unit penangkapan ikan untuk mendapatkan jenis alat tangkap ikan yang mempunyai keragaan (performance) yang baik ditinjau dari berbagai aspek sehingga cocok untuk dikembangkan. Dari hasil penelitian ini didapat huhate menempati urutan prioritas pertama karena memiliki nilai tinggi dari berbagai berbagai aspek dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa huhate memiliki peluang pengembangan usaha yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan peningkatan produksi perikanan sekaligus mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan di Bitung. Meskipun berdasarkan hasil perhitungan, huhate menempati urutan pertama, namun tidak menutup kemungkinan alat tangkap lainnya untuk menjadi prioritas pengembangan. Kebijakan pemerintah, kultur budaya nelayan dan kondisi sosial masyarakat setempat hendaknya menjadi perhatian serius dalam menetapkan suatu kebijakan yang menyangkut pada perubahan perilaku dan pemahaman nelayan terkait dengan upaya pengembangan perikanan tangkap di Bitung.Kata kunci: kelayakan finansial; teknologi; penangkapan ikan

Page 1 of 3 | Total Record : 24