cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Keperawatan BSI
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue " Vol 2, No 2 (2014): Jurnal KEPERAWATAN" : 7 Documents clear
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI SMA Z KOTA BANDUNG Pratama, Egy; Hayati, Sri; Supriatin, Eva
KEPERAWATAN Vol 2, No 2 (2014): Jurnal KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.47 KB)

Abstract

Abstract - Adolescent is defined as a period of transition between the development of childhood and adulthood, which is accompanied by changes in the biological, cognitive, and socio emotional. Premarital sexual behavior is any behavior that is driven by sexual desire with the opposite sex before marriage. The incidence of premarital sexual behavior in adolescents is likely to increase every year this is caused by several factors, one of which is the lack of knowledge about sex education, which is one component that can form premarital sexual behavior. This study aims to determine the relationship of adolescent knowledge about sex education with sexual behavior in adolescents at SMA Pasundan 1 Bandung. This study uses a quantitative research design with a model in which the correlation of total population of 682 people and a large sample of 20% of the total population of 136 respondents in order to obtain the result. This research sampling method is simple random sampling and analyzed using Spearman rank correlation. Collecting data in this study using a questionnaire. These results indicate that the majority of respondents 84.6% had good knowledge, a fraction of 15.4% of respondents have sufficient knowledge, and none of the respondents 0% have less knowledge. In addition, most respondents 86% are not at risk of sexual behavior and 14% of respondents fraction risky sexual behavior. Analysis results obtained p <0.01 and the value of rs 0583 it also means that as many as 58% of premarital sexual behavior is influenced by knowledge of sex education and the rest influenced by other factors outside the study. In this study concluded that there is a relationship between knowledge about sex education with sexual behavior in adolescents at SMA Pasundan 1 Bandung. therefore institutions must prepare positive activities for youth such as counseling about sex education. Keywords : Knowledge, Sex Education, Premarital Sexual Behavior, Teen Abstrak - Remaja di definisikan sebagai suatu periode perkembangan dari transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional. Perilaku seks pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis sebelum menikah. Angka kejadian perilaku seks pranikah pada remaja setiap tahun cenderung meningkat hal ini disebabkan oleh beberapa faktorsalah satunya adalah kurangnya pengetahuan tentang pendidikan seks yang merupakan salah satu komponen yang dapat membentuk perilaku seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang pendidikan seks dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Pasundan 1 Bandung. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan model korelasi dimana jumlah populasi sebanyak 682 orang dan besar sampel 20% dari jumlah populasi sehingga diperoleh hasilnya 136 responden. Metode sampling penelitian ini adalah simple random sampling dan di analisa menggunakan korelasi rank spearman. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden 84,6% memiliki pengetahuan baik, sebagian kecil responden 15,4% memiliki pengetahuan cukup, dan tidak ada satupun responden  0% memiliki pengetahuan kurang. Selain itu sebagian besar responden 86% berperilaku seks tidak beresiko dan sebagian kecil responden 14% berperilaku seks beresiko. Hasil analisa diperoleh p<0,01 dan nilai rs0.583 itu berarti juga bahwa sebanyak 58% perilaku seks pranikah dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pendidikan seks dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang pendidikan seks dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMA Pasundan 1 Bandung. maka dari itu institusi harus menyiapkan kegiatan-kegiatan yang positif bagi remaja misalnya penyuluhan tentang pendidikan seks. Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan Seks, Perilaku Seks Pranikah, Remaja
PENGARUH SUPERVISI KLINIS TERHADAP PENATALAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION OLEH PERAWAT (LITERATURE REVIEW) Wati, Ira Mehara
KEPERAWATAN Vol 2, No 2 (2014): Jurnal KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.412 KB)

Abstract

Abstract - The cases of nosocomial infection and low safety nurses Is still rampant and it make health care provided has not been said to be good. Culture of safety for patients or nurses are influenced by universal precaution containment procedures that can not be separated with clinical supervision. Implementation of clinical supervision is to help evaluate nursing actions so in accordance with the standard. During the implementation of clinical supervision in the management of universal precautions has not been done in a structured and not optimally. This article aims to identify and review of previous studies related to the influence of universal precautions supervise management. The method used is to review the literature of nursing, medicine, and public health from tahun1987 to 2013 using 12 related articles of universal precautions and supervision as reference. The results of the literature review showed that clinical supervision affect the application of universal precautions by nurses. The conclusion obtained is that clinical supervision is very instrumental in the achievement of the implementation of nursing practice to conform to the standards that have been defined, in this case in order to achieve universal culture of safety precautions so as to prevent infection and accidents for nurses.Keyword : Universal Precautions, Supervision, Safety Culture, Infection, Nosocomial Bibliography: 29, 1998-2013 Abstrak - Masih maraknya kasus infeksi nosocomial dan rendahnya keselamatan kerja perawat membuat pelayanan kesehatan yang diberikan belum dikatakan baik. Budaya safety bagi pasien atau perawat dipengaruhi oleh penatalaksaan universal precaution yang tidak terlepas dengan pengawasan atau supervisi klinis. Pelaksanaan supervisi klinis dimaksud untuk membantu mengevaluasi tindakan keperawatan sehingga sesuai dengan standar. Selama ini pelaksanaan supervisi klinis dalam penatalaksanaan universal precaution belum dilakukan secara terstruktur dan optimal. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengulas penelitian sebelumnya terkait pengaruh supervisi terhadap penatalaksanaan universal precaution.Metode yang digunakan adalah mengulas literatur keperawatan, kedokteran, dan kesehatan masyarakat dari tahun1987 sampai 2013 dengan menggunakan 12 artikel terkait universal precaution dan supervisi  sebagai referensiHasil ulasan literatur menunjukan bahwa supervisi klinis berpengaruh  terhadap penerapan universal precaution oleh perawat.Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa supervisi klinis amat berperan dalam tercapainya penerapan praktik keperawatan agar sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, dalam hal ini adalah universal precaution guna tercapainya budaya safety sehingga mencegah infeksi dan kecelakaan kerja bagi perawat. Kata Kunci : Universal Precaution, Supervisi, Budaya Safety, Infeksi, NosocomialBibliografi : 29, 1998-2013 
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS GARUDA KOTA BANDUNG Oktaviani, Irma; Hayati, Sri; Supriatin, Eva
KEPERAWATAN Vol 2, No 2 (2014): Jurnal KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.059 KB)

Abstract

Abstract - Acute Respiratory Infection is an acute infection disease that attack one or more parts of the respiratory tract from the nose to the pockets of the lung (alveoli) including of adnexal networks such as sinus / cavity around the nose, middle ear cavity and pleura. Survey of Kesehatan Rumah Tangga in 2001 the death rate from pneumonia, to 5 cases in 1000 infants and toodlers die each year,or 12.500 victims per month, or 416 cases a day, or 17 children per hour, or 1 person every 5 minutes toddler.The purpose of this study to identify the associated between acute respiratory infection factors, low birth weight, nutritional status, immunization, residential density and physical environment (ventilation) on the incidence of acute respiratory infection at Puskesmas Garuda Bandung.Design research is an observational analytic, using cross sectional survey design using accidental sampling technique. Analysis used in this study by using chi square analysis. The population is 327 toddlers, and the samples used are toddlers who come to the clinic for treatment, taken as many as 15% of 327 infants and obtained 50 respondents. Statistical analysis of data shows that there associated between low birth weight with acute respiratory infection (p = 0.000 < 0.05), was not associated between nutritional status in infants with the incidence of acute respiratory infection (p = 0.134 > 0.05), thereis a associated between immunization with acute respiratory infection (p = 0.005 < 0.05), there was not associated between the physical environment (ventilation) with acute respiratory infection (p = 0.790 > 0.05). The conclusion that there is a associated between low birth weight and immunization on the incidence of respiratory infections, and there was not associated between nutritional status, residential density and physical environment (ventilation). And suggestions to the clinic to better promote the importance of immunization and prevention of low birth weight babies born in order to reduce the risk of respiratory infection.  Keywords: Acute Respiratory Infection In Toddlers, Factors Associated eith Acute Respiratory Infection, Low Birth Weight, Nutritional Status, Immunization, Residential Density, Physical Environment (Ventilation)  Abstrak - Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 angka kematian akibat pneumonia, mencapai 5 kasus diantara 1000 bayi dan balita. Ini berarti ISPA mengakibatkan 150 ribu bayi dan balita meninggal setiap tahunnya, atau 12.500 korban perbulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau 1 orang balita tiap 5 menit. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor-faktor ISPA yaitu BBLR, status gizi, imunisasi, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik ventilasi terhadap kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Garuda Kota Bandung. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik, dengan menggunakan rancangan survey cross sectional dengan menggunakan teknik accidental sampling. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisa Chi Square. Populasi dalam penelitian ini yaitu 327 balita, dan sampel yang digunakan yaitu balita yang datang berobat ke puskesmas, diambil sebanyak 15% dari 327 balita dan didapat 50 responden. Analisis statistik terhadap data yang diperoleh menunjukan bahwa terdapat hubungan antara BBLR dengan kejadian ISPA pada balita (p=0,000 < 0,05), tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita (p=0,134 > 0,05), ada hubungan antara imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita (p=0,005 < 0,05), tidak ada hubungan antara kepadatan tempat tinggal dengan kejadian ISPA pada balita (p=0,552 > 0,05), tidak ada hubungan antara lingkungan fisik ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita (p=0,790 > 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan antara BBLR dan imunisasi terhadap kejadian ISPA, serta tidak terdapat hubungan antara status gizi, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik ventilasi terhadap kejadian ISPA. Dan saran kepada puskesmas supaya lebih mensosialisasikan pentingnya imunisasi dan pencegahan terjadinya kelahiran bayi yang BBLR agar mengurangi resiko terjadinya ISPA. Kata Kunci : ISPA pada balita, Faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA, BBLR, Status Gizi,Imunisasi, Kepadatan Tempat Tinggal, Lingkungan Fisik (Ventilasi)
GAMBARAN CITRA DIRI SISWA – SISWI DI SMPN 3 SOREANG PADA MASA PUBERTAS Marhamah, Qarinatul; Okatiranti, Okatiranti
KEPERAWATAN Vol 2, No 2 (2014): Jurnal KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.115 KB)

Abstract

Abstract - Puberty is a period marked by rapin physical growth. At this time as a teenager will exsperience physical changes drastically changes both psychological, mental, and emotional. Adolescents become more aware of looking at her and him apend more time looking at himself. The physical changes of puberty age is one of the things that often cause problems among early adolescents. To improve her image often teenagers do various things to make it more interesting. This study aims to describe the self-image of students at SMP 3 Soreang at puberty. With the goal of proficiency level, the descriptive research with quantitative analysis of the students at SMP 3 Soreang,with a population of 400 respondents and a sample of 200 respondents. Sampling technique is purposive sampling. Techniques of data collection is done by aclosed questionnaire. Analysis of self-image by finding the score T. The result showed more than 50% of himself have a negative self-image and nearly half had a positive self-image. Himself showed a positive self-image 0f 47% and negative 53%. In girls showed more than 50% have a positive self-image and nearly half had a negative self-image. Herself showed a positive self-image by 54% and negative 46%.  It can be concluded that the boys had more negative self-image than girls. Based on theses result need for efforts to improve the selfiimage in himself and effort to maintain and improve the self-image for herself, with one way that health education. Keyword : Self-image, Puberty, Junior High School Students. Abstrak - Masa pubertas adalah periode yang ditandai dengan pertumbuhan fisik yang pesat. Pada masa ini sebagai remaja akan mengalami perubahan fisik yang drastis baik perubahan psikologis, mental, dan emosional. Perubahan fisik usia pubertas merupakan salah satu hal yang sering menimbulkan masalah dikalangan remaja awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran citra diri siswa – siswi di SMPN 3 Soreang pada masa pubertas. Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif pada siswa – siswi di SMPN 3 Soreang, dengan populasi 400 responden dan sampel 200 responden. Tehnik pengambilan sampel yaitu proporsional random sampling. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan angket tertutup. Analisa citra diri dengan mencari skor T. Hasil penelitian menunjukan lebih dari 50% anak laki-laki memiliki citra diri negatif dan hampir setengahnya memiliki citra diri positif. Anak laki-laki menunjukan citra diri positif sebesar 47% dan negatif sebesar 53%. Pada anak perempuan menunjukan lebih dari 50% memiliki citra diri positif dan hampir setengahnya memiliki citra diri negatif. Anak perempuan menunjukan citra diri positif sebesar 54% dan negatif sebesar 46%. Melihat demikian dapat disimpulkan bahwa anak laki-laki memiliki citra diri lebih negatif dibandingkan dengan anak perempuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut perlu adanya usaha untuk meningkatkan citra diri pada anak laki-laki dan usaha mempertahankan dan meningkatkan citra diri untuk anak perempuan, dengan penyuluhan kesehatan mengenai cara meningkatkan potensi tubuh. Kata Kunci : Citra Diri, Pubertas, Siswa-Siswi SMP. 
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN KARSINOMA SERVIKS STADIUM III DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG Hayati, Sri
KEPERAWATAN Vol 2, No 2 (2014): Jurnal KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.669 KB)

Abstract

Abstract - Background. Anxiety commonly found in patients with locally advanced cervical carcinoma (III and IV), it is proved by the half of the population of cervical carcinoma patients in both inpatient and outpatient encounter any psychiatric disorders (anxiety level w / panic), where 85% of the they have signs of anxiety and depression. The risk of depression is expected to increase in line with the progress of the disease. Purpose. The purpose of this study was to gain a patients level of anxiety in cervical carcinoma stage III Hasan Sadikin Hospital in Bandung.Research methods. The study design used was descriptive quantitative. Sampling Quota sampling manner amounted to 45 respondents. Data collection techniques using standard questionnaires of the Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Analysis of data using formulas presentation.Result. The results showed that 64.4% of respondents experienced severe anxiety, moderate anxiety 26.7%, and 8.9% experienced mild anxiety.Conclusions and Suggestions. From this study it can be concluded that the majority of cervical carcinoma stage III patients in Hasan Sadikin Bandung Hospital suffered severe anxiety levels. Therefore, nurses should be able to pay more attention on the anxiety felt by the patient by identifying the level of anxiety and perform better management of anxiety are supportive, protective and reedukatif.  Keywords: levels of anxiety, cervical carcinoma stage III Abstrak - Latar belakang. Kecemasan banyak ditemui pada pasien karsinoma serviks dengan stadium lanjut (III dan IV), hal tersebut dibuktikan dengan setengah dari populasi pasien karsinoma serviks baik pada pasien rawat inap maupun rawat jalan ditemui adanya gangguan kejiwaan (tingkat kecemasan berat/panik), dimana 85% dari mereka mempunyai tanda-tanda kecemasan dan depresi. Resiko depresi tersebut akan meningkat sejalan dengan kemajuan penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat kecemasan pasien karsinoma serviks stadium III di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian . Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.  Teknik pengambilan sampel dengan cara Quota sampling yang berjumlah 45 responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner baku dari Zung Self-Rating anxiety Scale (ZSAS). Analisis data menggunakan rumus presentasi.Hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64,4% responden mengalami kecemasan berat, 26,7% kecemasan sedang, dan 8,9% mengalami kecemasan ringan.Simpulan dan Saran. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien karsinoma serviks stadium III di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung mengalami tingkat kecemasan berat. Oleh karena itu sebaiknya perawat dapat memberikan perhatian yang lebih tentang kecemasan yang dirasakan pasien dengan mengidentifikasi tingkat kecemasan dan melakukan penatalaksanaan kecemasan baik bersifat supportif, protektif maupun reedukatif. Kata Kunci : tingkat kecemasan, karsinoma serviks stadium III 
GAMBARAN HARGA DIRI PASIEN THALASEMIA REMAJA (usia 14-21 tahun) DI KLINIK HEMATO-ONKOLOGI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Maghfiroh, Riska; Okatiranti, Okatiranti; Sitorus, Ria E
KEPERAWATAN Vol 2, No 2 (2014): Jurnal KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.771 KB)

Abstract

Abstract - Thalassemia is a group of hereditary diseases or conditions in which the production of one or more than one type of polypeptide chain is characterized by impaired hemoglobin levels decreased. In January 2013 recorded 230 thalassemia patients hemato-oncology clinics  and 70% are adolescent thalassemia patients aged 14-21 years. Thalassemia impact physical changes such as mongoloid face, body growth is less than perfect, enlarged liver and spleen that can affect the self-esteem of patients. Self-esteem is a self-assessment that reflects the attitude of acceptance or rejection, and show how far the individual believes that he is capable, important, successful and valuable. Research purposes to describe the adolescent self-thalassemia patients (aged 14-21 years) in hemato-oncology Clinic  with descriptive research. The sampling technique used is purposive sampling with a sample of adolescent thalassemia patients (aged 14-21 years) with a sample of 41 respondents. Adolescent self-esteem was measured using the Coopersmith self-esteem scale. Assessment criteria using the mean, which if mean <15.2 is categorized low self-esteem, whereas if the mean of ≥ 15.2 were categorized high esteem. The results showed 46.3% of low self esteem and high self-esteem 53.7%. At felling of belongin 58.5% assessed with high self-esteem, felling of competence 61% assessed with low self-esteem, felling of worth 51.6% assessed with high self-esteem , of the three components of self-esteem only the assessed components capable of feeling so low that it can be concluded adolescent thalassemia patients have high self-esteem.This needs to be maintained and to improve the lower component, should the effort of health workers to help patients identify positive aspects and capabilities. Keywords: Thalassemia, self-esteem, adolescent Abstrak - Thalasemia adalah sekelompok penyakit atau  keadaan herediter dimana produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu yang dikarakteristikkan dengan penurunan kadar Hb. Pada bulan Januari 2013 tercatat 230 pasien thalasemia Kinik Hemato-Onkologi  dan 70% nya adalah pasien thalasemia remaja usia 14-21 tahun. Thalasemia memberikan dampak perubahan fisik seperti muka mongoloid, pertumbuhan badan kurang sempurna, pembesaran hati dan limpa yang dapat mempengaruhi harga diri pasien. Harga diri adalah suatu penilaian terhadap diri sendiri yang mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran harga diri pasien thalasemia remaja (usia 14-21 tahun) di Klinik Hemato-Onkologi  dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel pasien thalasemia remaja (usia 14-21 tahun) dengan jumlah sampel 41 responden. Harga diri remaja diukur dengan menggunakan skala harga diri Coopersmith. Kriteria penilaian menggunakan mean, dimana jika mean < 15.2 dikategorikan harga diri rendah, sedangkan jika mean ≥ 15.2 dikategorikan harga diri tinggi.Hasil penelitian menunjukkan 46.3% harga diri rendah dan 53.7% harga diri tinggi. Pada komponen perasaan diterima (felling of belongin) 58.5% dinilai dengan harga diri tinggi, pada komponen perasaan mampu (felling of competence) 61 % dinilai dengan harga diri rendah, pada komponen perasaan berharga (felling of worth) 51.6 % dinilai dengan harga diri tinggi, dari ketiga komponen harga diri hanya komponen perasaan mampu yang dinilai rendah sehingga dapat disimpulkan pasien thalasemia remaja mempunyai harga diri tinggi.Hal ini perlu dipertahankan dan untuk meningkatkan komponen yang rendah, perlu adanya upaya dari petugas kesehatan untuk membantu pasien mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki. Kata kunci : Thalasemia, harga diri, remaja
ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT Darmawan, Dadang; Andriyani, Septian
KEPERAWATAN Vol 2, No 2 (2014): Jurnal KEPERAWATAN
Publisher : LPPM BSI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.137 KB)

Abstract

Abstract - Communication can give therapeutik value if it meets emotional and intellectual  needs. Therapeutic communication capability of nurses in mentally disturbed nursing care depends on cognitive, affective and psycomotoric competence of nurses. Result of observation in mental Hospital at West Java, psikiatric nursing use communication for the mental disorder who formal and limited without therapeutic communication stage. The objective of this reseach was to analyze the implementation of therapeutic communication at West Java Mental Hospital. The study design was quantitative approach with cross sectional design. The subject of the study were nurses. Samples were total sampling taken with as many as 142 subjects.The result showed there was significant realtionship between knowledge, attitude and behaviour of nurses in the implementation of therapeutic communication. The Participant training did not show the significant relation with the implementation of the therapeutic communication. The attitude as a dominan factor wich give a chance behaviorin therapeutic communication. Keyword: Knowledge, Attitude, Therapeutic Communication Abstrak - Komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan klien dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan  untuk penyembuhan klien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya disebut komunikasi teurapeutik. Kemampuan komunikasi terapeutik perawat pada tindakan keperawaan gangguan jiwa tergantung dari kompetensi kognitif, afekif dan psikomotor perawat. Berdasarkan pengamatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, komunikasi perawat jiwa dengan klien gangguan jiwa umumnya bersifat formal dan terbatas tanpa melalui tahapan komunikasi terapeutik.Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis penerapan komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. J        enis penelitian  adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling dengan jumlah  142 orang perawat . Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dengan perilaku penerapan komunikasi terapeutik. Sikap merupakan fakor yang paling dominan dalam memberikan sumbangan terhadap perubahan perilaku dalam penerapan komunikasi terapeutik. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penerapan Komunikasi Terapeutik, Perawat Jiwa

Page 1 of 1 | Total Record : 7