cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
staialhikmahjakarta10@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Hikmah : Journal of Islamic Studies
ISSN : 20882629     EISSN : 25810146     DOI : -
Core Subject : Education,
HIKMAH (ISSN. 2088-2629) is a journal of Islamic Studies which published by ALHIKMAH Islamic Studies Institute Jakarta. This journal is published each semester. It is publication media for research results and the thoughts of lectures, intelectuals, and the observer of Islamic studies. By upholding the spirit of multi disciplinary studies, the HIKMAH journal is providing various research report and articles which related to the f eld of education, social, culture, law, politics, economy, and science. T ey are seriously studied in terms of islamic perspective. the substance of the writings is the responsibility of the writers and doesn’t necessarily ref ected the oppinion of the redaction.
Arjuna Subject : -
Articles 121 Documents
Kajian Ma'anil Hadits Tentang Hukuman Mati Bagi Orang Murtad Asrori Asrori
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 14, No 2 (2018): Kontekstualisasi Pemahaman Hadis
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.504 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v14i2.111

Abstract

Discourse on the law of apostasy still leaves a debate. The text of the hadith explicitly states the execution of death for those who migrate from Islam, man baddal dīnahu faqtulūh. On the other hand the Qur’an gived a signal that there is no compulsion in Islam lā ikrāha fi al-Dīn. Humans have a prerogative to decide their choice without any intervention of other authorities. The dualism of the understanding of Islamic law resulting from these two contradictory above propositions requires further discussion in order to reveal the law given to apostates. This qualitative study attempts to expose the opinions of ulama on execution of death for apostates as well as attempts to compromise the dualism of understanding of religious texts above. Keywords: apostasy, dualism of Islamic law, Hadith Vol. XIV, No. 2, 2018 ~ 161 Abstrak Diskursus tentang hukum pindah agama (murtad) masih menyisakan perdebatan. Teks hadis secara tegas menyatakan eksekusi mati bagi mereka yang migrasi dari islam, man baddal dīnahu faqtulūh. Disisi lain al-Qur’an memberikan isyarat, bahwa tidak ada paksaan dalam islam lā ikrāha fi al-Dīn. Manusia memiliki hak prerogatif untuk menentukan pilihannya tanpa ada intervensi otoritas lain. Dualisme pemahaman hukum islam yang dihasilkan dari kedua dalil yang nampak kontradiktif diatas perlu adanya pembahasan lebih mendalam guna mengungkap hukum yang diberikan bagi orang murtad. Penelitian kualitatif ini mencoba untuk memaparkan pendapat ulama tentang hukuman mati bagi orang murtad serta usaha untuk mengkomprokikan dualisme pemahaman teks keagamaan di atas. Kata Kunci: Murtad, Dualisme Hukum Islam, Hadis
Transformasi Pondok Pesantren dalam Menanggulangi Radikalisme Agama Pada Pondok Pesantren Daerah Penyangga Ibu Kota Jakarta Mundzier Suparta; Suhada Suhada; Taufik Abdillah Syukur
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 14, No 1 (2018): Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan Islam
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.605 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v14i1.98

Abstract

This article is about the transformation of Islamic boarding schools in tackling religious radicalism in Islamic boarding schools in the capital city of Jakarta. This article uses descriptive methods to obtain the whole picture of the problems found in the field. The unit of analysis used is The Leader or Pak Kyai, Teachers and Students, Santri. The findings in this article are: First, Transforming the purpose of Islamic boarding schools in overcoming religious radicalism in Islamic boarding schools in the capital city of Jakarta by trying to create and develop Muslim personalities who believe and worship unto Allah, good behavior & character and being useful for society. Islamic boarding schools guide students to become adult students, act and think critically and responsibly, also foster an attitude of mutual respect and appreciate for distinctive cultural, customs, race and every other person’s abilities. Second, the transformation of the Islamic boarding school curriculum in overcoming religious radicalism in Islamic boarding schools in the capital city of Jakarta by using a curriculum that teaches the science of comparative Mazhab, so not to give the impression of exclusivity from other thoughts. Third, Transformation of teaching methods in Islamic ~ HIKMAH, Vol. XIV, No. 1, 2018 boarding schools to overcoming religious radicalism in Islamic boarding schools in Jakarta’s capital city by increasing the use of cooperative learning or teaching methods designed to educate group cooperation. Besides being developed to achieve academic learning achievements, the method is also effective in developing social skills and encourages respect for the opinions of others so that it becomes a way to overcome religious radicalism towards Santri. Keywords: Islamic Boarding School, Religius Radicalism Artikel ini mengenai transformasi pondok pesantren dalam menanggulangi radikalisme agama pada pondok pesantren daerah penyangga ibu kota Jakarta. Artikel ini menggunakan metode deskriptif untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan permasalahan yang ditemukan di lapangan. Unit analisis yang digunakan adalah Pengasuh atau Kyai Pondok Pesantren, Guru dan Santri. Temuan dalam artikel ini adalah: Pertama, Transformasi tujuan pondok pesantren dalam menganggulangi radikalisme agama di pondok pesantren daerah penyangga ibu kota Jakarta yaitu dengan berusaha untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Pesantren membimbing santri agar menjadi santri dewasa, bertindak dan berpikir secara kritis dan bertanggung jawab, juga menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati setiap perbedaan budaya, adat istiadat, ras dan setiap kemampuan orang lain. Kedua, Transformasi kurikulum pondok pesantren dalam menganggulangi radikalisme agama di pondok pesantren daerah penyangga ibu kota Jakarta dengan memasukkan kurikulum yang mengajarkan kepada ilmu perbandingan mazhab, sehingga tidak memberi kesan eksklusifisme dari pemikiran lain. Ketiga, Transformasi metode pengajaran pondok pesantren dalam menganggulangi radikalisme agama di pondok pesantren daerah penyangga ibu kota Jakarta dengan memperbanyak penggunaan pembelajaran kooperatif atau metode pengajaran yang dirancang untuk mendidik kerja sama kelompok. Di samping dikembangkan untuk mencapai prestasi hasil belajar akademik, metode itu juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial serta mendorong untuk menghormati pendapat orang lain sehingga menjadi cara untuk menanggulangi radikalisme agama pada santri. Kata Kunci: Pondok Pesantren, Radikalisme Agama
Apakah Surga Berada di Bawah Telapak Kaki Ibu? (Kontekstualisasi Hadis Al-Jannat Tahta Aqdam al-Ummahat) Hamam Hamam
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 14, No 2 (2018): Kontekstualisasi Pemahaman Hadis
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.082 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v14i2.105

Abstract

This article discusses the very popular hadith in muslims community, namely Al-Jannatu taḥta aqdām al-Ummahāti (paradise is beneath mother’s feet). Its chain of transmitters ( sanad) is criticized and its text (matn) is contextualized. After takhrij studying, several similar-theme hadiths are found with the different quality of transmitters ( sanad). The hadith al-Jannatu had weak sanad (ḍaīf) but it has high hujjah, so this hadith can still be the hujjahsyar’iyyah. Contextually, the hadith al-jannatu used to be the argument for the children to obey to their mother. But this hadiths vise versa can be the imperative for parents to play their role in succeeding their children. In addition, the hadith can be contextualized as the imperatuive for government of leaders to play their role in succeeding and walfaring their peoples or those who are led. Artikel ini membahas hadis yang sangat populer di masyarakat, yakni hadis Al-Jannatu taḥta aqdām al-Ummahāti (Surga berada di bawah telapak kaki ibu) dari sisi kualitas sanad dan kontektualisasi pemaknaan matannya. Setelah dilakukan studi takhrij hadis, ternyata ada sejumlah hadis yang semakna dengan hadis tersebut, dengan kualitas sanad hadis yang beragam. Sanad hadis al-jannatu lemah atau ḍaīf dengan status marfū'’ yakni memiliki strata kehujjahan yang tinggi, sehingga bisa dijadikan hujjah syar’iyyah. Secara kontekstual, hadis al-jannatu yang biasanya digunakan untuk dalil agar anak-anak taat kepada seorang ibu, bisa dikontekstualisasikan tidak hanya itu. Hadis ini justru menjadi perintah bagi orang tua untuk berperan dalam mendidik anak-anaknya menuju kesuksesan. Hadis ini juga bisa dikontekstualisasikan sebagai dalil bagi pemerintah/pemimpin untuk berperan demi kesuksesan rakyatnya/mereka yang dipimpin. Keywords: Hadis, Ibu, Surga, Matan, Sanad, Takhrij, Kontekstualisasi
Menyoal Teks Normatif Seputar Kubur (Kajian Sanad dan Matan Hadis Tentang Ziarah Kubur) Abusiri Abusiri
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 14, No 2 (2018): Kontekstualisasi Pemahaman Hadis
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.296 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v14i2.113

Abstract

Until recently, the hadith related to the pilgrimage of the grave is not seldom questioned, both regarding the status of the isnad, quality as well as understanding the contextualism meaning of matan. Because of this, so great that can set about understanding the hadith this grave pilgrimage proportionately, namely when the hadith is understood by textual, contextual, universal, temporal, and local. To find out a comprehensive understanding of the hadith about this grave pilgrimage, it must be known in advance the meaning behind the text or the intent behind the prohibition on grave pilgrimage for women, making it a place of worship, and giving it lights or lighting. This can be done by connecting with other similar verses history or see asbāb al-wurūd of al-hadith is first done after the criticism of matan and isnad. From the study in this article, it appears that at first the grave pilgrimage for women, made the grave a place of worship, and gave it lighting (lights) are indeed prohibited with the intention of keeping the aqidah or monotheism of Allah, preventing dependency to people who have died, and avoid shirk by extolling the grave, and avoid many lamented over their fate and a lack of patience for a woman. But after missing it concerns-severely screwing things, ~ HIKMAH, Vol. XIV, No. 2, 2018 everything should be with the intention of adding to the faith. So, the existence of the ban because of maslaḥah and it’s possible too because of maslaḥah. Keywords: Isnad, Matan, Hadith, Grave Abstrak Sampai saat ini, hadis yang berkaitan dengan ziarah kubur tidak jarang dipersoalkan, baik mengenai status sanad, kualitas matan maupun pemahaman makna kontekstualnya. Karena itu, begitu besar urgensinya bisa mendudukkan pemahaman hadis tentang ziarah kubur ini secara proporsional, yakni kapan hadis tersebut dipahami secara tekstual, kontekstual, universal, temporal, maupun lokal. Untuk mengetahui pemahaman secara komprehensif tentang hadis ziarah kubur ini, harus diketahui terlebih dahulu makna dibalik teks atau maksud dibalik larangan ziarah kubur bagi wanita, menjadikannya sebagai tempat ibadah, dan memberinya penerangan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menghubungkan dengan riwayat lain yang semakna atau melihat asbab al-wurud dari hadis tersebut setelah terlebih dahulu dilakukan kritik sanad dan matannya. Dari kajian dalam artikel ini tampak bawa ziarah kubur bagi wanita, menjadikan kubur sebagai tempat ibadah, dan memberinya penerangan (lampu) pada awalnya memang dilarang dengan maksud memelihara aqidah atau ketauhidan Allah SWT, mencegah ketergantungan kepada orang yang telah meninggal, dan menghindari kesyirikan dengan mengagung-agungkan kubur, dan menghindari banyak keluh kesah dan kurangnya kesabaran bagi wanita. Namun setelah kehawatiran-kekhawatiran itu hilang, semuanya menjadi boleh dengan maksud menambah keimanan. Jadi, adanya larangan karena adanya maslahah dan diperbolehkannyapun karena maslahah. Kata Kunci: Sanad, Matan, Hadis, Kubur
Dampak Pemikiran Ahli Ra'y Terhadap Hukum Islam Kontemporer Taufik Abdillah Syukur
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 14, No 1 (2018): Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan Islam
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.608 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v14i1.100

Abstract

Some islamic experts, Ulama, say that the Islamic Shari’ah which is contained in the Qur’an and Hadith can be understood its contents. These islamic thinking methods are called “Ra’y” while those involved are called “ahlial-ray”. They also use hadith as the istinbath basis of Islamic law. Only in establishing the law, they say that Nash Syar’I has a specific purpose and cumulatively aims to bring benefit to the human being. The researcher will try to reexamine the things related to Ahlual-Ray, Either thoughts or istinbath methodology, then related with the impact on the thoughts of contemporary Islamic law. This study includes the type of library research which is descriptive analysis through a socio-historical approach. Keydords: Ra’y Expert, Islamic Law Sebagian ulama berpendapat bahwa syari’at Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits itu dapat dipahami isinya. Metode pemikiran hukum Islam seperti ini disebut ‘ ra’y’, sedangkan orang yang berkecimpung dalam hal tersebut dinamakan ahli alra'y. Mereka juga menggunakan hadits sebagai dasar istinbath hukum Islam. Hanya saja dalam menetapkan hukum, mereka berpendapat bahwa nash syar’i itu mempunyai tujuan tertentu dan secara kumulatif bertujuan mendatangkan kemaslahatan bagi ummat manusia. Peneliti akan mencoba meneliti ulang halhal yang terkait dengan ahlu al-ra'y, baik tentang pemikiran, metodologi istinbath, untuk kemudian dihubungkan dampaknya kepada pemikiran hukum Islam kontemporer. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library Research) yang bersifat diskriptif analisis melalui pendekatan sosio-historis. Kata kunci : Ahli Ra’y, Hukum Islam
Kontekstualisasi Hadis Pernikahan dalam Tradisi Islam Lokal: Nyongkolan di Lombok Nikmatullah Nikmatullah
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 14, No 2 (2018): Kontekstualisasi Pemahaman Hadis
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.117 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v14i2.106

Abstract

Nyongkolan is one of the Islamic marriage seremony Sasak made by way of the procession the bride and her family along the way which aims to announce the wedding and the hospitality weaves between both parties. This tradition is acculturation between Islam with customary local of Sasak practiced by Muslims Sasak. As a devout muslim and religious fanatic, Sasak Muslims wedding announcement on hadith actualize in the form Nyongkolan. The spirit of hadith is about the procession that very accommodated towards local traditions. He as a form of harmonisation which brings together various elements: the religion, customs, and modernity. The music that accompanied the procession either kecimol, gendang beleq or rudat as the street entertainment for the surrounding communities. In the process, Nyongkolan is considered a problem as it causes blocked on the highway. This paper aims to described the tradition of Nyongkolan and acculturation between religion (hadith) and the custom in the tradition. Keywords: Contextulization, Hadith, Weddings, Nyongkolan Nyongkolan adalah salah satu seremony perkawinan Islam Sasak yang dilakukan dengan cara arak-arakan pengantin dan keluarganya sepanjang jalan yang bertujuan untuk mengumumkan pernikahan dan menjalin silaturrahmi antara kedua belah pihak. Tradisi ini merupakan bentuk akulturasi antara Islam dengan adat lokal Sasak yang dipraktekkan oleh masyarakat muslim Sasak. Sebagai muslim yang taat dan fanatik dalam beragama, Muslim Sasak mengaktualisasikan hadis pengumuman pernikahan dalam bentuk Nyongkolan. Spiritnya dari hadis akan tetapi prosesinya sangat akomodatif terhadap tradisi lokal. Ia sebagai bentuk harmonisasi yang menyatukan berbagai elemen: agama, adat, dan modernitas. Musik yang mengiringi arakan baik berupa kecimol, gendang beleq atau rudat bagaikan hiburan jalanan bagi masyarakat sekitar. Dalam perkembangannya, Nyongkolan dianggap masalah karena menyebabkan macet di jalan raya. Tulisan ini bertujuan untuk mendiskripsikan tradisi Nyongkolan serta akulturasi antara agama (hadis) dan adat dalam tradisi tersebut. Kata Kunci: Kontekstualisasi, Hadis, Pernikahan, Nyongkolan
Metode Pemahaman Hadits Menurut Muhammad Al-Ghazali, Yusuf al-Qardhawi, dan Yoseph Schacht Nurdin Dihan; Rosalinda Rosalinda
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 14, No 2 (2018): Kontekstualisasi Pemahaman Hadis
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.266 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v14i2.114

Abstract

To explain of what is meant by the method in understanding the Hadith, it is important to begin this study to find out the foremost terms of method, and “Hadith semantically. A method is defined as “a well-ordered procedure and profoundly thinking to achieve its purpose (in science and et cetera). A systemic working procedure to simplify the implementation of an activity to achieve something has been determined. Therefore, the method in understanding Hadith is the procedures applied in understanding the Hadith. Many figures or scholars sincerely conduct researches on all of the existing Hadiths, both those are found in the Hadith books and those are not. Among many figures and Hadith scholars, both from Islamic world and “experts”, who sincerely studied the Hadith are from Orientalist (Western) circles. In this short article the author took only three Hadith figures for further study regarding to their method in understanding the Prophet’s Hadith. The three figures are Muhammad al-Ghazali, Yusuf al-Qardhawi, and Joseph Schacht. Keywords: Understanding of Hadith, al-Ghazali, al-Qardhawi, Schacht Memperjelas apa yang dimaksud dengan metode pemahaman hadits, penting mengawali kajian ini mengetahui terlebih dahulu istilah metode, dan hadits secara semantik. Metode diartikan sebagai “cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai sesuatu yang ditentukan. Dengan demikian, metode pemahaman hadits adalah cara-cara yang diterapkan dalam memahami hadits. Banyak tokoh atau sarjana yang sungguh-sungguh melakukan penelitian terhadap seluruh hadits yang ada, baik yang terdapat dalam kitab-kitab hadits maupun yang tidak ada dalam kitab hadits. Di antara sekian banyak tokoh dan para sarjana hadits baik dari kalangan dunia Islam maupun “ahli” yang sungguh- sungguh mempelajari hadits dari kalangan orientalis (Barat). Dalam artikel singkat ini penulis hanya mengambil tiga tokoh hadits untuk dikaji lebih jauh terkait metode pemahaman mereka terhadap hadis Nabi. Ketiga tokoh tersebut adalah Muhammad al-Ghazali dan Yusuf al-Qardhawi, dan Joseph Schacht. Kata Kunci: Pemahaman Hadits, al-Ghazali, al-Qardhawi, Schacht.
Relevansi Kedewasaan dalam Pernikahan dengan Upaya Pencapaian Tujuan Hidup Berkeluarga Samsuri Samsuri
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 14, No 1 (2018): Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan Islam
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.348 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v14i1.101

Abstract

The regulations for the minimum age for marriage according to the marriage law in Indonesia is relatively high for men but low for women. However, if the author sees qualitatively, those regulations are still far below the standards which are set by WHO. In this fact, it is needed the efforts to increase the age limit. Therefore, in order to develop the concept of marriage law in Indonesia, the author offers to do the reconstruction of those regulations to be 19 years for women and 21 years for men. The determination of the age is because in the author opinion, the physical and psychological development of the future bride has begun to enter the age phase of maturity, although not perfect. Keywords: Maturity, Wedding, Marriage Law Ketentuan batas minimal usia untuk menikah menurut undangundang perkawinan di Indonesia relatif tinggi untuk laki-laki namun rendah untuk perempuan. Adapun jika penulis lihat secara kualitatif, maka ketentuan yang ada tersebut masih jauh di bawah standard yang ditetapkan oleh WHO. Dengan adanya kenyataan ini, maka diperlukan upaya untuk menaikkan batasan usia tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan konsep undang-undang perkawinan di Indonesia penulis menawarkan untuk dilakukannya rekonstruksi terhadap ketentuan tersebut menjadi 19 tahun bagi perempuan dan 21 tahun bagi lakilaki. Penentuan pada usia ini dikarenakan menurut hemat penulis perkembangan fisik maupun psikis dari calon mempelai sudah mulai memasuki fase usia kematangan meskipun belum sempurna. Kata Kunci: Kedewasaan, Pernikahan, Hukum Keluarga
REKONSTRUKSI KONSEP POLIGAMI ALA MUHAMMAD SYAHRUR: SEBUAH TAFSIR KONTEMPORER Toni Pransiska
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 12, No 2 (2016): Al-Qur'an dan Fakta-fakta Ilmiah
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.481 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v12i2.46

Abstract

Abstract The concept of polygamy still reap many long polemic among the Muslim community in Indonesia. Therefore, it takes a comprehensive and scientific explanation. Theory of limit (nazariyah hudūdiyah) that introduced by Shahrur considered to have a new perspective to reconstruct the concept of polygamy. Linguistic analysis and theory of hudūd as a cornerstone methodology in studying and giving ijtihad refreshing for the concept of polygamy. With the collaboration between the linguistic approach and the application of the theory of hudūd, he tried to pull the net structure of the text (nash) and social reality. Finally, he argues that polygamy is a solution for the social-humanitarian problems with the conditions that must be met. Keywords: Re-construction, Polygamy, Limit Theory, Linguistic Approach Abstrak Konsep poligami masih banyak menuai polemik panjang di kalangan masyarakat muslim Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan penyelasaian yang komprehensif dan ilmiah. Teori limit (nazariyyah hudūdiyah) yang diperkenalkan oleh Syahrur dianggap memiliki cara pandang baru untuk merekonstruksi konsep poligami. Analisa linguistik dan teori hudud menjadi landasan metodologinya dalam menelaah dan melahirkan ijtihad yang menyegarkan (ijtihad refreshing) bagi pemahaman tentang poligami. Dengan kolaborasi antara pendekatan linguistik dan aplikasi teori hudud, ia mencoba menarik jaring struktur teks (nash) dan realitas sosial. Hingga pada akhirnya, ia melihat bahwa poligami merupakan sebuah solusi permasalahan sosial- kemanusiaan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Kata kunci: Rekonstruksi, Poligami, Teori Limit, Pendekatan Linguistik
DIGITAL LIBRARY OF AL-QUR`AN (DILIA) DARI KHAZANAH PESANTREN UNTUK DUNIA ISLAM Achmad Zayadi
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 12, No 2 (2016): Al-Qur'an dan Fakta-fakta Ilmiah
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.424 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v12i2.52

Abstract

Abstract Nowadays Islamic boarding school has used Information and Communication Technologies (ICT) as learning method. Thus, honestly we also elaborate that ICT is still seldom used for needs of school library services. Although how students learn still much traditionally, their interaction with outside world causes they have many choices to determine how to learn. Their necessary on information quickly, easily, and accurately is not inevitable. Library as informative service media still seldom gives services related the students’ need. The library in boarding school is still seen styled with traditional concept and collection served to reader with analog model. Supposedly, the library needs to be reorganized with the service concept in a digital format. The writing on this scientific work is supposed to give concrete opinion in participating khazanah knowledge about reading resource that exists in Islamic boarding school. Because a book is the gate of science, if we don’t preserve by keeping book, so we will come into the hall of ignorance. This writing is little bit consulting to answer the problems about how to improve educational world in Islamic boarding school, one of them is to participate to keep preservation of reading materials and makes reader (read: students) interested and happy to read and become reading event as culture continuously. Keywords: Digital Libraries, Education of Islamic Boarding School (pesantren) Abstrak Dunia pesantren saat ini sudah banyak yang menggunakan ICT sebagai media belajar. Namun secara jujur juga kita ungkapkan bahwa ICT masih jarang digunakan untuk kebutuhan layanan perpustakaan pesantren. Walaupun cara belajar santri masih banyak yang tradisional, namun persinggungan mereka dengan dunia luar menyebabkan mereka punya banyak pilihan dalam menentukan cara belajar, kebutuhan mereka pada informasi yang cepat, mudah, dan akurat sudah tidak terelakkan lagi. Perpustakaan sebagai media layanan informasi masih jarang memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan santri. Perpustakaan di pesantren masih terlihat ditata dengan konsep tradisional dan koleksipun dihidangkan ke pembaca dengan model analog. Seharusnya, perpustakaan perlu ditata ulang dengan konsep layanan dalam format digital. Tulisan dalam karya ilmiah ini dimaksudkan memberikan usulan konkrit di dalam ikut melestariskan khazanah keilmuan berupa sumber bacaan yang ada di Pesantren. Sebabbuku adalah gerbang ilmu, jika kita tidak menjaga kelestarian buku, maka kita sama saja masuk ke lorong kebodohan. Tulisan ini sedikit urun rembuk menjawab persoalan bagaimana memajukan dunia pendidikan di Pesantren, salah satunya adalah dengan turut serta menjaga kelestarian bahan bacaan dan menjadikan pembaca (baca: santri) tertarik dan senang untuk membaca dan menjadikan kegiatan membaca sebagai budaya yang kontinyu. Kata Kunci: Perpustakaan Digital, Pendidikan Pesantren

Page 4 of 13 | Total Record : 121