cover
Contact Name
Arif Abadi, S.Kom.
Contact Email
penerbitan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Panggung
ISSN : -     EISSN : 25023640     DOI : -
Core Subject : Education,
Panggung is online peer-review journal focusing on studies and researches in the areas related to performing arts and culture studies with various perspectives. The journal invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies and researches in those areas mentioned above related to arts and culture in Indonesia and Southeast Asia in different perspectives.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif" : 9 Documents clear
Tokoh Bisma dalam Dramatari Amba Bisma Eti Mulyati; Iyus Rusliana
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.322 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.1145

Abstract

ABSTRACTDramatari Amba Bisma is one of the works of Iyus Ruslianan and Eti Mulyati from the results of researchon the art that was performed at the Sunan Ambu Building, on October 28, 2019. The Dramatari wassourced from the Mahabharata and Bharatayuda plays, from the Mahabharata play that sparked the meetingof Amba and Bisma while still on October 28, 2019. girls and young men who differed in their desiresand purpose in life, while from Bharatayuda’s story told about the death of Bhishma in the Bharatayudawar. This article aims to reveal the figure of Bhishma in Amba Bhishma’s drama, Bhishma is one of thecharacters in puppets who are magic and do not want to be crowned as kings for the Hastinapur family,he chose the way of life as a receipt rather than as a king. Because of his life choices, he was determined notto get married. Not only does Bhishma have a very problematic way of life, but many positive qualitiesdeserve to be emulated. The method used is qualitative with a descriptive analysis approach, namelythrough literature study, interviews, and participatory observation. The results obtained from the analysisof Amba Bisma’s dramatari work can be seen by two positive characters in Bisma, namely; 1) sacrifices.2) More loyal to the knight’s oath than to the family that is most dear. During the Baratayuda Bisma waras warlord on the Kurawa side, he was killed by Srikandi’s arrow.Keywords: Bhishma, Dramatari,Mahabharata,BharatayudaABSTRAKDramatari Amba Bisma merupakan salah satu karya Iyus Ruslianan dan Eti Mulyati dari hasilpenelitian karya seni yang di pertunjukan di Gedung Sunan Ambu, pada tanggal 28 Oktober2019. Dramatari tersebut bersumber dari lakon Mahabharata dan Bharatayuda, dari lakonMahabharata menceritkan pertemuan Amba dan Bisma saat masih gadis dan jejaka yangberbeda keingin dan tujuan hidupnya, sedangkan dari lakon Bharatayuda menceritakan tetanggugurnya Bisma dalam perang Bharatayuda. Artikel ini bertujuan ingin mengungkapkantokoh Bisma dalam dramatari Amba Bisma, yakni Bisma merupakan salah satu tokoh dalampewayangan yang merupakan tokoh sakti dan tidak bersedia dinobatkan sebagai raja demikesatuan keluarga Hastinapura, Bisma memilih jalan hidup sebagai resi ketimbang sebagai raja.Hal ini diperkuat dengan keyakinannya, untuk tidak menikah. Bisma tidak hanya memiliki jalanhidup yang sangat problematik, akan tetapi banyak sifat positif yang pantas untuk diteladani.Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu melaluistudi pustaka, wawancara, dan observasi partisipasi. Hasil yang diperoleh dari analisis garapandramatari Amba Bisma dapat diketahui dua karakter positif yang ada pada diri Bisma yaitu; 1)suka berkorban. 2) Lebih setia pada sumpah kesatria ketimbang dengan keluarga yang palingdisayangi. Pada perang Baratayuda Bisma sebagai panglima perang di pihak Kurawa menemuiajalnya tertusuk panahnya Srikandi.Kata Kunci: Tokoh Bisma, dramatari, Mahabharata, Bharatayuda
Komik sebagai Media Pembelajaran Konsep English Tenses dan Aspect Irma Rachminingsih; Wildan Hanif
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2172.351 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.1135

Abstract

ABSTRACTOne of the main difficulties faced by EFL learners in Indonesia is related to grammar, especially theconcept of tense and aspect. Today, as we live in a digital era where people are surrounded by visualstimulation, the concept of tense and aspect in English might be comprehended better by students if it isdelivered through visuals. Regarding this, the research is aimed at teaching the concept of English tensesand aspects through a comic book. It was conducted at ISBI Bandung by using qualitative method. Priorto designing comic, problem and need analysis were done to identify the problem and its solution. Thecomic story is divided into three parts, namely (1) the explanation of English tense and aspect theory; (2)the application of English tense and aspect in college students’ daily life; (3) the application of Englishtense and aspect in a story of an Indonesian heroine: R.A. KartiniKeywords: English tense, aspect, comicsABSTRAKSalah satu kesulitan terbesar yang dihadapi pembelajar bahasa Inggris di Indonesia berkaitandengan tata bahasa, khususnya konsep tense dan aspect. Kesulitan yang dihadapi pelajar bahasaInggris di Indonesia terkait tense dan aspect salah satunya disebabkan perbedaan sistem tenseantara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Saat ini, mengingat kita hidup di era digital dimanamanusia dikelilingi oleh stimulasi visual, konsep tense dan aspect sepertinya akan lebih mudahdipahami oleh siswa apabila konsep ini diajarkan melalui visual. Oleh karena itu, penelitian inibertujuan untuk mengajarkan konsep tense dan aspect di dalam bahasa Inggris melalui sebuahkomik. Studi ini dilakukan di ISBI Bandung dengan menggunakan metode kualitatif. Sebelummerancang komik, analisis masalah dan kebutuhan dilakukan untuk mengidentifikasi masalahdan solusinya. Cerita komik dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu (1) penjelasan teori tense danaspect di dalam bahasa Inggris; (2) penerapan tense dan aspect di dalam kehidupan sehari-harimahasiswa; (3) penerapan tense dan aspect di dalam kisah seorang pahlawan wanita Indonesia:R.A. Kartini.Kata Kunci: : English tense, aspek, komik
Estetika Adegan Bondres Wayang Tantri oleh Dalang I Wayan Wija I Dewa Ketut Wicaksandita; I Ketut Sariada; Hendra Santosa
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1201.838 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.1146

Abstract

ABSTRACTBebondresan is a scene that is raised in order to entertain the audience. The scene of the bonding on theTantri puppet play Bhagawan Kundala Nangun Yadnya by Dalang Wija was brought up with a varietyof creativity that no other Dalang had ever done. This gave rise to appreciation in the form of applausefrom the audience who indicated the fulfillment of the wonderful taste of the aesthetic values that emerged.The main purpose of this research is to find out the aesthetics of the bebondresan scene. The researchmethod in the form of observation, interviews and documentation is the source of data acquisition by theauthor, which is then reduced and analyzed using instrumental aesthetic theory and aesthetic theoriesof aesthetics. The results of this study later found that the form of the bondres scene was formed visuallyin the form of three puppet Bondres namely, men holding drums, sexy women and agile old women,the structure consisted of three two-dimensional leather puppets, a drum and tambourine combinedthrough puppet play patterns, musical instruments and vocal wayang dialogues. The aesthetics of theBondres scene lies in, (1) ‘interrelations’, namely wholeness which is seen from the interrelationship,integration and harmony in the elements forming the scene; (2) ‘complexity’ that is interwoven betweenthe elements in the structure that are staged through complex playing patterns; (3) ‘prominence’ whichis the presentation of the results of the achievement of creativity by Dalang Wija which is seen from thecharacteristics of the artwork, the background of the mastermind’s abilities and his motivation.Keywords: Bondres Scene, Wayang Tantri, I Wayan WijaABSTRAKAdegan bondres merupakan sebuah adegan yang dimunculkan dengan tujuan untukmenghibur penonton. Adegan bondres pada wayang Tantri lakon Bhagawan Kundala NangunYadnya oleh Dalang Wija dimunculkan dengan beragam kreativitas yang tidak pernahdilakuakn Dalang lain. Hal ini memunculkan apresiasi berupa tepuk tangan dari penoton yangmengindikasikan terpenuhinya rasa nikmat indah atas nilai estetis yang muncul. Tujuan utamapenelitian ini ialah untuk mengetahui estetika dari adegan bebondresan. Metode penelitianberupa observasi, wawancara dan dokumentasi menjadi sumber perolehan data oleh penulisyang selanjunya direduksi dan dianlisis menggunakan teori estetika instrumental dan teoriestetika sifat estetis. Hasil penelitian ini selajutnya menemukan bahwa wujud adegan bondresini terbentuk secara visual berupa tiga wayang bondres yaitu, pria memegang kendang, wanitasexy dan wanita tua lincah, strukturnya terdiri atas tiga buah wayang kulit dua dimensi, sebuahkendang dan tamborin yang dikombinasi melalui pola bermain wayang, alat musik dan vokaldialog wayang. Estetika adegan bondres ini terletak pada, (1) ‘keterkaitan’ yaitu keutuhan yangdilihat dari keterkaitan, keterpaduan dan harmoni pada elemen-elemen pembentuk adegan;(2) ‘kerumitan’ yang terjalin di antara elemen-elemen pada struktur yang dipentaskan melaluipola bermain yang kompleks; (3) ‘penonjolan’ yaitu presentasi hasil pencapaian kreativitasoleh Dalang Wija yang dilihat dari ciri-ciri karya seni, latar belakang kemampuan dalang danmotivasinya.Kata Kunci: Adegan Bondres, Wayang Tantri, I Wayan Wija
Seni Lukis Modern Bernafaskan Islam di Bandung 1970-2000an Agus Cahyana; Reiza D Dienaputra; Setiawan Sabana; Awaludin Nugraha
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2421.146 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.1136

Abstract

ABSTRACTWriting the history of the development of modern Indonesian painting from thematic point of viewstill refers to importance events that compose the mainstream of contemporary art trends in Indonesiainfluenced by the West. While events that are no less important relating to the emergence of aesthetictendencies related to religion have been marginalized, especially in modern art with Islamic breath becomeimportant part in the history of the development of modern Indonesian painting, aesthetic approach toanalyze the visual elements present in the painting. The result of this study the development of modernIslamic art in Bandung shows that there are 4 period of development, the 70s, the 80s, the 90s, and 2000s.This division of time is based on thematic tendencies that emerge and became the main tendencies at eachtime.Keywords: Painting, modern, Islam, BandungABSTRAKPenulisan sejarah perkembangan seni lukis modern Indonesia dari sudut pandang tematik hinggasaat ini masih mengacu pada peristiwa penting yang menggubah arus utama kecenderunganseni rupa kontemporer di Indonesia yang dipengaruhi Barat. Sementara peristiwa yang tidakkalah penting berkaitan dengan munculnya kecenderungan estetik yang berkaitan denganagama menjadi terpinggirkan, khususnya dalam seni lukis modern bernafaskan Islam. Halitu yang menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar perkembanganseni lukis modern bernafaskan Islam menjadi bagian penting dalam sejarah perkembanganseni lukis modern Indonesia khususnya di kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metodesejarah visual yang tentu melibatkan pendekatan estetik untuk menganalisis unsur-unsurrupa yang hadir dalam lukisan. Hasil dari penelitian ini perkembangan seni lukis modernbernafaskan Islam di kota Bandung secara tematik menunjukkan bahwa terdapat 4 periodeperkembangan, yaitu masa tahun 70-an, masa perkembangan di tahun 80-an, di tahun 90-andan tahun 2000-an. Pembagian masa ini berdasarkan kecenderungan tematik yang muncul danmenjadi kecenderungan utama pada tiap masa.Kata Kunci: Seni lukis, modern, Islam, Bandung
Reinterpretasi Monumen Bagindo Aziz Chan Karya Arby Samah dalam Ikonografi Erwin Panofsky Rica Rian; Suryanti Suryanti
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1445.223 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.1140

Abstract

ABSTRACTResearch was entered to trace the Bagindo Aziz Chan monument by Arby Samah trough the iconographicapproach put forward by Erwin Panofsky, as well as to uncover the reason for the contruction of themonument. The research uses qualitative methods of observation interviews and document.The figure Arby Samah described in the “Bagindo Aziz Chan Monument” is indeed a Bagindo figure,which was made using cement plaster technique, making the work began in 1973 by Arby Samah. Reliefsmade in the foundation of the statue tells the sequence of event killed Bagindo Aziz Chan. The use ofthe realist style found by the author on the Bagindo Aziz Chan monument although the cultivation ofthe statue still looks tough, but the delivery of the sign on the statue is the hope and ideals of BagindoAziz Chan during his leadership as mayor of Padang is clearly depicted. The making of the statue uses acement plaster which is a technique commonly technique. Used by sculpture artists in the 1970s. In 2005Bagindo Aziz Chan was awarded as a national hero from west Sumatera by the central government, andalso on July 19 the people of Padang commemorated the day of death of Bagindo Aziz Chan which was atribute to the leader of Padang. And also the name Bagindo Aziz Chan has been enshrined as the name ofa street and a building in the city of Padang.Keywords: Bagindo Aziz Chan Monument, Iconographic, Erwin Panofsky.ABSTRAKPenelitian dimaksudkan untuk menelusuri monumen Bagindo Aziz Chan karya Arby Samahmelalui pendekatan ikonografi yang dikemukakan oleh Erwin Panofsky, serta mengungkapalasan dibangunnya monumen tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitupengamatan, wawancara dan dokumen.Tokoh yang digambarkan Arby Samah pada karya “Monumen Bagindo Aziz Chan” ini memangsosok Bagindo Aziz Chan, yang dibuat memakai teknik plaster semen, pembuatan karya tersebutselesai mulai dilakukan pada tahun 1971 dan selesai pada tahun 1973 yang dibuat oleh ArbySamah. Relief yang dibuat pada landasan patung menceritakan urutan peristiwa terbunuhnyaBagindo Aziz Chan. Pemakaian gaya realis yang didapati penulis pada monumen BagindoAziz Chan walaupun penggarapan patung tersebut masih terlihat kasar, namun penyampaiantanda pada patung tersebut merupakan harapan dan cita-cita Bagindo Aziz Chan selamakepemimpinannya sebagai wali kota Padang tergambarkan dengan jelas. Pembuatan patungtersebut menggunakan teknik plaster semen yang merupakan teknik yang umum dipakai olehseniman patung pada tahun 1970-an. Pada tahun 2005 Bagindo Aziz Chan dianugrahi sebagaipahlawan nasional asal Sumatera Barat oleh pemerintah pusat, dan juga pada tanggal 19 Julimasyarakat kota Padang memperingati hari wafatnya Bagindo Aziz Chan yang merupakanpenghormatan kepada pemimpin kota Padang yang tegas dan berani tersebut. Dan juga namaBagindo Aziz Chan sudah diabadikan sebagai nama jalan dan gedung di kota Padang.Kata Kunci: Monumen Bagindo Aziz Chan, Ikonografi Erwin Panofsky
Kreativitas Rd. Tjetje Somantri dalam Tari Puja Ai Mulyani; Riyana Rosilawati
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (769.358 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.1144

Abstract

ABSTRACTThe Puja dance is the product of Raden Tjetje Somantri’s creativity, in which there is a touch of SundanesePriyayi culture and Javanese dance. The dance is included in the classic Sundanese dance. This paperintends to examine how creativity Rd. Tjetje Somantri in the Puja dance. The method used is qualitativewith a descriptive analysis approach, namely through observation, in-depth interviews, and parentalobservation. From the analysis it is known that there is a touch of Javanese culture that has been going onfor a long time, and the influence of Javanese culture which is identified with the behavior of ‘alus’ moreinfluences Sundanese style dance Rd. Tjetje Somantri. This alus culture originates from the concept ofprijaji which is symbolized by a gentle behavior called ‘alus’. Some Sundanese dances influenced by ‘alus’culture include the Puja style Rd.Tjetje Somantri style. The result of creativity there is also a pattern ofrelationships that occur from the touch, namely 1) Cooperation that is marked by contact between ethnicJavanese and Sundanese, and competition in terms of creating dance works of art. The results obtainedshow the Puja Gaya Rd.Tjetje dance from the intact choreography aspects of Javanese dance, Sundanesedance techniques and styles.Keywords: Creativity, Puja dance, Rd.Tjetje SomantriABSTRAKTari Puja merupakan hasil kreativitas Rd. Tjetje Somantri, yang di dalamnya terdapat sentuhanbudaya Priyayi Sunda dan Tari Jawa. Tarian tersebut termasuk dalam Tari Sunda Klasik.Tulisan ini bermaksud untuk mengkaji bagaimana kreativitas Rd. Tjetje Somantri dalam tariPuja. Metode yang digunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu melaluipengamatan, wawancara mendalam, dan observasi parsitipan. Dari hasil analisa diketahuiadanya sentuhan budaya Jawa sudah berlangsung lama, dan pengaruh budaya Jawa yangdiidentikkan dengan perilaku alus lebih banyak mempengaruhi tarian sunda gaya Rd. TjetjeSomantri. Budaya alus ini berasal dari konsep priyayi yang disimbolkan dengan perilaku yanglemah lembut yang disebut alus. Beberapa tarian Sunda yang dipengaruhi budaya alus diantaranya Tari Puja gaya Rd.Tjetje Somantri. Hasil dari kreativitas terdapat juga pola hubunganyang terjadi dari sentuhan tersebut, yakni 1) Kerjasama yang ditandai adanya kontak antaraetnis Jawa dan etnis Sunda, dan kompetisi yaitu dalam hal menciptakan karya-karya seni tari.Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan Tari Puja Gaya Rd.Tjetje dari aspek koreografiutuh Tari Jawa, teknik dan gaya Tari Sunda.Kata Kunci: Kreativitas, Tari Puja, Rd.Tjetje Somantri
Fungsi dan Makna Desain Karakter Wayang Potehi Lakon Shi Jhin Kwie Teguh Hartono Patriantoro
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (929.206 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.728

Abstract

The object of this research is to analyze the functions and meanings of the characters of Wayang Potehi or Potehi puppet by taking the play of Shi Jin Kwie. The play is a popular fiction story which was later adapted into the story of Prabu Lisanpuro in Javanese theater (ketoprak). The results of the research found the organology structure of Wayang Potehi. It consists of 2, namely (1) parts of the body; head, hand, feet, and (2) clothing; along with ornaments and additional accessories such as swords and hats. The head section can be identified as the interpretation of the puppet character. For instance, an antagonist character depicted as if he was using a Balinese leak mask with his mouth open and angry. The clothes could be the interpretation of social status. For example, the villagers wear plain clothes without ornaments, while the nobles use yellow, red clothing with a dragon/ phoenix pattern. There are 4 types of character design in this show, specifically (1) the firm/ wise character, (2) the entertaining character, (3) the functionaries/ officials/ priyayi character, (4) the antagonist character. Especially for entertaining characters, it has a dual function; to return the underlying causes of the story and become the spy of the enemy. The methods used in this research are personality theory and functional theory approaches. Keywords: potehi character design, Shi Jin Kwie, Function of potehi
Kreativitas Tari Yudawiyata Lilis Sumiati
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1566.107 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.1137

Abstract

ABSTRACTThe Yuda Wiyata dance is an object of the research in the realm of artwork inspired by the SumedangWayang war dance. The motivation to do this is based on the reality that Sumedang Wayang dance is stillable to survive but experiences a stagnant life. This relity is a problem that must be broken down how tomake the repertoire survive and develop according to the times. As a solution by making dance modelsbased on these traditions. To carry an original dance work, the ability of creativity becomes a majormilestone. Thus, the theory of creativity was chosen as a surgical knife in explaining the problem. Tomaintain the typical characteristics of the case, the methods used lead to reconstruction, transformation,and innovation. These three methods are efforts to protect, utilize and develop that lead to conservation.The manifestation of Yuda Wiyata’s dance is in the form of a group presentation performed by sevenmale dancers. The structure of the dance is expressed through the form and content that illustrates thegallantry of the wadyabalad practicing war.Keywords: Creativity, Reconstruction, Transformation, Innovation, Yuda Wiyata DanceABSTRAKTari Yuda Wiyata merupakan objek penelitian dalam ranah karya seni yang terinspirasi dari tariperang wayang gaya Sumedang. Pendorong untuk melakukan hal tersebut, didasari oleh realitasbahwa tari Wayang gaya Sumedang masih mampu bertahan namun mengalami kehidupanyang stagnan. Realitas tersebut merupakan permasalahan yang mesti diurai bagaimana agarrepertoar tersebut dapat bertahan dan berkembang sesuai zaman. Sebagai solusinya dengancara membuat model karya tari yang berbasis pada tradisi tersebut. Untuk mengusung suatukarya tari yang original, kemampuan kreativitas menjadi tonggak utama. Dengan demikian,teori kreativitas dipilih sebagai pisau pembedah dalam mengeksplanasi permasalahan.Untuk mempertahankan ciri khas kasumedangan maka metode yang digunakan mengarahpada rekonstruksi, transformasi, dan inovasi. Ketiga metode ini sebagai upaya pelindungan,pemanfaatan, dan pengembangan yang mengarah pada ranah pelestarian. Perwujudan tariYuda Wiyata berupa penyajian secara kelompok yang dibawakan oleh tujuh orang penari pria.Struktur tarian diungkapkan melalui bentuk dan isi yang menggambarkan kegagahan para wadyabalad sedang berlatih perang.Kata Kunci: Kreativitas, Rekonstruksi, Transformasi, Inovasi, Tari Yuda Wiyata
Tradisi Tinilo Pa’ita dalam Kehidupan Masyarakat Gorontalo Vita Alfanikmah; Zulkarnain Mistortoify
PANGGUNG Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1397.734 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v30i1.1143

Abstract

ABSTRACTThis paper aims to find out the form of the tradition of tinilo pa’ita present at the ceremony commemoratingthe 40th day of someone’s death because currently the tradition of tinilo pa’ita is fairly difficult to find inits community. This study uses qualitative research methods using an ethnographic approach by Spradleyto understand a culture from the point of view of their owners of culture. Tinilo pa’ita is a tradition inthe form of chants. Tinilo Pa’ita is present in the tradition of wopato pulu huyi. This song containsan apology for the person who has died, advice to the family left behind to remain patient and sincere,advice to the other peolple who is left to always remember death and always carry out the religious ordersadopted by the community, namely Islam. In its implementation, tinilo pa’ita attended several stagesof the wopato pulu huyi ceremony. The presence of tinilo pa’ita in Gorontalo society can only be foundduring the wopato pulu huyi because, the community believes this song can only be sung when it is sideby side with the tomb that will be delivered to the tomb. Until now the tradition of tinilo pa’ita is stillbeing carried out even though it is only in certain areas.Keywords: Oral Tradition, Tinilo Pa’ita, Funeral ceremonyABSTRAKTulisan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tradisi tinilo pa’ita yang hadir dalam upacaraperingatan hari ke 40 kematian seseorang sebab saat ini tradisi tinilo pa’ita terbilang cukupsulit untuk dijumpai dalam masyarakatnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitiankualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi oleh Spradley untuk memahami sebuahkebudayaan dari sudut pandang mereka pemilik kebudayaan. Tinilo pa’ita merupakan sebuahtradisi yang berbentuk lantunan nyanyian. Tinilo Pa’ita hadir dalam tradisi wopato pulu huyi.Nyanyian ini berisi permohonan maaf atas orang yang telah meninggal, nasihat kepada keluargayang ditinggalkan agar tetap sabar dan ikhlas, nasehat kepada handaitaulan yang ditinggalkanuntuk selalu mengingat kematian dan senantiasa menjalankan perintah agama yang dianutoleh masyarakat yakni agama Islam. Dalam pelaksanaanya, tinilo pa’ita hadir dalam beberapatahapan pelaksanaan upacara wopato pulu huyi. Kehadiran tinilo pa’ita dalam masyarakatGorontalo hanya dapat dijumpai saat wopato pulu huyi sebab, masyarakat percaya nyanyianini hanya bisa dilantunkan pada saat berdampingan dengan nisan yang akan diantarkan kemakam. Hingga saat ini tradisi tinilo pa’ita masih terus dilaksanakan meskipun hanya padadaerah-daerah tertentu saja.Kata Kunci: Tradisi Lisan, Tinilo Pa’ita, Upacara Pemakaman

Page 1 of 1 | Total Record : 9


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 33, No 3 (2023): Resiliensi Budaya sebagai Ketahanan dalam Menjaga Tradisi hingga Ekonomi Kreati Vol 33, No 2 (2023): Ideologi, Identitas, dan Kontekstualitas Seni Budaya Media Vol 33, No 1 (2023): Nilai-Nilai Seni Indonesia: Rekonstruksi, Implementasi, dan Inovasi Vol 32, No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media Vol 32, No 3 (2022): Komodifikasi dan Komoditas Seni Budaya di Era industri Kreatif Vol 32, No 2 (2022): Ragam Fenomena Budaya dan Konsep Seni Vol 32, No 1 (2022): Varian Model Proses Kreatif dalam Cipta Karya Seni Vol 31, No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi Vol 31, No 3 (2021): Budaya Ritual, Tradisi, dan Kreativitas Vol 31, No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni Vol 31, No 1 (2021): Eksistensi Seni Budaya di Masa Pandemi Vol 30, No 4 (2020): Kearifan Lokal dalam Metode, Model dan Inovasi Seni Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi Vol 30, No 2 (2020): Identitas Sosial Budaya dan Ekonomi Kreatif Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif Vol 29, No 4 (2019): Keragaman Seni dan Inovasi Estetik Vol 29, No 3 (2019): Transformasi Bentuk dan Nilai dalam Seni Budaya Tradisi Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra Vol 29, No 1 (2019): Pegeseran Estetik Dalam Seni Budaya Tradisi Masa Kini Vol 28, No 4 (2018): Dinamika Seni Tradisi dan Modern: Kontinuitas dan Perubahan Vol 28, No 3 (2018): Identitas Kelokalan dalam Keragaman Seni Budaya Nusantara Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28, No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 28, No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in C Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in Co Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Estet Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Este Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26, No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26, No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelaja Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelajar Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22, No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22, No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22, No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22, No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 21, No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21, No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21, No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21, No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21, No 1 (2011): Seni, Lokalitas, Vitalitas, dan Pemaknaan Vol 18, No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 18, No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 15, No 36 (2005): JURNAL PANGGUNG: JURNAL SENI STSI BANDUNG Vol 1, No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradision Vol 1, No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradisional More Issue